DINASTI-DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati , MSI
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Disusun oleh:
Anik maghfiroh (2023113047)
Rostika dewi (2023113054)
Roikhatul jannah
(2023113072)
Kelas : PGMI B
PROGRAM STUDI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A
.Latar Belakang
Dalam sejarah , para penguasa
sebagaimana telah dijelaskan dalam baba-bab sebelumnya ini , setelah masa
kekuasaan khulafaur rasyidin , digantikan oleh para penguasa yang membentuk
kekuasaan dengan sistem kekuasaan kekeluargaan atau dinasti. Dimulai dari
kekuasaan Muawiyah yang membentuk Dinasti Umayyah , maka sistem pemerrintahan yang bersifat
demokrasi berubah menjadi monarchi
hereditis ( kerajaan turun-temurun ). Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh
melalui kekerasan dan diplomasi , tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muwiyyah mewajibkan
seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid, yang kelak
akan menggantikannya. Muawiyyah bermaksud mencontohkan monarchi di Persia dan Bizantium. Muawiyyah memang tetap
menggunakan istilah khalifah, namun ia memberikan interpretasi baru dari
kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut.
Dinasti-dinasti
yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah Dinasti Umayyah, Dinasti
Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah, Dinasti Usmani di
Turki, Dinasti Mongol Islam di India, dan beberapa dinasti lain yang berkuasa
di beberapa dinasti lain yang berkuasa dibeberapa belahan dunia Islam.
Selain
dinasti-dinasti yang disebutkan diatas, juga terdapat beberapa dinasti lain
yang juga memiliki peran dalam pengembangan peradaban di dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DINASTI IDRISIYAH (172
H/789 M - 314 H/926 M)
Wilayah
kekuasaannya adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin
Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan dinasti pertama yang
beraliran Syiah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Sultan Idrisiyah
terbesar adalah Yahya IV (292 H/905 M-309 H/922 M) yang berhasil merestorasi
Volubilis, kota Romawi, menjadi kota Fez. Dinasti Idrisiyah berperan dalam
menyebarkan budaya dan agama Islam ke bangsa Berber dan penduduk asli. Karena
dinasti ini terletak antara kekuatan Islam besar yaitu Umayyah di Andalusia dan
Fatimiah di Afrika Utara. Akhirnya panglima Hakam II di Andalusia yaitu Ghibah
Billah melakukan aneksasi wilayah Idrisiyah . Setelah itulah berakhirnya
dinasti ini pada 374 H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain meninggalkan Masjid
Karawiyyin dan Masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.[1]
B.
DINASTI AGHLABIYAH (184 H/800 M - 296 H/909 M)
Pusat
pemerintahannya terletak di Qairawan, Tunisia. Wilayah kekuasaan Aghlabiyah meliputi
Tunisia dan Afrika Utara. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim I bin
al-Aglab, seorang panglima dari Khurasan Aghlabiyah berperan dalam mengganti
bahasa latin dengan bahasa Arab serta menjadikan Islam agama
mayoritas. Dinasti ini berhasil menduduki Sicilia dan sebagian besar
Italia Selatan, Sardinia, Corsica, bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti
Aghlabiyah berkahir setelah ditaklukan oleh Dinasti Fatimiyah ketika menguasai
ibu kota Sijilmasa , dengan mengalahkan penguasa terakhirnya Ziadatullah
al-Aghlabi III pada tahun 909 M. Peninggalan dinasti ini antara lain adalah
Masjid Raya Qairawan dan Masjid Raya di Tunis.
C.
DINASTI SAMANIYAH (203 H/819 M - 395 H/1005 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dab Transoksania
(Uzbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibukotanya adalah
Bukhara. Dinasti Samaniyah didirikan
oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh
(Afghanistan Utara). Puncak kejayaan tercapai pada masa pemerintahan
Isma'il II al-Muntasir, khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan
wilayahnya dari serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasti Ghaznawi. Dinasti
Samaniyah berakhir setelah Isma'il II terbunuh pada 395 H/1005 M. Peninggalan
Dinasti Samaniyah berupaa Mausoleum Muhammad bin Ismail al-Bukhari, seorang
ilmuwan muslim.[2]
D.
