BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

24 March 2014

PGMI SPI C-5: MASA DINASTI ABBASIYAH



MAKALAH
PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron Dimyati, MSI





Disusun Oleh Kelompok 6:
1.  Ade Tia Indriani                             (2023 113 011)
2.  Rianti Anindita                                (2023 113 080)
3.  Tatim Hayati                                    (2023 113 083)

KELAS C
PRODI PGMI
JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014

PGMI SPI B-5: MASA DINASTI ABBASIYAH


MAKALAH
DINASTI ABBASIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas makalah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.S.I


Disusun Oleh:
1.      Mifta Farid            (2023113102)
2.      Kiptia Dwi Nabila (2023113059)
3.      Lia farda               (2023113069)

TARBIYAH/ PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
STAIN PEKALONGAN
TAHUN 2013/2014

PGMI SPI A-5: MASA DINASTI ABBASIYAH



DINASTI ABBASIYAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi:
Tugas : Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu : Ghufron Dimyati,M.S.I

           
Di susun oleh:
Silvianingsih            (2023113010)
Ani Sari Safitri         (2023113026)

Kelas PGMI A
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014

17 March 2014

PENGEMBANGAN KURIKULUM 3: LANDASAN KURIKULUM


SPI PGMI C-4: DINASTI UMAYYAH BARAT


SPI PGMI B-4: DINASTI UMAYYAH BARAT



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sudah tercatat dalam sejarah, bahwa pada abad pertengahan yakni antara abad kedelapan sampai abad ketiga belas Masehi umat Islam pernah mencapai pncak kejayaannya. Ketika itu, antara Daulah yang berada di Timur dengan pusatnya Baghdad, serta Daulah yang berada di Barat dan berpusat di Kordoba. Keduanya mampu memperlihatkan kemajuan di hampir segala bidang, seperti ilmu pengetahuan, kebudayaan, dll.
Sejak pertama kali Islam berkembang di Spanyol sampai berakhirnya kekuasaan atasnya, Islam telah memainkan peranan yang sangat vital. Dan pada masa awal pemerintahan Islam, Spanyol diperintah para wali yang telah diangkat oleh pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus sebelumnya. Pada periode ini, juga sempat terjadi perselisihan dalam bidang sosial dan politik karena pertentangan etnis dan golongan. Selain itu, juga terjadi gangguan dari sisa-sisa musuhnya yang tinggal di kawasan Spanyol. Dan dalam makalah ini akan dibahas  serba-serbi mengenai peradaban Islam pada masa Bani Umayyah di Spanyol yang tepatnya di daerah Andalusia dan Kordoba.
A.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses Islam memasuki kawasan Spanyol?
2.      Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk di Spanyol?
3.      Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol?
4.      Kemajuan peradaban apa saja yang sudah dicapai Islam di Spanyol?
5.      Bagaimana pengarauh peradaban Spanyol Islam di Eropa?
6.      Bagaimana transmisi ilmu-ilmu Keislaman di Eropa?



i
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Masuknya Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Dan masa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad.
Semenanjung Iberia, sebelum ditakhlukkan bangsa Visigoths pada tahun 507 M. Sudah didiami oleh bangsa Vandals, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugis yang hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika.dan wilayah kediaman tersebut kemudian disebut dengan Andalusia, dengan mengubah ejaan dan cara membunyikannya.
Pada permulaan abad keenam datanglah bangsa Gothia Barat dan merebut negeri tersebut dengan mengusir bangsa Vandalusia ke Afrika. Pada awal berdirinya kerajaan Gothia di Spanyol, ini merupakan kerajaan yang sangat kuat. Tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah karena berdirinya wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan dalam pemerintahan. Hal ini ditandai dengan keadaan rakyatnya yang hidup dalam kemelaratan karena beratnya pajak yang harus dibayar oleh mereka. Sementara, para pejabatnya hidup dalam kemewahan dan memaksa orang-orang Yahudi untuk memeluk agama Nasrani.
Diangkatnya Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang terakhir merupakan jalan bagi rakyat Spanyol untuk keluar dari kungkungan penderitaan yang telah rama mereka rasakan.
2
 
