Peradan
Islam Dinasti-Dinasti Lain di Dunia Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas:
Dosen
pengampu : Ghufron Dimyati,M.S.I
Di susun oleh:
Ayu
Sugiyati (2023113022)
Kelas
PGMI A
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
PEKALONGAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam sejarah Islam, para penguasa
sebagaimana telah dijelaskan bab-bab makalah sebelum ini, setelah masa
khulafaur rasyidin, digantikan oleh para penguasa yang membentuk kekuasaan
dengan sistem kekuasaan kekeluargaan atau dinasti.
Dimulai dari kekuasaan Muawiyah yang
membentuk Dinasti Umayyah, maka sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah
menjadi monarchi hereditis (kerajaan turun-temurun). Kekhalifahan
Muawiyah diperoleh melalui kekerasan dan diplomasi, tidak dengan pemilihan atau
suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
Yazid, yang kelak menggantikannya. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi
di Persia dan Bizantium. Muawiyah memang tetap menggunakan istilah khalifah,
namun ia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengangungkan
jabatan tersebut.
Dinasti-dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah Dinasti
Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah,
Dinasti Usmani di Turki, Dinasti Mongol Islam di India, dan beberapa dinasti
lain yang berkuasa di beberapa belahan dunia Islam.
2. Rumusan masalah
a.
Dinasti
Idrisiyah 789-926
b.
Dinasti
Aghlabiyah 800-909
c.
Dinasti
Samaniyah 819-1005
d.
Dinasti
Safariyah 867-1495
e.
Dinasti
Tulun 868-905
f.
Dinasti
Hamdaniyah 905-1004
g.
Dinasti
Fatimiyah 909-1171
h.
Dinasti
Buwaihiyah 945-1055
i.
Dinasti
Murobbitun 1056-1147
j.
Dinasti
Saljuk 1077-1307
k.
Dinasti
Muwahhidun 1121-1269
l.
Dinasti
Ayyubiyah 1174-1252
m.
Dinasti
Delhi 1206-1555
n.
Dinasti
Mamluk 1257-1517
BAB
II
PEMBAHASAN
A. DINASTI
IDRISIYAH
a. Diantara raja - raja yang berkuasa pada
pemerintahan dinasti idrisiyah:
1. Idrisiyah I ibn Abdullah (789-793
M)
2. Idris II ibn Idris I (793-828 M)
3. Muhammad ibn Idris I (828-836 M)
4. Ali ibn Muhammad (836-849 M)
5. Yahya I ibn Muhammad (849-863M)
6. Yahya II ibn Yahya I (863-866 M)
7. Ali II ibn umar (866-?M.)
8. Yahya III ibn al- kasim (?-905M)
9. Yahya IV ibn Idris ibn umar (905-920M).
10. Hasan AL-hajjam ibn Muhammadibn Al-kasim (925-927M)
Masa kejayaan pada pemerintahan umayyah II di
capai pada masa idris I ,idris II dan
yahya ibn muhammad. Pada pemerintahan idris I dan idris II (putranya) telah
berhasil mempersatukan suku - suku barbar , imigran - imigran Arab yang berasal
dari spanyol dan tripolitani di bawah satu kekuasaan politik.
Pemerintahan dinasti idrisiyah
dimulai masa pemerintahan yahya II. Hal ini di sebabkan karena yahya II tidak mahir dan
tidak cakap dalam mengendalikan dan mengatur pemerintahan hingga terjadilah
pembagian wilayah kekuasaan.dinasti idrisiyah terlibat dalam persaingan antara
dua kekuatan besar , yaitu dinasti bani umayyah di spanyol dan dinasti bani
fatimiyah di mesir dalam
memperrebutkan supremasi dari
9H/80afrika.
Kedua dinasti tersebut mempunyai aliran
yang berbeda , yaitu dinasti bani umayyah beraliran sunni dan sementara bani
fatimiyah beraliran syi’ah. Dalam kekuasaan , ia kemudian mendapatkan
pengkhianatan dari seorang pemimpin
setempat sehingga kekuasaannya hilang dan berakhir pada tahun 926 M.[1]
B. DINASTI AGHLABIYAH
a. Raja- raja yang berkuasa, dinasti aghlabiyah
yang pernah memerintahakan 11 khalifah:
1.Ibrahim I ibn al Aghlab (179-179H/800-811M).
2.Abdullah I ibn Ibrahim (197-210H/816-838M)
3.Ziyadatullah I ibn Ibrahim (210-223H/816-838M).