DINASTI SAFARIYAH (253
H/867 M - 900/1495 M)
Dinasti
Safariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia. Wilayah
kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri dinasti
ini adalah Ya'qub bin Lais as-Saffar, seorang pemimpin kelompok Khawarij di
Porpinsi Sistan (Iran). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais
berhasil melebarkan wilayah kekuasaanya sampai Afghanistan Timur. Pada masa
itulah kekuasaan Dinasti Safariyah mencapi puncaknya. Dinasti ini semakin
melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti
Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir
Dinasti Safariyah, Khalaf, meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti
Safariyah di Sijistan.[3]
E.
DINASTI TULUN (254
H/868 M - 292 H/905 M)
Berkuasa
di Mesir yang merupakan wilayah otonom dari khalifah-khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Kekuasaan dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah. Pendirinya adalah
Ahmad bin Tulun lahir 23 Ramadhan 220 H . Putra seorang Turki yang diutus oleh
gubernur Transoksania (Uzbekistan) membawa upeti ke Abbasiyah. Tulun menjadi
budak bagi Nuh ibn Asad dan lantas dihadiahkan kepada khalifah al-Makmun. Pada
mulanya ia datang ke Mesir sebagai wakil gubernur pemerintahan Abbasyiah ,
kemudian menjadi gubernur yang berkuasa hinggga Palestina dan Syria. Semasa
Baghdad krisis ibn Tulun memanfaatkan situasi iini dan kemudian melepaskan diri
dari Baghdad. Karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan Abbasyiah yang
menyebabkan daerah tidak terindahkan, maka menguatlah dinasti ini. Dinasti ini
berpusat di lembah sungai Nil. Masa kejayaan dinasti ini pada pemerintahan
khumarawayh yang mendapatkan wilayah Mesir, Syria dan Gunung Taurus serta
wilayah al-Jazair kecuali Mosul sebagai imbalan atas pajak yang disetorkan ke
pust sebanyak 300.000 dinar. Hasil peradaban yang di capai antara lain :
·
Membangun negeri, menciptakan stabilitas keamanan dalam
negeri .
·
Membuka dan mengembangkan satu kota baru sebagai ibu kota
yaitu kawasan bukit Gabal Yashkur.
·
Dibangunnya masjid al-Tulun yanng dikenal hingga sekarang.
·
Kemajuan pasukan angkatan perang dan angkatan laut.
·
Dibangunnya markas militer al0Qata’i untuk menampung
pasukannya.
Dinasti ini mulai melemah
kekuasaannya sehingga tidak dapat mengontrol sekte Qaramithoh yang ada di Gurun
Syria. Persaingan antar pembesar dinasti Tulun memecah perpecahan , setelah memerintah sampai 38 tahun dinasti
ini berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah dan setelah Khalifah
Syaiban bin Tulun terbunuh.
F.
DINASTI HAMDANIYAH (292
H/905 M - 394 H/1004 M)
Wilayah
kekuasaanya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Irak). Nama dinasti ini
dinisbahkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abul Haija'.
Dinasti Hamdaniyah di Mosul dipimpin oleh Hasan yang menggantikan ayahnya, Abu
al-Haija.
Kepemimpinan Hasan mendapat
pengakuan dari pemerintah Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Aleppo didirikan oleh
Ali Saifuddawlah, suadara dari penguasa Hamdaniyah Mosul. Ali Saifuddawlah
merebut Aleppo dari Dinasti Ikhsyidiyah. Dinasti Hamdaniyah di Mosul maupun di
Aleppo berakhir ketika para pemimpin meninggal.[4]
G.
DINASTI FATIMIYAH (296 H/909 M - 566 H/1171 M)
Wilayah
kekuasaannya meliputi Afrika Utara, Mesir dan Suriah. Berdirinya Dinasti
Fatimiyah dilatar belakangi oleh melemahnya Dinasti Abbasiyah. Ubaidillah
al-Mahdi mendirikan dinasti Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan
Abbasiyah. Dinasti ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan
al-Aziz. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa Dinasti Fatimiyah, yang
ditandai dengan berdirinya Masjid al-Azhar. Masjid ini berfungsi sebagai pusat
pengkajian Islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah berakhir setelah
al-Adid, khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, jatuh sakit. Salahudin Yusub
al-Ayyubi, wazir Dinasti Fatimiyah menggunakan kesempatan tersebut dengan
mengakui kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mustadi. Peninggalan dinasti ini
meliputi antara lain Masjid al-Azhar yang sekarang terkenal dengan Universitas
al-Azhar-nya, Bab al-Futuh (Benteng Futuh) dan Masjid al-Akmar di Cairo, Mesir.
