MAKALAH
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
Disusun
guna memenuhi tugas:
Mata kuliah
: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu :
Ghufron Dimyati
1. Jannatur Rohmah .(2023113074)
2. Dwi
Tiara Safitri (2023113094)
3. Ana
Maryatul H (2023113085)
Kelas / Semester : C / 2
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALOGAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun
1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi Dunia Islam
secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad
ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.
Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami
kemunduran di periode pertengahan.
Sebagaimana telah disebutkan, ketika tiga kerajaan
besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami
kemajuan dengan pesat. Kelemahan kerajaan - kerajaan Islam tersebut telah
menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negerinegeri Islam
dengan mudah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Kemajuan Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?
2.
Bagaimana
Kebangkitan Eropa?
3.
Bagaimana
Iperialisme Barat dalam Dunia Islam?
4.
Bagaimana
Kemunduran Kerajaan Utsmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kemajuan
Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan yang telah dicapai bangsa Barat pada periode ini
sebenarnya memiliki kolerasi yang sangat erat dengan perkembangan peradaban
dunia Islam. Bangsa barat banyak berhutang budi kepada para Ilmuwan Muslim yang
telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini dapat
di buktikan pada salah satu pemikiran ilmuwan muslim Ibnu Rusyd atau Averros
(1120-1198 M) yang sangat berpengaruh pada pemikiran Eropa. Pemikiran ini
berhasil melepaskan belenggupemikiran taklid, dan mengkritik semua bentuk
emikiran yang tidak rasional.[1]
Dari kerja
keras dan tingginya kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan
yang telah dihasilkan oleh umat islam, menyebabkan bangsa Barat menemukan masa
kemajuan dan kejayaannya. Setelah bangsa Barat menemukan masa-masa kejayaannya
dengan ditemukannya berbagai kemajuan dalam sains dan teknologi, mereka ingin
mengadakan ekspedisi ke berbagai negara di luar Eropa. Bangsa Eropa
berlomba-lomba mencari wilayah baru seperti Spanyol, Portugis, Inggris,
Belanda, Prancis, dan sebagainya. Tujuan mereka tidak hanya untuk membuktikan
pendapat Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, namun mereka
juga bertujuan untuk mengambil alih kekuatan ekonomi umat Islam yang saat itu
menguasai sistem perekonomian dunia.
Diawal periode
modern, kondisi dunia Islam secara politis berada dibawah penetrasi
kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia Islam mulai bangkit
melepaskan diri dari imperialisme barat. Pada abad 20 M ini merupakan periode
kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran pada periode
pertengahan. Pada periode ini muncul gerakan modernisasi atau gerakan
pembaharuan. Gerakan pemabaharuan ini muncul karena dua hal : [2]
1.
Timbulnya kesadaran dikalangan ulama
bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran
Islam. Ajaran-ajaran ini bertentangan dengan semangat ajaran Islam yang
sebenarnya, seperti bid’ah, khurafat dan tahyul. Oleh karena itu mereka bangkit
untuk membersihkan Islam dari ajaran atau paham seperti itu. Gerakan ini
dikenal sebagai gerakan reformasi
- Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power ( Yatim, 2003 : 173 - 174 ).
Pada abad ke-18 M kerajaan besar Islam mengalami
kemunduran, dan Eropa Barat sedang mengalami kemajuan. Kelemahan
kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan eropa dapat menguasai negeri-negeri
Islam dengan mudah. Satu demi satu negeri-negeri Islam dapat ditundukkan dan
kemudian dijajah oleh bangsa Barat.
B. Kebangkitan
Eropa
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan
yang sangat berat, karena ia harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang
Islam yang sulit dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki.
Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus lautan yang dianggap sebagai
pembatas ruang gerak mereka ( Stoddard, 1966:25 ). Setelah jalan melalui laut
telah ditemukan oleh Cristoper Colombus ( 1492 M ) menemukan benua Amerika dan
Vasco da Gama menemukan jalam ke Timur melalui Tanjung Harapan ( 1498 M ) benua
Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa, maka Eropa
tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam sehingga
perdagangan maju di Eropa. Kemudian terjadilah perputaran nasib dalam sejarah
seluruh umat manusia ( Stoddard, 1966 : 26 ).
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa semakin maju, bahkan
kemajuan mereka telah melampui kemajuan Islam yang sejak lama mengalami
kemunduran. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat, sehingga
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas kegiatan ekonomi dan perdagangan ke
seluruh Dunia. Bahkan , satu demi satunegeri Islam jatuh ke bawah kekuasaannya
sebagai negeri jajahan.