Sepeninggalnya Witiza terjadilah perebutan kekuasaan antara putranya dengan panglima perang Spanyol, Roderick. Putri Witiza tidak mampu mengalahkan Roderick, yang kemudian ia memutuskan untuk bersekutu dengan Graff Yulian yang sebelumnya dapat mematahkan pertahanan Rederick. Graff Yulian menambah kekuatan dengan meninta bantuan dari gubernur Afrika Utara yang bernama Musa bin Nushair, dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus yang sebenarnya sudah lama mencari kesempatan untuk menyeberang ke Spanyol. Hal inilah yang mendorongnya untuk mengabulkan permintaan Graff Yulian, yang mana antara penduduk Spanyol dan Afrika Utara masih terlibat perang, juga dari pihak Spanyol pernah memberikan bantuannya kepada tentara Romawi untuk menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika.
Spanyol diduduki oleh Umat Islam pada zaman Khalifah al-Walid pada tahun 705-715 M. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam sudah menguasai Afrika Utara yang penguasaan seluruhnya dipegang oleh Khalifah Abdul Malik pada tahun 685-705 M dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Dan dilanjutkan dengan oleh Musa bin Nushair yang mampu memperluas kekuasaannya denagn menduduki Aljazair dan Maroko.
Sebelum dikalahkan dan dikuasai oleh Islam terdapat kantung-kantung yang menjadi baris kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik yang menghasut para penduduk agar membuat kerusuhan serta menentang kekuasaan Islam. Dan setelah dikuasai Islam, Afrika Utara menjadi batu loncatan kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol. Dan dalam proses penaklukan Spanyol ada tiga pahlawan Islam yang memimpin pasukannya, yakni Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nusair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena dalam penyerbuannya ia tidak mendapatkan perlawanan yang begitu berarti. Ia dapat memenangkan pertarungan ini, dan kembali ke Afrika Utara dengan membawa ghonimah atau harta rampasan perang.
Musa bin Nusai pada tahun 711 M mengirimkan pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thasiq bin Ziyad. Dan ia mengucapkan pidato singkatnya yang berbunyi, “Musuh di depan kamu dan lautan ada di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki”.
Dalam penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk. Hal ini, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata jika dibandingkan dengan yang lainnya. Ketika dalam pertempurannya di suatu tempat yang bernama Bakkah Raja Roderick dapat dikalahkan. Dan dari sinilah, Thariq bin Ziyad beserta pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting seperti, Kordoba, Granada, dan Taledo (Ibu kota kerajaan Gothik). Daerah Visigoth provinsi Narbonne juga berhasil diduduki Islam pada tahun 715 M.
Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan Thariq yang sangat luar biasa. Musa berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M dengan sasarannya adalah kota-kota yang belum dijamah oleh Thariq, seperti Medin, Sedonia, dan Carmona. Sevilla sebagai pusat kecerdasan Spanyol serta kota Merida baru dapat ditaklukkan pada tahun 713 M. Musa kemudian bergabung dengan Thariq di Toledo dan berhasil menguasai daerah utara Spanyol dari Saragosa sampai Navarre.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun 99 H atau 717 M, sasaran untuk menguasai pegununga Pyrenia dan Prancis Selatan. Dan pimpinan kekuasaan dipercayakan kepada as-Samah, tetapi gagal dan ia terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi, untuk menyerang kota Tours. Akan tetapi hasilnya juga berupa kegagalan dan ia memutuskan untuk mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, juga masih terdapat berbagai peperangan, seperti Avirignon pada tahun 734 M, Lyon pada tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di laut tengah Nallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyrus dan sebagiandari Sicilia juga jatuh di tangan orang-orang Muslim pada zaman Bani Umayyah.
Pada permulaan abad ke delapan M, dapat menjangkau seluruh wilayah Spanyol dan Prancis Tengah, serta bagian-bagian penting di Italia. Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam di Spanyol telah berkembang dengan pesat dan mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan da pengetahuan.[1]
Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat nama-\nama penguasa yang telah memerintahnya, diantaranya adalah:
1.      Amir-amir Bani Umayyah
2.      Khalifah-khalifah Bani Umayyah
3.      Daulah Ziriyah di Granada
4.      Daulah Bani Hamud di Malaga
5.      Daulah Bani Daniyah