H.
DINASTI BUWAIHI (33
H/945M - 447 H/1055M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh
tiga bersaudara yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi dan Ahmad bin Buwaihi.
Perjalanan Dinasti Buwaihi dapat dibagi dua periode. Periode pertama
merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi sedangkan periode kedua daalh
periode defensi, khususnya di wilayah Irak dan Iran Tengah. Dinasti Buwaihi
mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai
melemah. Dinasti Buwaihi mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh
Tugril Beg dari Dinasti Seljuk. Peninggalan dinasti ini antara lain berupa
observatorium di Baghdad dan sejumlah perpustakaan di Syiraz, ar-Rayy dan
Isfahan (Iran).[5]
Ada dua faktor penyebab kehancuran dinasti in antara lain :
1.
Perpecahan antar keturunan bani Buwaihi.
Kemudian
menyebabkan peperangan hingga membuka jalan ke arah munculnnya kekuasaan lain
yang semakin memecah belah.
2. Faktor eksternal , yaitu semakin
gencarnya serangan Byzantium ke dunia Islam.
I.
DINASTI MUROBBITUN (448 H/1056 M –
541 H/1147 M)
Mereka adalah keturunan orang-orang
Barbar sahara dari kabilah lamatunah. Mereka biasa juga disebut Al-Mulesimum (
pemakai kerudung sampai menutup wajah dibawah muka ). Kegiatan mereka antara
lain menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku lain untuk menganut agama
Islam. Puncak prestasi dan karir politiknya dicapai ketika ia berrhil
menyeberanng ke Spanyol. Ia datang ke Spanyol atas undangan Amir Cardova,
Al-Mu’tadim bin abas yang terancam kekuasaanya oleh Raja Alfonso VI 9 Raja Leon
Castilla ).
J.
DINASTI SELJUK (469 H/1077 M - 706 H/1307 M)
Wilayah
kekuasaannya meliputi Irak, Iran, Kirman dan Suriah. Dinasti Seljuk dibagi
menjadi lima cabang yaitu Seljuk Iran, Seljuk Irak, Seljuk Kirman, Seljuk Asia
Kecil dan Seljuk Suriah. Dinasti Seljuk didirikan oleh Seljuk bin Duqaq
dari suku bangsa Guzz dari Turkestan. Akan tetapi tokoh yang dipandang sebagai
pendiri dinasti seljuk yang sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil
memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti
Abbasiyah. Dinasti Seljuk melemah setelah para pemimpinnya meninggal atau
ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara
Merah) di Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani
Seljuk dan Masjid Jumat di Isfahan, Iran.
K.
DINASTI MUWAHHIDUN (514 H/1120 M –
668 H/1269 M)
Pemerintahan ini dimulai dari
Muhammad bin Tumat dari kabilah Mashmudah yang mengaku dirinya adalah
al-Mahdi dan bahwa dirimya adalah Maksum
( terjaga dari kesalahan ). Dia memulai dakwah di Aghmat dan menyerukan untuk
meruntuhkan pemerintahan Al-Murabitun karena kezaliman dan kekejaman mereka
serta sikap mereka yang bertentengan dengan syriat ( Islam dalam pndangannya ).
Pemimpin-pemimpin
Muwahhidun
1. Muhammad
bin Tumat ( Al-Mahdi )
2. Abdul
Mukmin bin Ali
3. Yusuf
bin Abdul Mukmin
4. Ya’qup
bin Yusuf
Ya’qup
bin Yusuf adalah orang yang menonjol, dia mampu mengalahkan orang-orang kristen
Andalusia dengan ke. Mereka mengambil
ajaran mazhab salaf (gerakan Salafiyah) secara ketat. Wilayah mereka meliputi
Afrika barat daya dan daerah Spanyol.