4.Abu ‘Iqbal ibn Ibrahim (223-226H/838-841M)
5.Abu al- Abbas Muhammad I (226-242H/858-841M)
6. Abu ibrahim ahmad (250H/863M).
7. Ziyadatullah II ibn muhammad II (250-262H/863-875M).
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (250-262H/863-875M)
9. Ibrahim II ibn ahmad (262-289H/875-902M).
10. Abu Al-Abduallah II (289-292H/902-903M)
11. Abu Mudhar Ziyadatullah III (292-296/903-909M)
Masa kejayaan dan hasil peradaban, dinasti
aghlabiyah di capai pada masa pemerintahan ziyadatullah I.
Dinasti aghlabiyah yang berkuasa selama
lebih dari 100 tahun antaranya:
-Berhasil memadamkan gejolak yang muncul
dari kharijiyah barbar.
-Ziyadatullah I membangun masjid
qayrawan , yangh kemudian disempurnakan oleh ibrhim I.
-Pembangunan jalan - jalan , pos - pos ,
armada angkutan , dan irigasi pertanian
( khususnya di tunisia selatan , yang tanahnya kurang subur.
- Ibukota dinasti aghlabiyah , qayrawan
merupakan pusat penting munculnya mazhab maliki, tempat berkumpulnya ulama -
ulama termuka.
Masa kehancuran, Pada abad IX merupakan awal
kemunduran dinasti aghlabiyah , posisi dinasti aghlabiyah di Ifrikiyah menjadi
merosot di sebabkan katrena da beberapa faktor:
-Pimpinan ( amir) terakhir yaitu
ziyadatullah II tenggelam dalam kemewahan (berfoya- foya)
- perintis dinasti
fatimiyah , mahdi ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar di barbar.
yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer.
-Dengan kekuatan militer , dinasti
aghlabiyah di kalahkan oleh dinasti fatimiyah (909M).Ziyadatullah III diusir ke
mesir setelah melakukan upaya - upaya yang
sia - sia demi untuk mendapatkan bantuan dari abbasiyah untuk
menyelamatkan aghlabiyah .[2]
C. DINASTI SAMANIYAH (203 H/819 M-395
H/1005)
Wilayah kekuasaan
Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dan Transoxania (Uzbekistan)
yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibu kotanya adalah Bukhara. Dinasti
Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang
bangsawan Balkh (Afghanistan Utara). Puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Ismai’il bin Ahmad (Ismail I), penguasa ketiga dinasti ini. Isma’il II
Al-Muntasir, khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan wilayahnya
dari serangan Dinasti Qarakhan dapat mempertahankan wilayahnya dari serangan
Dinasti Ghaznawi. Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma’il terbunuh pada
tahun 395 H/1005 peninggalan Dinasti Samaniyah berupa Mausaleum Muhammad bin
Isma’il Al-Bukhari, seorang ilmuan muslim.[3]
D. DINASTI SAFARIYAH (253 H/867M-900H/1495
M)
Dinasti Safariyah
merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia Islam.
Wilayah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri
dinasti ini adalah Ya’qub bin Lais As-Saffar, seorang pemimpin kelompok
khawarij di Provinsi Sistan (Iran). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr
bin Lais berhasil menyebarkan wilayah kekuasaannya sampai ke Afghanistan Timur.
Pada masa itulah kekuasaan dinasti Safariyah mencapai puncaknya. Dinasti ini
semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya
Dinasti Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa
terakhir Dinasti Safariyah, Khalaf meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan
Dinasti Safariyah di Sijistan.
E.
DINASTI THULUNIYAH
Raja-raja yang berkuasa pada Dinasti
Thuluniyah:
1. Ahmad ibn thulun ( dari turki) (254-270H/868-884M).
2. Al- khumarawayh (270-282H/884-896M)
3. Abu al- Asakir ibn khumarawayh (282-283H/896M)
4. Harun ibn khumarawayh (283-292H/896-905M)
Masa kejayaan dan hasil peradaban, Dinasti
Thuluniyah dicapai pada pemerintahan
tahun al - khumarawyh yang mendapatkan wilayah mesir, syria dan gunungtaurus
serta wilayah al - jazair kecuali mosul sebagai imbalan atas pajak yang di
setorkan ke pusat sebanyak 300.000 dinar peradaban dan kemajuan .
Masa kehancuran, persaingan yang hebat antara pembesar- pembesar dinasti
telah memecah persatuan dalam dinasti thuluniyah.abu al- asair ibn khumarawyh
di lawan oleh sebagianpasukan dan dapat disingkirkan pada tahun 283H/896M.