6.      Daulah Bani Najib dan Bani Hud di Saragosa
7.      Daulah Ariniyah di Valensia
8.      Daulah Bani Ubbad di Sevilla
9.      Daulah Jahuriyah di Kordoba
10.  Daulah Bani Zin-Nun di Toledo
11.  Daulah Bani Ahmar di Spanyol


B.       Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasaal dari dalam maupun yang berasal dari luar. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.
1.      Faktor Internal
Para pemimpin yang kuat, tentara yang kompak, bersatu, berani, penuh percaya diri, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Juga ajaran-ajaran, seperti toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong yang tertanam dalam diri kaum Muslimin. Kemudian hal ini lah yang menjadikan Islam dapat diterima oleh penduduk Spanyol pada umumnya dengan baik.

2.      Faktor Eksternal
Sedangkan pengaruh yang berasal dari luar adalah kondisi sosial, politik, dan ekonominya yang ketika itu berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi ke dalam beberapa negara kecil.
Penguasa Gothik yang bersikap tidakk toleran terhadap aliran agama yang selain dianut oleh penguasa, yaitu Monofisit dan Yahudi yang memilki pengikut terbesar dari penduduk Spanyol. Dan perpecahan polotik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat Spanyol ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothik.
Kondisi yang demkian menjadi lebih buruk ketika Spanyol dipimpin oleh Raja Roderick. Ia merupakan Raja Gothik terakhir yang berhasil dikalahkan oleh Islam. Dan berawal ketika ia memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo yang dihentikan oleh Witiza ketika menjadi penguasa Toledo saat itu. Hal ini menjadi penyebab kemarahan  Opas dan Achila yang merupakan kakak dan anak dari Witiza, untuk menghimpun kekuatan guna menjatuhkan Roderick dengan bergabung dengan kaum Muslimin. Sementara itu, di lain sisi masih terjadi konflik antara Roderick dengan Ratu Julian yang merupakan mantan penguasa wilayah tersebut. Yang kemudian bergabung dengan kaum Muslimin serta mendukungnya untuk menguasai Spanyol. Bahkan ia memberikan pinjaman empat buah kapal yang digunakan oleh Thariq, Tharif, dan Musa.
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi tentara Islam, yang mana menjadikan tentara Roderick yang terdiri dari budak-budak menjadi tertindas dan tidak memiliki semangat lagi untuk berperang. Selain itu, orang-orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.[2]


C.      Perkembangan Islam di Spanyol
Penduduk Andalusia terdiri dari banyak unsur, antara lain Arab, Barbar, Spanyol, Yahudi, dan Slavia. Bangsa Arab dan Barbar sudah berada di wilayah ini, semenjak pertama kali ditaklukkan. Dan bangsa Arab sendiri terbagi ke dalam dua golongan besar, yakni kelompok Mudlari dan kelompok Yamani. Mereka menempati lembah-lembah subur, sedang orang-orang Barbar ditempatkan di daerah perbukitan yang kering tandus. Oleh karena itu, sering terjadi perselisihan antara mereka.
Penduduk keturunan Sepanyol sendiri terdiri dari tiga golongan, yaitu: kelompok yang telah memeluk Islam, kelompok yang masih memegang teguh keyakinannya, namun meniru adat orang-orang Arab dalam berperilaku. Dan kelompok yang tidak memeluk Islam juga menggunakan berperilaku menurut adat nenek moyang mereka. Diantara orang-orang yang beragama Nasrani, ada yang menjadi pejabat sipil maupun militer. Dan ada pula yang bertugas sebagai pemungut pajak. Sebagaimana umat Nasrani dan Yahudi dapat menikmati kebebasan beragama di bawah kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol ini.
Kelompok lainnya yang menempati wilayah ini adalah golongan Slavia (budak). Ketika al-Nashir menyadari bahwa semangat suku Arab yang dianggap terlalu berlebihan dan mengakibatkan perpecahan diantara mereka. Maka, ia memberi kepercayaan kepada para budak untuk menjadi pengawal di istananya. Mereka dilatih militer, untuk kemudian diangkat menjadi temtara militer.[3]
D.      Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
            Muslim Spanyol telah membuka lembaran baru dalam sejarah intelektual Islam, bahkan untuk intelek dunia.mereka tidak hanya memajukan budaya dan peradaban, namun sekaligus sebagai penghubung antara ilmu pengetahuan dan filsafat tempo dulu. Spanyol ketika dalam masa pemerintahan umat Islam menjadi pusat peradaban tertinggi hampir dalam segala bidang.[4] Berikut diantara kemajuan peradaban Islam di Spanyol:

1.      Perkembangan Kota dan Seni Bangunan
Penduduk Andalusia baik yang muslim ataupun yang bukan, memperoleh kesempatan yang sama dalam keikutsertaan membangun negara. Sehingga, Andalusia atau dalam hal ini pemerintah Bani Umayyah II dapat menempatkat Kordoba sejajar dengan Konstantinopel dan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia.
Samah ibn Malik al-Khaulani, selaku pemimpin menjadikan Kordoba sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan Sevilla. Ia membangun dinding sebagai benteng yang melingkari kota, memugar jembatan tua yang dibangun sejak zaman Romawi, juga membangun kisaran air yang berasal dari danau serta dialirkan ke istana dan penduduk sekaligus untuk mengairi lahan pertanian.
Selain itu, Kordoba juga memiliki Kota Satelit al-Qashr al-Kabir, Istana yang dikelilingi taman yang luas juga indah al-Rushafa, Masjid Jami Kordoba, Jembatan Kordoba, al-Zahra, al-Zahirah serta istana-istana lain yang semuanya diberi nama khusus.[5]
2.      Perkembangan Ilmu
Kemajuan intelektual muslim Spanyol yang paling mashur adalah perkembangan ilmu filsafat. Dipelopori oleh seseorang yang bernama Abu Bakar Muhammad ibn Yahya ibn Bajjah dan merupakan filusuf besar pada abad kedua belas. Sekaligus ia juga merupakan pakar di bidang lain seperti, fisika, astrnomi, musisi, dan lainnya.[6]
Al-Bakry dan al-Idrisi merupakan pakar geografi terbesar Spanyol pada abad kesebelas. Sementara dalam bidang fisika ditandai dengan munculnya fisikawan muslim, seperti al-Zahrawi, al-Zuhry, dan Ubidullah ibn Muzaffar al-Bahili.[7]
Ilmu yang berkaitan  dengan fiqih, yakni ilmu Ushul Fiqh, turut berkembang pesat di Spanyol. Ibn Hazm dan al-Syatibi merupakan tokoh yang paling produktif dalam melahirkan karya-karya di bidang ini. Yang diantaranya adalah al-Ihkam fi Ushul Ahkam oleh Ibn Hizm dan al-Muwaffaqat karya al-Syatibi.[8] Dalam cabang ilmu tasawuf, tokoh yang pertama kali muncul adalah Ibn Massarah sebagai pengembang paham Wahdat al-Wujud. Dan disusul dengan al-Hasyimi, Abu Bakar Muhammad, dan Muhyiddin Ibn ‘Arabi. Kemudian dalam bidang tafsir ditandai dengan munculnya para ulama ahli tafsir, seperti al-Baqi’, Ibn Makhlad, al-Zamakhsary, dan al-Thabrani. Ilmu hadist juga mengalami perkembangan, walaupun tidak sepesat perkembangannya di Baghdad.[9]
Bahasa Arab ketika masuk ke Andalusia, bersamaan dengan masuknya Islam di wilayah tersebut. Sejalan dengan kemajuan yang diraih oleh umat Islam, bahasa Arab juga dipelajari oleh banyak penduduk dan dapat menggantikan peran bahasa lokal mereka. Tokoh yang berperan dalam hal ini adalah Ali al-Qali yang dibesarkan dengan ilmu hadist, bahasa, sastra, nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad.[10]