Negeri-negeri Islam yang pertama dapat dikuasai Barat
adalah negeri Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India, kemudian
negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Usmani, karena meskipun mengalami kemuduran, ia masih disegani dan dipandang
masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa waktu itu.
Dengan jatuhnya kerajaan Mughal ketangan Hindu, maka
sempurnalah kemunduran Dunia Islam. sebaliknya Dunia Barat makin kuat dan suka
menerkam Dunia Islam, karena itu satu persatu Dunia Islam dikuasai oleh Barat.
Masa itu populer disebut zaman imprialisme, inilah masa arus balik pengaruh
Islam di Eropa, sebab Islamlah yang menanghantarkan Brarat memasuki masa
kebangkitan kembali ( renaisans ). Sedangkan Islam sendiri saat itu
terperangkap dalam kemewahan dan kekuasaan belaka, sehingga lalai dalam
mengembangkan kebudayaan dan peradabannya, serta penguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu dapatlah dikatakan bahwa kekalahan Dunia Islam pada zaman
Tiga kerajaan besar itu disebabkan oleh keadaan dimana Dunia Islam mengabaikan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah
ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di anatar saluran
masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib, Sicilia, dan yang
terpenting adalah Spanyol Islam. Ketika Islam mengalami kejayaan di Spanyol,
banyak orang Eropa yang datang belajar ke sana, kemudian menerjemahkan
karya-karya umat Islam. Hal ini dimulai sejak abd ke-12M. Dalam perkembangan
selanjutnya, keadaan ini melahirkan renaissance, reformasi dan rasionalisme di
Eropa. (Badri Yatim, 2004: 169)[4]
Renaissance merupakan gerakan pemikiran dan
kebangkitan kembali kebudayaan klasik di Eropa melalui terjemahan-terjemahan
Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke bahasa Latin; dan dari
terjemahan-terjemahan inilah orang-orang Eropa menegtahui kebudayaan Yunani.
(Fatah Syukur, 2009: 161). Gerakan-gerakan renaissance melahirkan
perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke-16 dan 17M merupakan
abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula
dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaissance, Eropa
bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan
kegelapan.
C. Imperialisme
Barat terhada Dunia Islam
Kelemahan
dan kmunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit
dan bergerak menuju ke arah Negara-negara Islam dengan motivasi ingin menguasai
dan menjajahnya baik di bidang ekonomi, politik ma7upun
agama. Hal ini dapat dilihat ketika mereka dating dengan dalih untuk berdagang
atau mencari rempah-rempah di Negara Timur.
Akhirnya
mereka terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga muncul
keinginan untuk menguasai semua system ekonomi dan politik Negara-negara Islam.
Kemunduran dan
kelemahan Negara Islam dalam berbagai bidang tidak mampu bersaing dengan bangsa
Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang tangguh sehingga, dunia
Islam berada dalam kekuasaan kaum imperialism Barat.
Mengenai penyebab kemunduran dunia Islam
diantaranya dikarenakan dua faktor, yaitu:
a)
Faktor eksternal, yakni: pertama,
terjadinya Perang Salib. Kedua, adanya serangan dari bangsa Mongol telah
mengahancurkan beberapa negara Islam. Dan ketiga, terjadinya bencana
alam dan berjangkitnya wabah penyakit sehingga menyebabkan perekonomian tidak
stabil.
b)
Faktor internal, yakni: pertama,
perpecahan dan tidak adanya kesatuan politik. Kedua, rasa puas diri dan
kejumudan berpikir. Dan ketiga, membudayanya pola hidup mewah dan
berfoya-foya di kalangan penguasa.[5]
Pejajahan
bangsa Barat berhasil menguasai ekonomi dan politik Negara-negara Islam dan
terdapat Negara Barat yang melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaries
atau zending. Penjajahan ini dipelopori oleh bangsa Spanyol dan
Portugis yang memiliki tujuan sama yaitu mencari daerah penamaan modal asing
dan berusaha menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya.
Usaha
yang dilakukan dua Negara ini bersemboyan: Gold yaitu semangat untuk
mencari keuntungan besar (emas), Glory yaitu semangat untuk mencapai
kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel yaitu semangat menyebarkan
agama Kristen di wilayah masyarakat yang terjajah. Oleh karena itu, kedua
bangsa Barat terus gencar melakukan penjajahan ini. Karena kondisi seperti ini
di sukung oleh semangat balas dendam yang disebut reqonquesta, yaitu
semangat balas dendam bangsa-bangsa Barat terhadap Islam yang pernah menjajah
mereka.