F. DINASTI HAMDANIYAH (292 H/905
M-394H/1004 M)
Dinasti Hamdaniyah,
wilayah kekuasaannya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Irak). Namun dinasti
ini dinisbahkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abu
Al-Haija’. Dinasti Hamdaniyah di Mosul di pimpin oleh Hasan yang menggantikan
ayahnya, Abu Al-Haija’. Kepemimoina Hasan mendapat pengakuan dari pemerintah
Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Aleppo dari Dinasti Ikhsidiyah. Dinasti
Hamdaniyah di Mosul maupun di Aleppo berakhir ketika para pimpinannya
meninggal.[4]
G. DINASTI FATHIMIYAH DI MESIR (909 M-1171
M)
Wilayah kekuasaan
Dinasti Fathimiyah (909-1171 M) meliputi Afrika Utara, Mesir, dan Suriah.
Berdirinya Dinasti Fathimiyah dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti
Abbasiyah. Ubaidillah Al-Mahdi mendirikan Dinasti Fathimiyah yang lepas dari
kekuasaan Abbasiyah. Dinasti ini mengalami puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Al-Aziz. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa Dinasti
Fathimiyah, yang ditandai dengan berdirinya Masjid Al-Azhar. Masjid ini
berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan Ilmu pengetahuan. Dinasti
Fathimiyah berakhir setelah Al-Adid, khalifah terakhir Dinasti Fathimiyah,
jatuh sakit. Shalahuddin Al-Ayyubi, wazir Dinasti Fathimiyah menggunakan
kesempatan tersebut dengan mengakui kekuasaan khalifah Abbasiyah, Al-Mustahdi.
Peninggalan dinasti ini meliputi antara lain Masjid Al-Azhar yang sekarang
terkenal dengan Universitas Al-Azhar, Ban Al-Futuh (Benteng Futuh), dan Masjid
Al-Ahmar di Cairo, Mesir.
Dinasti ini mengklaim sebagai
keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti
Rasulullah. Menurut mereka, Abdullah al-Mahdi sebagai pendiri dinasti ini
merupakan cucu Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq. Sedangkan Ismail merupakan Imam
Syi’ah yang ketujuh.
Setelah Imam Ja’far
Ash-Shidiq wafat, Syi’ah terpecah menjadi dua cabang. Cabang pertama meyakini
Musa Al-Kazim sebagai imam ketujuh pengganti imam Ja’far, sedang sebuah cabang
lainnya mempercayai Ismail bin Muhammad Al-Maktum sebagai imam Syi’ah ketujuh. Cabang
Syi’ah kedua ini dinamai Syi’ah Ismailiyah. Syi’ah Ismailiyah tidak menampakkan
gerakannya seacara jelas sehingga muncullah Abdullah bin Maimun yang membentuk
Syi’ah Ismailiyah sebagai sebuah sistem gerakan politik keagamaan. Ia berjuang
mengorganisir propaganda Syi’ah Ismailiyah dengan tujuan menegakkan kekuasaan
Fathimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionari ke segala penjuru wilayah
muslim untuk menyebarkan ajaran Syi’ah Ismailiyah. Kegiatan ini menjadi latar
belakang berdirinya Dinasti Fathimiyah di Afrika dan kemudian berpindah ke
Mesir.[5]
Sebelum Abdullah bin
Maimun wafat pada tahun 874 M, ia menunjuk pengikutnya yang paling bersemangat
yakni Abdullah Al-Husain sebagai pemimpin Syi’ah Ismailiyah. Ia adalah orang
Yaman asli, sampai dengan abad kesembilan ia mengklaim diri sebagai wakil
Al-Mahdi. Ia menyeberang ke Afrika utara, dan berkat propagandanya yang
bersemangat ia berhasil menarik simpatisan suku Barbar, khususnya dari kalangan
Kithamah menjadi pengikut setia gerakan ahli bait ini. Pada saat itu penguasa
Afrika utara yakni Ibrahim bin Muhammad, berusaha menekan gerakan Ismailiyah
ini, namun usahanya sia-sia. Ziyadatullah putranya dan pengganti Ibrahim bin
Muhammad tidak berhasil menekan gerakan ini.