E.       Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Antara abad kedelapan dan tiga belas Masehi, islam berada di puncak kejayaan baik dalam sejarah peradaban maupun kebudayaan dunia. Di masa itu, Islam mencapai periode keemasan yang belum pernah diungguli oleh masyarakat dan bangsa di mana pun juga. Dan Islam merombak wajah kultural dunia menjadi suatu identitas keislaman dalam segala aspek kehidupan. Bahkan, kebudayaan peradabannya menjadi tolak ukur kemoderenan bagi berbagai bangsa terutama di Eropa.[11]
Islam mampu membawa pengaruh ini sampai menyeberangi batas-batas rasial dan geografis dalam waktu yang sangat singkat. Dan Christoper Dawson mengatakan, bahwa agama Islam dapat disebut sebagai suatu contoh klasik bagaimana kebudayaan dapat diubah oleh suatu pandangan baru mengenai kehidupan oleh ajaran agama baru. Sehingga mengakibatkan bentuk lembaga sosial yang mampu mengatasi batas-batas rasial dan geografis selama berabad-abad. Dan ini terbukti dengan perubahan yang terjadi di Timur Tengah sekitar abad ketujuh. Hal ini dapat terjadi karena pribadi Nabi Muhammad yang telah memberikan petunjuk bagi ajaran mereka.[12]
Kebudayaan Islam mulai berkembang setelah abad pertama Hijiyah. Kebangkitan intelektual dan budaya Islam ditandai dengan intensifnya  keinginan untuk menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Persi dan Yunani klasik oleh sarjana-sarjana Islam. Hal ini dilakukan tidak lain, guna mengambil inti ajaran mereka yang baik dan mengakulturasikannya dengan nilai-nilai Islam, sehingga terciptalah corak kebudayaan yang baru. Selain itu, secara tidak langsung Islam telah membantu menyeberangkan warisan klasik Yunani ke daratan Eropa.[13]
Sumbangan Islam kepada bangsa-bangsa di Eropa dapat dibagi menjadi dua sumbangan. Pertama, Umat Islam telah membantu menyelamatkan warisan kebudayaan Yunani klasik dari ancaman kehilangan dan kemusnahan. Kedua, Umat Islam berjasa dalam mengolah dan mengembangkan kebudayaan Yunani klasik dengan penambahan unsur-unsur baru. Dan sekaligus menjadi sumbangan terbesar bagi bangsa Eropa.[14]

F.       Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebudayaan Barat. Sumbangan Islam bisa dibilang sangat menonjol dan patut disebut sebagai dasarnya kemajuan Barat sampai saat ini. Dalam bidang kedokteran misalnya, dikenal seorang dokter Islam yang disebut al-Kindi (809-873 M) yang telah menulis buku Ilmu Mata dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain al-Kindi, orang juga mengenal ar-Rozi (865-925 M) yang juga merupakan seorang dokter Islam dan mengarang buku kedokteran berjudul Al-Hawi dan juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh perintah Raja Charles I.
Dokter Islam lainnya adalah Avecinna atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina (980-1037 M). Bukunya yang berjudul al-Qanun fit-Thib, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pula dengan judul Materia Medica. Buku tersebut memuat sekitar 760 macam ilmu tentang obat-obatan dan telah dipakai sejak abad 12 hungga 17 sebagai referensi untuk ilmu ketabiban Barat.
Di bidang astrnomi dan ilmu pasti, sarjana Islam yang bernama al-Khawarizmi telah mempunyai pengaruh yang sangat besar mengesani dasar-\dasar ilmu pasti. Ia juga menulis buku Al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua, sekaligus dirinya merupakan orang yang pertama kali menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar. Begitu juga dengan Ibnu Hayyan yang merupakan bapak kimia Islam, dan kitab kimianya merupakan di kawasan Eropa dan Asia sampai lebih dari abad ke-14.
Di lapangan ilmu filsafat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator  fikiran-fikiran dari Aristoteles, sehingga dijuluki Aristoteles II. Dari abad 12 sampai 16 aliran  Rusyd mendominasi lapangan filsafaat di Iberia dan Eropa. Sedang al-Kindi terkenal dengan metode filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
Demikian pula ketenaran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dengan karyanya Muqaddimah yang banyak memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran sarjana Barat di bidang ilmu sejarah dan sosiologi. Dia juga merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik dari faktor jasmani dan iklim atau moral dan rohaninya. Karyanya ini menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli lainnya yang mendapat pengakuan oleh sejarawan Toynbee.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang banyak sekali sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan kebudayaan Barat di berbagai bidang keilmuan. Yang sekarang kita kenal sebagai Universitas yang mendapat julukan “agent of moderniation”, sebenarnya secara faktual lembaga tersebut lahir dari buaian kebudayaan Islam. Bahkan Khalifah Abdurrahman III (912-961 M), telah mendirikan Cordoba dan menempatkannya di dalam masjid Cordoba. Dan pada waktu itu, universitas tersebut telah menyelenggarakan diferensiasi ilmu pengetahuan ke dalam fakultas-fakultas, seperti hukum, kedokteran, ilmu ukur, dan astronomi.
Kebangkitan intelektual dan kultural Barat terjadi setelah para sarjana Eropa mempelajari, mendalami, dan menimba ilmu-ilmu Islam dengan caara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa mereka. Hal ini serupa dengan para sarjana Islam ketika memulai membangun kebudayaan Islam, yakni dengan menerjemahkan buku-buku Yunani klasik ke dalam bahasa Arab.[15]






BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah di Spanyol mengalami kemajuan yang luar biasa. Bahkan rekor ini belum bisa dikalah kan oleh peradaban manusia di belahan bumi mana pun, baik oleh umat Muslim sendiri maupun masyarakat dari agama lain. Dan ketika itu, umat Islam juga sangat berperan dalam menyumbang pemikiran-pemikirannya. Karena dari Islam lahirlah, berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari ilmu sastra, sain, matematika, kedokteran, bahkan  sampai ilmu filsafat serta ilmu-ilmu lainnya. Dan sudah selayaknya masyarakat Eropa dan seluruh umat manusia berterima kasih kepada Islam atas sumbangannya yang begitu besar bagi kemajuan dunia.
Namun, mengungkap kembali kejayaan dan kebesaran Islam di masa lampau tidak dimaksudkan untuk umat Islam tersanjung atas sejarah tersebut, hingga mengagung-agungkannya. Karena hal ini, hanya mampu memuaskan konsumsi emosi saja dalam suatu imajinasi kegembiraan. Dan patut diketahui bahwa seburuk-buruknya golongan umat manusia adalah orang-orang yang malas, yang mana ketika kamu ungguli, mereka dengan segera menyebut-nyebut kejayaan nenek moyangnya.
Kejayaan Islam  di masa silam bukanlah untuk kita bisa unggul-unggulkan. Melainkan menjadi kesadaran dan kepercayaan diri kita, bahwa umat Islam pada masa  jayanya pernah menjadi penyumbang terbesar bagi peradaban dunia. Dan hal ini dapat dijadikan pelajaran yang berharga untuk memperkuat kepercayaan diri kita, agar umat Islam mampu mengikis  kemalasan dalam berfikir dan bekerja maksimal dalam menciptakan suatu karya sebagaimana para pendahulunya.

13
 
 
DAFTAR  PUSTAKA
Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Dr. Faisal Ismail, M.A. 1998. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Prof. K. Ali. 2003. Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Khoiriyah, M. Ag. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras
Dudung Abdurrahman. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi













14
 
 
PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH BARAT (705-1031 M)
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, MSI
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Logo STAIN.png
Disusun oleh:
1.                   Asyafiul Musyafa’alfaris        (2023113041)
2.                   Afif Nurul Huda                     (2023113058)
3.                   Naylil Izza                               (2023113065)
Kelas : PGMI B
PROGRAM STUDI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PEKALONGAN
2014


[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Cet. II (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 159-166.
[2] Ibid., hal. 166-168.
[3] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam Cet. I (Yogyakarta: Lesfi, 2003), hal. 99
[4] K. Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani Cet. IV (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2003), hal. 480.
[5] Dudung Abdurrahman, op. cit., hal. 100.
[6] K. Ali, op. cit., hal. 482.
[7] Ibid.
[8] Ibid., hal. 484.
[9] Ibid., hal. 485.
[10] Dudung Abdurrahman, op. cit., hal. 105.
[11] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Cet. II (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal. 229.
[12] Ibid., hal. 230.
[13] Ibid., hal. 231.
[14] Ibid., hal. 232.
[15] Ibid., hal. 235-239.