Masyarakat
Islam berada di bawah kekuasaan bangsa Barat yang semakin tertekan bahkan gerak
langkah mereka pun dawasi, sehingga banyak yang melarikan diri atau bertahan
dengan melakukan perlawanan dan mereka pun tidak dapat mengembangkan
peradabannya palimng tidak mempertahankan peradaban Islam yang masih ada.
Masyarakat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat.
Dengan demikian, pola hidup dan pemikiran umat Islam mengarah kep[ada kehendak
bangsa Barat yang menjajajhnya.
Satu
demi satu Negara-negara Islam jatuh ke dalam genggaman Negara-negara Barat
kecuali kerajaan Turki Usmani dan Arab yng tidak dijajah. Meskipun masyarak
Islam berada dalam tekanan dan penjajahan tetapi terus melakukan perlawanan dan
berusaha melepaskan tanah air dan agama mereka.
Kedatangan
bangsa-bangsa Barat ke negeri-negeri Asia-Afrika terutama Negara-negara yang subur
dan kaya hasil rempah-rempahnya seperti Indonesia dan Malaka serta Hindia,
selain untuk mencari keuntungan yang sangat besar dan mengeruk hasil bumi,
tetapi juga bertujuan menguasai seluruh system ekonomi, politik, budaya,
pendidikan, agama dll.
Di
bidang ekonomi, mereka melakukan monopoli perdagangan yakni dengan merebut
bandar-bandar pelabuhan, besar yang sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat
Islam dari arab, Persia, India dan Cina. Mereka menguras kekayaan pribumi
dengan cara paksaan dan kekerasan senjata dalam merebut wilayah Bandar.
Dalam
bidang kemasyarakatan, penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum
bangsawan dengan rakyat kecil. Caranya dengan membujuk kaum bangsawan yaitu
memberi jabatan tertentu dan keuntungan dari penjajah, sedangkan rakyat kecil
diawasi terus agar tunduk dan patuh pada penguasa yang menjajahnya.
Kebijaksanan
politik yang dilakukan pemerintah imperialisme, bertujuan agar tidak terjadi
persatuan dan kesatuan di kalangan rakyat. Sebab jika hal tersebut terjadi,
dikhawatirkan akan menimbulkan kekuatan yang akan mengancam keberadaan kaum
penjajah. Penjajah juga menghina umat Islam bahwa kaum agama (Islam) adalah
orang-orang bodoh dan terbelakang. Para penjajah menyebarkan budaya yang
merusak bangsa dan agama bahkan merusak peradaban Islam. Seperti budaya meminum
minuman keras, berjudi, pergaulan bebas dsb.
India, pada
masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian.
Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke
sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di
India. Pada tahun 1611M, Inggris mendapat izin menanamkan modal; dan pada tahun
1617M Belanda mendapat izin yang sama.[6]
Kongsi dagang Inggris, British East India
Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika
merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan
berperang melawan Inggris.
Sejak penguasa-penguasa India berperang melawan Inggris tahun 1761
M dan dimenangkan oleh Inggris maka, Inggris dengan leluasa mengembangkan
kekuasaannya di anak benua India dan sekitarnya. Diantaranya adalah Keamiran
Muslim Said di India tahun 1842 M, Kerajaan Mughal tahun 1857 M dan Inggris
berusaha menguasai Afghanistan tahun 1879 M dan Kesultanan muslim Balichistan
di bawah kekuasaan India-Inggris tahun 1899 M.
Di
kawasan AsiaTenggara yang merupakan daerah-daerah lemah yang terkenal menjadi
ajang perebutan Negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa menancapkan keuasaannya di kerajaan-kerajaan Islam di Asia
Tenggara yang dengan mudah dapat ditaklukkan.
Malaka,
kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara yang berdiri tahun 15 M berhasil di
taklukkan Portugis tahun 1511 M. akhir abad ke-16 m, Belanda, Inggris, Denmark
dan Perancis dating ke Asia Tenggara. Denmark dan Perancis hanya datnag untuk
berdaganag. Belanda dating tahun 159 M dan memonopoli perdaganagan di kepulauan
Nusantara dengan nama kongsi dagangnya yaitu VOC.