Setelah berhasil
menegakkan pengaruhnya di Afrika utara, Abu Abdullah Al-Husain menulis surat
kepada Imam Ismailiyah, yaklni Sa’id bin Husain As-Salamiyah agar segera
berangkat ke Afrika Utara untuk menggantikan kedudukannya sebagai pimpinan
tertinggi gerakan Ismailiyah. Sa’id mengabulkan undangan tersebut, dan ia
memproklamirkan dirinya sebagai putra Muhammad Al-Habib, seorang cucu imam
Ismail. Setelah berhasil merebut kekuasaan Ziyadatullah, ia memproklamirkan
dirinya sebagai pimpinan tertinggi gerakan Ismailiyah. Selanjutnya gerakan ini berhasil
menduduki Tunis, pusat pemerintahan Dinasti Aghlabiyah pada tahun 909 M, dan
sekaligus mengusir penguasa Aghlabiyah yang terakhir, yakni Ziyadatullah. Sa’id
kemudian memproklamirkan diri sebagai imam dengan gelar “Ubaidullah Al-Mahdi”.
Dengan demikian, terbentuklah pemerintahan Dinasti Fathimiyah di Afrika Utara
dengan Al-Mahdi sebagai khalifah pertamanya,. Adapun para penguasa Dinasti
Fathimiyah adalah sebagai berikut:
1. Al-Mahdi (909-934 M)
2. Al-Qa’im (934-949 M)
3. Mu’iz Lidinillah (965-975
M)
4. Al-Aziz (975-996
M)
5. Al-Hakim (996-1021 M)
6. Az-Zahir (1021-1036 M)
7. Al-Mustansir (1036-1095 M)
8. Al-Musta’li (1095-1101 M)
Kemajuan
Peradaban pada Masa Dinasti Fathimiyah
a. Bidang Administrasi
Administrasi
kepemerintahan Dinasti Fathimiyah secara garis besar tidak berbeda dengan
adimistrasi Dinasti Abbasiyah. Kementrian negara (wasir) terbagi menjadi dua
kelompok: pertama adalah para ahli pedang dan kedua adalah para ahli pena.
Kelompok pertama menduduki urusan militer dan keamanan serta pengawal pribadi
sang Khalifah. Sedang kelompok kedua menduduki beberapa jabtan kementrian
sebagai berikut: (1) Hakim, (2) pejabat pendidikan sekaligus sebagai pengelola
lembaga ilmu pengetahuan atau Dar Hikmah, (3) inspektur pasar yang bertugas
menertibkan pasar dan jalan, (4) pejabat keuangan yang menangani segala urusan
keuangan negara, (5) regu pembantu istana, (6) petugas pembaca Al-qur’an.
Tingkat terendah kelompok “ahli pena” terdiri atas kelompok pegawai negeri,
yaitu petugas penjaga dan juru tulis dalam berbagai departemen.
Dalam
bidang kemiliteran terdapat tiga jabatan pokok, yaitu (1) Amir yang terdiri
pejabat-pejabat tinggi militer dan pegawai khalifah, (2) petugas keamanan, (3)
berbagai resimen . Pusat-pusat armada laut dibnagun di Alexandria, Damaika,
Ascaton, dan di beberapa pelabuhan Syiria. Masing-masing dikepalai seorang
Admiral tinggi.
b. Kondisi Sosial
Mayoritas
khalifah Fathimiyah berpola hidup mewah dan santai. Al-Muntasir, menurut satu
informasi, mendirikan semacam pavilium di istananya sebagai tempat memuaskan
kegemaran berfoya-foya bersam sejumlah penari rupawan.
Nasir
Al-Khusraw, salah seorang pengembara Ismailiyah berkebangsaan Persia, yang
mengunjungi Mesir anatar tahun 1046-1049 M, meninggalkan catatan tentang
kehidupan kota Kairo ibu kota Dinasti Fathimiyah. Menurutnya, toko-toko
perhiasan dan pusat-pusat penukaran uang di tinggalkan oleh pemiliknya begitu
saja tanpa kunci, rakyat menaruh kepercayaan penuh terhadap pemerintah.
Tempat-tempat pemandian umum yang cukup indah dapat dijumpai di berbagai
penjuru kota, pasar-pasar yang memuat 20.000 perkotaan padat dengan
produk-produk dunia.
Nasir
Al-Khusraw menulis catatan bahwa ia menyaksikan khalifah pada sebuah festival10
tampak sangat mempesona dengan pakaian kebesarannya. Kota Kairo dihiasi dengan sejumlah
masjid perguruan, rumah sakit, dan perkampungan Khalifah.