Inggris
datang ke Asia Tenggara menjadi kekuatan yang cukup dominan menyaingi kekuatan Belanda.
Kekuasaan Inggris sangat kuat di Semenanjung Malaya, Singapura, Kalimantan
Barat dan Brunei serta Inggris juga sempata mengasai seluruh Indonesia alam
waktu yang tidak lama yaitu abad ke-19 M.
D. Kemunduran Kerajaan Utsmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri
Islam
Dikarenakan
kemajuan-kemajuan Bangsa Eropa terutama dalam teknologi militer dan industri
perang, membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi,
nama besar Turki Usmani membuat Eropa Barat segan untuk menyerang wilayah-wilayah
di bawah kekuasaan Kerajaan Islam di Eropa Timur dan sekitarnya.
Namun,
kekalahan besar Kerajaan Usmani menghadapi Eropa di Wina tahun 1683 M membuka
mata Barat bahwa kerajaan ini telah mundur sangat jauh. Sehingga, Kerajaan
Usmani sering mendapat serangan-serangan dari Barat.
Abad 19 M,
Eropa disemangatkan lagi oleh Revolusi Industri yang dipersenjatai oleh
ilmu-ilmu modern dan penemuan-penemuan yang membuka rahasia-rahasia alam dan
menempatkan di tangannya yang agresif dengan berbagai senjata, yang waktu
sebelumnya tidak pernah terjadi.
Sejak kekalahan
di Wina, Kerajaan Usmani mulai melakukan usaha-usaha pembaruan dengan mengirim
duta-duta ke negara-negara Erop, seperti Perancis, untuk mempelajari suasana
kemajuan disana dari dekat.
Celebi Mehmed
diutus ke Paris tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk mengunjungi
pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan industri-industri lainnya.
Kemudian melaporkan tentang kemajuan teknis, organisasi angkatan perang modern
dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan ini mendorong Sultan Ahmad
III (1703-1730 M) memulai pembaruan di kerajaannya.
Beliau
mendatangkan ahli-ahli militer di Eropa untuk pembaruan militer. Tahun 1717 M,
De Rochefort membentuk korp At-Then dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu
kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang Comte de Bonneval untuk memberi
pelatihan penggunaan meriam modern yang dibantu oleh Macatthy dari Irlandia,
Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Tahun 1734 M, pertama kalinya
Sekolah Teknik Militer dibuka.
Usaha
pemabaruan juga dilaksanakan di bidang lain. Seperti pembukaan pencetakan di
Istambul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Selanjutnya
pembaruan di Turki dengan gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa
Turki untuk meraih kemajuan-kemajuan negara.
Usaha pembaruan
ini gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki Usmani dan juga tidak membawa hasil
yang diharapkan. Penyebab kegagalan ini yang utama adalah kelemahan raja-raja
Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun dan keuangan negara yang terus
merosot sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaruan yang membutuhkan banyak
biaya.
Mengamati
sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani
melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan
kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan
munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki
Usmani[7].
1.
Kelemahan
para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan
seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik
ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup
lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani.
Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah
mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak
berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan
dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan
pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang
mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdana menteri untuk
mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit,
pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan
inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Yerrisari, untuk
menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem
birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2.
Kemerosotan
kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan
sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi
problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi
internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai
melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi
dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri. Perubahan politik dan
kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi.
Desentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan
konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki
Usmani.
3.
Munculnya
kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum
faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi
langsung dengan kekuatan Eropa, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha
mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan
masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, ekonomi dan tekhnologi dan
mengambil manfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
4.
Pemberontakan-pemberontakan
internal.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah,
Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah
kekuatan militer dan politik.
Faktor-faktor
keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu: secara internal dan eksternal.[8]
Secara internal,
yaitu:
a)
Luasnya
wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh
orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya
korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keruntuhan kerajaan Usmani.
b)
Heterogenitas
penduduk menyebabkan kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan
kerajaan yang coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk
membentuk suatu persatuan.
c)
Kehidupan
yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana
jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa
serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani.
d)
Merosotnya
perekonomian Negara akibat pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami
kekalahan terus menerus.
Secara eksternal, yaitu:
a)
Timbulnya
gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa
yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti
tersebut, Maka walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin,
namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang
menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri
dari pemerintahan Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan
Dinasti Mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah Mesir pada 1772 M
hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan Wahabisme di tanah
Arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama dengan
keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan
bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga Saud sendiri
memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah Arab
selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
b)
Terjadinya
kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan.
Dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju
dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak
senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara Turki selalu
mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya
ilmu pengetahuan, Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan. Maka otomatis
peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai
berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut
karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
c)
Pengaruh
kehidupan barat yang masuk ke istana.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan
wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka.
Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan
turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki
utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan
muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan
diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan
kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga
paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
Faktor kegagalan yang terpenting adalah karena ulama dan tentara
Yenisseri yang sejak abad ke-17 M menguasai politik dan Kerajaan Usmani serta
menolak usaha pembaruan sehingga, Kerajaan Usmani semakin hancur.
Modernisasi di
Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaruan utama yaitu
tentara Yenisseri dibubarkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M) pada tahun
1826 M. Struktur kekuasaan Kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern
didirikan, buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa
berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar dan sekolah-sekolah kemiliteran
didirikan.
Akan tetapi,
meski banyak mengalami kemajuan hasil gerakan pembaruan tidak berhasil
menghentikan gerak maju Barat ke dunia Islam di abad ke-19 M. Abad 18 M Barat
menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur dan diakhiri
dengan ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret, 1878 M) dan perjanjian
Berlin (Juni-Juli, 1878 M) antara Kerajaan Usmani dan Rusia. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasan Turki di Eropa.Gerakan modernisasi di Turki mengancam
sultan yang absolut karena para pejuang Turki melihat bahwa kelemahan Turki
terletak pada keabsolutan sultan itu.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung
dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu
kekuasaan kerajaan Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan
memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian
membentuk Turki modern.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan
Turki Usmani di Asia dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini
disebabkan timbulnya nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah
kekuasaan Turki. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke
Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di
pegunugan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk
melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki Usmani.
BAB
III
KESIMPULAN
Bangsa barat
banyak berhutang budi kepada para Ilmuwan Muslim yang telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari kerja keras dan tingginya
kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang telah
dihasilkan oleh umat islam, menyebabkan bangsa Barat menemukan masa kemajuan
dan kejayaannya.
Di awal
kebangkitannya Bangsa Eropa melakukan berbagai penelitian alam, berusaha
menaklukan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi
kegelapan. Hal ini dapat dibuktikan dengan : Penemuan Benua Amerika (1492 M) oleh
Christopher Colombus, Penemuan jalan ke timur melelui Cape Town (1498 M) oleh
Vasco da Gama. Kemajuan Bangsa Barat dipercepat oleh penemuan dan perkembangan
dalam bidang pengetahuan dan teknologi ; Mesin Uap dan Teknologi perkapalan dan
Militer.
Negara-negara
Islam terus mengalami kemunduran, sehingga negara Islam tidak mampu bersaing
dengan Bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang tangguh.
Penjajahan
Bangsa Barat yang dipeopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis mempunyai tujuan
yang hampir sama ; Mencari daerah penanaman modal asingnya, Untuk menyebarkan
agama Kriten diwilayah jajahannya, Mencari keuntungan dan mengeruk kekayaan
hasil buminya (Indonesia, Malaka, dan Hindia) dan menguasai seluruh sistem
ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama, dan lain-lain. Kekalahan besar
Turki Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina (1683 M) membuka mata
barat bahwa Kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak kekalahan perang
Wina itu, kerajaan Usmani mengadakan usaha-usaha pembaruan akan tetapi
usaha-usaha tersebut gagal menehan kemunduran kerajaan Usmani
Banyak diantara
negara-negara muslim mengikuti gerakan pembaharuan (Gerakan Modernisasi)
sehingga lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: AMZAH

[1] Samsul Munir
Amin, “Sejarah Peradaban Islam”, (Jakarta : AMZAH, 2010), hlm 345.
[3] http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/imperialisme-barat-dan-kebangkitan.html, diakses pada 11 Maret 2014.
[4] http://garisbawahku.wordpress.com/2013/05/23/imperialisme-dunia-barat-ke-dunia-islam/, diakses pada 11 Maret 2014.
[5]Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 200, hlm.
153.
[7] http://as-me28.blogspot.com/2013/09/kemunduran-dan-kehancuran-turki-usmani.html, diakses pada 6 maret 2014 11:15
[8] http://as-me28.blogspot.com/2013/09/kemunduran-dan-kehancuran-turki-usmani.html, diakses pada 6 Maret 2014 11:41
No comments:
Post a Comment