Dinasti
Fathimiyah berhasil dalam mendirikan sebuah negara yang sangat luas dan
peradaban yang berlainan semacam ini di dunia Timur. Hal ini sangat menarik
perhatian karena sistem administrasinya yang sangat baik, aktivitas artistik,
luasnyya toleransi relijiusa, efisiensi angkatan perang dan angkatan laut,
kejujuran pengadilan, dan terutama perlindungannya terhadap ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
c. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan Kesusastraan
Sumbangan
Dinasti Fathimiyah dalem kemajuan ilmu pengetahuan tidak sebesar sumbangan
Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol. Ibnu Khilis merupakan salah
seorang wazir Fathimiyah yang sangat mempedulikan pengajaran. Ia mendirikan
sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi besar setiap bulan. Pada masa
Ibnu Khilis ini di dalam istana Al-Aziz terdapat seorang fisikawan besar
bernama ,Muhammad Tamim. Al-Kindi sejarawan dan topographer terbesar hidup di
Futsat dan meninggal di tahun 961 M. Pakar terbesar pada wal Fathimiyah adalah
Qadzi An-Nu’man dan beberapa keturunannya yang mendudukli jabatan Qadhi dan
keagamaan tertinggi selama 50 tahun semenjak penaklukkan Mesir sampai pada masa
pemerintahan Al-Hakim.
Di
antara para khalifah Fathimiyah adalah tokoh pendidikan dan orang yang
berperadaban tinggi. Al-Aziz termasuk di antara khalifah yang mahir dalam
bidang syair dan mencintai kegiatan pengajaran. Istana Al-Hakim dihiasi dengan
kehadiran Ali bin Yunus, pakar terbesar dalam bidang astronomi, dan Ibnu Ali
Al-Hasan bin Haitami, seorang fisikawan muslim terbesar dan juga ahli di bidang
optik. Selain mereka berdua terdapat sejumlah sastrawan dan ilmuwan yang
berkarya di istana Fathimiyah.
Dar
Al-Hikmah merupakan praksara terbesar untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
sekalipun pada awalnya lembaga ini dimaksudkan sebagai sarana penyebaran dan
pengembangan ajaran Syi’ah Ismailiyah. Lembaga ini didirikan oleh Khalifah
Al-Hakim pada tahun 1005 M. Al-Hakim juga besar minatnya dalam penelitian
astronomi. Oleh karena itu, ia mendirikan lembaga observasi di bukit
Al-Makkatam. Lembaga obsevasi seperti ini juga didirikan di beberapa tempat
lain.
H. Dinasti Buwaihiyah
Raja-raja yang berkuasa pada Dinasti
Buwaihiyah
1.Mu’izz al daulah / ahmad ibn buwaih (945-967M)
2.‘izz al - daulah (967-978M)
3.‘Adhud al daulah (978-983M)
4.Shamsham al daulah (983-987M)
5.Syaraf al - daulah (987-989M).
Masa kejayaan dan hasil peradaban
,Dinasti Buwaihiyah mencapai masa kejayaan pada pemerintahan ‘adhud al daulah ,
putra rukn al- daulah(Hasan).
Masa kehancuran ,Dinasti buwaihiyah yang
menyebabkan kehancuran mempunyai dua faktor internal dan ekasternal.
Faktor internal adalah perpecahan yang
terjadi di kalangan anak cucu penguasa membawa kepada peperangan di antara
mereka sendiri yang seterusnya mengancam kekuatan mereka.
Sedangkan faktor eksternal gencar serang
- serangan byzantium ke dunia islam , semakin banyak dinastikcil yang
membebaskan dari kekuasaan pusat di baghdad dan di serang dari dinasti saljuk.[6]
I. DINASTI AL-MURABITUN (448 H/1056 M-541
H/1147 M)
Al-Murabitun adalah
nama sebuah dinasti Islam yang berkuasa di Magribi dan Spanyol (Andalusia) pada
tahun 448-541 H/1056-1147 M. Asal-usul dinasti ini berasal dari Lemtuna, salah
satu anak dari suku Sahaja. Mereka bisa juga di sebut Al-Muksimun (pemakai
kerudung sampai menutupi wajah di bawah muka). Dinasti ini berawal dari sekitar
1000 anggota pejuang. Kegiatan mereka antara lainmenyebarkan agama Islam dengan
mengajak suku lain untuk menganut agama Islam. Mereka mengambil ajaran mazhab
Salaf atau (gerakan Salafiyah) secara ketat. Wilayah mereka meliputi Afrika
barat daya dan daerah Spanyol.
Di bawah seorang
pemimpin spiritual, Abdullah bin Yasin dan seorang komandan militer, Yahya bin
Umar, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya samapai ke Wadi Dara.
Kemudian mereka juga berhasil menaklukan kerajaan Sijilmasat yang di kuasai
Mas’ud bin Wanudin Al-Magrawi tahun 447 H/1055 M. Ketika Yahya bin Umar
meninggal dunia, jabatannya di gantikan saudaranya, Abu Bakar bin Umar.
Kemudian Abu Bakar melakukan penaklukan ke daerah sahara Maroko. Tahun 450
H/1058 M ia menyeberang ke atlas tinggi (hit atlas). Setelah itu di
adakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan. Selanjutnya ia memerangi suku
Baghawata yang dianggap menganut paham bid’ah. Pada penyeragan ini Abdullah bin
Yasin tewas (451 H/1059 M). Sejak itu Abu Bakar memegang tampuk kekuasaan
secara penuh dan lambat laun ia berhasil mengembangkan sistem kesultanan.
Pada 1062 Yusuf bin
Tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Ia juga berhasil menakalukkan Fez (1070)
dan Tangier (1078). Pada 1080 samapai 1082 ia berhasil meluaskan wilayahnya
sampai ke Al-Jazair. Ia mengangkat para pejabat dari kalangan Al-Murabitun
untuk menduduki jabatan gubernur pada wilayah taklukan, sementara ia sendiri
memerintah di Maroko.
Yusuf bin Tasyfin juga
berhasil menaklukkan Amen dan Badajoz. Namun, di Laventa ia mendapat perlawanan
sengit dari Ceuta dan pihaknya dapat dikalahkan di Ceuta. Akan tetapi, ia dapat
memperoleh kemenangan kembali.
Ketika Yusuf bin
Tasyfin meninggal dunia, ia mewariskan kekuassannya kepada anaknya, Ali bun
Yusuf bin Tasyfin. Ali melanjutkan [olitik pendahuluan dan berhasil memgalahkan
anak Alfonso VI pada 1111 M. Selanjutnya ia menyebrang ke Andalusia, merampas
tavalera derain. Lambat laun dinasti Al-Murabitun mengalamai kemunduran dalam
menperluas wilayahnya.
Dinasti Al-Murabitun
memegang kekuasaan selama sekitar 90 tahun denagn enam orang penguasa, yaitu
Abu Bakar bin Umar (memerintah 448 H/1986 M), Yusu bin Tasyfin (453 H/1061
M-500 H/1107 M), Ali bin Yusuf (500 H/1107 M-537 H/1143 M), Tasyfin bin Ali
(537 H-541 H) (1143 M-1147 M) Ibrahim bin Tasyfin dan Ishak bin Ali. Dinasti
Al-Murabitun berakhir tatkala di kalahkan Dinasti Muwahhidun yang di pimpin
Abdul Mukmin.[7]
J. DINASTI SALJUK
Raja-raja yang berkuasa pada Dinasti
Saljuk:
1.thugril bek rahimahullah (455H/1063M)
2.Alp Arselan rahimahullah (455-465H/1063-1072M)
3.Maliksyah (465-485H/1072-1092M)
4.Mahmud al - ghazi (485-487H/1092-1094M)
5.Barkiyaruq (487-498H/1094-1103M)
6.Abu syuja’muhammmad (498-511H/1103-1117M)
7.Abu harits sanjar (511-522H/1117-1128M)
Masa kejayaan dan peradaban, Dinasti saljuk
yaitu pada masa pemerintahan tughrilbek, alp arselan, maliksyah, yang berhasil
menaklukkan wilayah bukharintahan a pada tahun 482H.
Pada masa pemerintahan maliksyah dinasti
saljuk di bagi menjadi 5:
- saljuk besar merupakan induk dari yang
lain.
-Saljuk kirman saljuk ini berada di bawah kekuasaan keluarga
qawart bek ibn dawud bibn mikail ibn saljuk .
-saljuk irak dan kurlan distan pemimpin
pertama bernama mughits al - din mahmud.
-saljuk syira saljuk ini di perintah
oleh keluarga tutush ibn alp arselan ibn
dawud ibn mikail ibn saljuk.
‘-saljuk rum saljuk ini di perintah oleh
keluarga qutlu mish ibn israil ibn saljuk.
Masa kehancuran, Dinasti saljuk
mengalami kehancuran pada tahun 629H/1128M. Masa kemubnduran dan
kehancuran dinasti saljuk sudah terlihat
sejak setelah kematian maliksyah tahun1092M dan kematian perdana menterinya
nizam al - mulk.[8]
K. DINASTI Al-MUWAHHIDUN (515 H/1121 M-667
H/1269 M)
Dinasti Al-Muwahhidun
adalah sebuah dinasti Islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika utara dan
Spanyol selama lebih dari satu abad, yaitu sejak tahun 515H/1121M hingga
667H/1269M. Dinasti ini di dirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan ajaran
pendirinya, yakni Muhammad bin Tumart (1080-1130 M), yang di kenal dengan
sebutan Ibnu Tumart.
Dinasti Al-Muwahhidun,
yang berarti golongan berpaham tauhid, di dasarkan atas prinsip dakwah Ibnu
Tumart yang memarangi faham Ad-Tajsim yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai
bentuk (Antropomorfisme) yang berkembang di Afrika utara pada masa itu di bawah
kekuasaan Dinasti Al-Murabitun (448 H/1056 M-541 H/1147 M) atas dasar bahwa
ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam Al-qur’an, seperti
tangan Tuhan, tidak dapat di takikkan (dijelaskan) dan harus difahami seperti
apa adanya.
Ibnu Tumart menganggap
bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harud dilakukan dengan
kekerasan. Sikap keras Ibnu Tumart itu tentu saja tidak disenangi sebagian
besar masyarakat, terutama kalangan ulama dan penguasa. Oleh karena itu, tidak
heran apabila Ibnu Tumart mendapat tantangan dimana-mana. Ia dilindungi Sultan
Ali bin Yusuf bin Tasyfin tahun 507 H/1113 M-537 H/1142 M yang hanya
menguasainya dari Marrakech (ibu kota kerajaan Al-Murabitun). Namun, dakwah
Ibnu Tumart ini memdapat dukungan dari berbagai suku Bar-Bar, seperti suku
Haraga, Hantanah, Jatmiwah, Janfisah.
Langkah pertama yang
diambil Ibnu Tumart dalam meraih ambisinya adalah mengajak kabilah Bar-Bar
bergabung bersamanya. Kabilah yang menolak bergabung diperanginya sehingga
dalam waktu yang relatif singkat banyak kabilah Bar-Bar yang tunduk di bawah
peritahnya. Pada 524 H/1129 M dengan jumlah pasukan sebanyak 40.000 orang, di
bawah komando Abu Muhammad Al-Basyir At-Tansyarisi, kauam Al-Muwahhidun
menyerang ibu kota dinasti Al-Murabitun, Marrakech.
Setelah Ibnu Tumart
wafat Abdul Mu’min bin Ali tahun (467 H/1094 M-558 H/1163 M) di bajat sebagai
pemimpin Al-Muwahhidun menggantikan Ibnu Tumart. Ia di poilih padahal tidak ada
hubungan kekerabatan dengan Ibnu Tumart, karena ia di anggap sebagai orang yang
paling dekat dengan Ibnu Tumart. Setahun kemudian kaum Muwahhidun berhasil
menguasai ibu kota Marrakech dan menjatuhkan Dinasti Al-Murabitun.
Setelah berhasil
menjatuhkan Dinasti Al-Murabitun dan menguasai seluruh wilayah Maghribi, Abdul
Mu’min bin Ali berambisi memperluas wilayah kekuasaannya.
Sementara itu di
Andalusia (Spanyol) kaum Al-Muwahhidun merebut kembali wilayah kaum
Al-Murabitun yang dikuasai kaum Nasrani. Pada masa Abdul Mu’min wilayah kaum
Al-Muwahhidun membentang dari Tripoli hingga ke samudra Atlantik sebelah barat,
satu prestasi gemilang yang belum pernah tercpai dinasti atau kerajaan apapun
di Afrika Utara.
Pada tahun 558 H/1162
M, Abdul Mu’min bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya jatuh ke Spanyol di
kuasai orang Kristen.
Di antara penguasa
Al-Muwahhidun Abu Ya’kub Yusuf adalah yang paling dekat dengan kaum ulama dan
cendekiawan.
Pengganti Abu Ya’kub
adalah putranya, Abu Ya’kub Al-Manshur. Pada tahun awal kekuasaannya terjadi
dua pemberontakan di Spanyol:
1. Cucu Ibnu Ganiah Ali bin Ishaq bin
Muhammad penguasa kepulauan Miurqaha, Manurqa dan Yabisa.
2. Orang Kristen yang berusaha merebut
wilayah Islam di Spanyol.
Sementara itu, akibat perang salib yang
berlangsung di Timur antara kaum Muslimin Di bawah pimpinan Shalahudin Yusuf
Al-Ayyubi dan orang Kristen, telah terjalin hubungan antara khalifah Abu
Yusuf Ya’kub Al-Manshur dan Shalahudin
Yusuf Al-Ayyubi. Di sebutkan bahwa Abu Yusuf membantu pasukan Shalahudin dengan
mengirimkan 180 unit kapal perang untuk melawan tentara Kristen. Namun
demikian, hubungan baik antara Abu Yusuf dan Shalahudin itu tidak lantas
melupakan ambisi sang khalifah untuk menguasai Mesir. Hal tersebut belum dapat
dilaksanakan karena terhalang oleh pemberontakan dalam negeri, baik oleh orang Islam
sendiri mauoun orang Kristen di Spanyol.
[9]
L. DINASTI AYYUBIYAH
Raja-raja yang berkuasa
1. Shalahudin yusuf al- ayyubi (117-1193M)
2. Al - aziz ‘imad al - din (1193-1198M)
3. Al- manshur Muhammad (1198-1199M)
4. Al- ‘adil I syaf al- din (1199-1218M)
5. Al kamil
muhmmad (1238-1240M)
6. Abu bakar al- adil II (1238-1240M.)
Masa kejayaan dan peradaban, Dinasti
ayyubiyah mengalamai masa kejayaan di
tangan shalahudin al ayyubi.
Pada masa dinasti ayyubiyah ini banyak
di habiskan untuk membela islam dari tentara salib. Kemajuan ini di tandai dengan strategi yang baik dan senjata - senjata yang di
gunakan .
Masa kehancuran, Al- kamil meninggal
pada tahun 1238M , dinasti ayyubiyah berada diambang kehancuran .hal ini di
tandai oleh pertentangan yang terjadi di kalangan intern.pada tahun 1250M ,
keluarga ayyubiyah di runtuhkan oleh sebuah pemberontakan salah satu resimen
budalk (mamluk) tersebut.keruntuhan dinasti ayyubiyah terjadi setelah dapat
kehancuran oleh pasukan mongol.[10]
M. DINASTI DELHI (602 H/1206 M-962 H/1555
M)
Dinasti Delhi terletak
di India Utara. Dinasti Delhi mengalami lima kalai pergantian kepemimpinan
yaitu Dinasti Mamluk, Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid, dan
Dinasti Lody. Pada periode pertama, Delhi dipimpin Mamluk selama 84 tahun.
Mamluk merupakan keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Dinasti
Khalji dari Afghanistan memerintah selam 30 tahun. Dinasti Tuglug memerintah
sampai 93 tahun,sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun. Penguasa terakhir
Delhi adalah Dinasti Lody yang memerintah selama 75 tahun. Peninggalan Dinasti
Delhi antara lain adalah Masjid Kuwat Al-Islam dan Qutub Minar yang berupa
menara di Lalkot, Delhi (India).
N. DINASTI MAMLUK
Menyebabkan masa kemunduran dan
kehancuran dinasti mamluk mempunyai 2 faktor eksternal dan internal.
Faktor internal dinasti mamluk mengalami
kehancuran sementara masuk budak dari sirkasia yang kemudian dikenal dengan
nama mamluk burji.
Faktor eksternal dinasti mamluk kalah
melawan pasukan usmani dalam pertempuran yang menentukan diluar kota kairo.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dinasti –dinasti lain di dunia islam pada masa dinasti abbasiyah yaitu dinasti idrisiyah (789-926) , dinasti
aghlabiyah (800-909), dinasti samaniyah(203-395), dinasti safariyah (253-900),
dinasti thuluniyah (254-292) dinasti hamdaniyah (292-905),diasti
fatimiyah(909-1171),dinasti buahiyah (333-447),dinasti al- murabitun(448-541),dinasti
saljuk(469-706),dinasti al-muwahhidun(515-667),dinasti ayyubiyah(569-650),
dinasti delhi(602-962),dinasti mamluk(648-923).
Dinasti
– dinasti itu ada yang mengalami masa kejayaan dan masa kehancuran kemenangan –
kemenangan yang di capai dinasti – dinasti lain disebabkan adanya factor
internal dan eksternal pada masa dinasti mamluk sejarah dinasti – dinasti lain
sebagaimana di jelaskan dalam bab sebelum dan sesudahnya masa khulafaur rasyidin,
dinasti – dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah dinasti
umayyah, dinasti abbasiyah, dinasti umayyah di Andalusia , dinasti safawiyah,
dinasti usman di turki, dinastimogol islam di india dan beberapa dinasti lain
yang berkuasa di beberapa belahan dunia islam selain dinasti diatas juga ada
dinasti – dinasti lain yang memiliki peran penting dalam pengembangan peradaban
islam didunia.
Daftar
Pustaka
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010)
Khoiriyah,M,Ag.
orientasi sejarah islam
(Yogyakarta :Teras ,2012)
No comments:
Post a Comment