Pemerintahan
ini melemahdan ambruk sedikit demi sedikit akibat perangn saudara diantara para
pemimpinnya. Peristiwa ini dipergunakan menangannya yang sangat mencenngangkan
pada perang Al-Arak
sebaik-baiknya oleh orang-orng Spayol sehingga
kaum Sale berhasil menguasai sebagian besar kota Andalusia. Mereka dihancurkan
oleh peemerintahan Ariniyah.
L.
DINASTI AYUBIYAH (569 H/1174 M - 650 H/1252 M)
Pusat
pemerintahan Dinasti Ayubiyah adalah Cairo, Mesir. Wilayah kekuasaannya
meliputi kawasan Mesir, Suriah dan Yaman. Dinasti Ayubiyah didirikan Salahudin
Yusuf al-Ayyubi, setelah menaklukan khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah,
al-Adid. Salahudin berhasil menaklukan daerah Islam lainnya dan pasukan
salib. Selain dikenal sebagai panglima perang, Salahudin juga mendorong
kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Berakhirnya masa pemerintahan Ayubiyah
ditandai dengan meninggalnya Malik al-Asyraf Muzaffaruddin, sultan terakhir dan
berkuasanya Dinasti Mamluk. Peninggalan Ayubiyah adalah Benteng Qal'ah al-Jabal
di Cairo, Mesir.
M.
DINASTI DELHI (602
H/1206 M - 962 H/1555 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Delhi terletak di India Utara. Dinasti Delhi mengalami lima
kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti Mamluk, Dinasti Khalji, Dinasti
Tuglug, Dinasti Sayid dan Dinasti Loyd. Pada periode pertama, Delhi
dipimpin Dinasti Mamluk selama 84 tahun. Mamluk merupakan keturunan Qutbuddin
Aybak, seorang budak dari Turki. Dinasti Khalji dari Afghanistan memerintah
selama 30 tahu. Dinasti Tuglug memerintah selama 93 tahun, sedangkan Dinasti
Sayid selama 37 tahun. Penguasa terakhir Delhi adalah Dinasti Lody yang
memerintah selama 75 tahun. Peninggalan Dinasti Delhi antara lain adalah Masjid
Kuwat al-Islam dan Qutub Minar yang berupa menara di Lalkot, Delhi (India).[6]
N.
DINASTI MAMLUK MESIR (648 H/1250 M - 923 H/1517 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Mamluk Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan
hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir, yang dididik secara militer oleh
tuan mereka. Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua yaitu Mamluk
Bahri dan Mamluk Burji. Sultan pertama Dinasti Mamluk Bahri adalah Izzudin
Aibak, Sultan Dinasti Mamluk Bahri yang terkenal antara lain adalah Qutuz,
Baybars, Qalawun dan Nasir Muhammad bin Qalawun.
Baybars adalah sultan Dinasti Mamluk
Bahri yang berhasil membangun pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama 17
tahun. Dinasti Mamluk Burji kemudian mengambil alih pemerintahan dengan
menggulingkan sultan Mamluk Bahri terakhir, as-Salih Hajii bin Sya'ban. Sultan
pertama penguasa Dinasti Mamluk Burji adalah Barquq (784 H/1382 M-801 H/1399
M).
Dinasti Mamluk Mesir memberikan
sumbangan besar bagi sejarah Islam dengan mengalahkan kelompok Nasrani Eropa
yang menyerang Syam (Suriah). Selain itu, Dinasti Mamluk Mesir berhasil
mengalahkan bangsa Mongol, merebut dan mengislamkan Kerajaan Nubia (Ethiopia),
serta menguasai Pulau Cyprus dan Rhodos. Dinasti Mamluk Mesir berakhir
setelah al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan
Usmani Turki. Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid Rifai,
Mausoleum Qalawun dan Masjid Sultan Hassan di Cairo.[7]
BAB III
KESIMPULAN
ü DINASTI IDRISIYAH (172 H/789 M - 314 H/926 M)
Wilayah
kekuasaannya adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin
Abdullah. Akhirnya panglima Hakam II di Andalusia yaitu Ghibah Billah melakukan
aneksasi wilayah Idrisiyah . Setelah itulah berakhirnya dinasti ini pada 374
H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain meninggalkan Masjid Karawiyyin dan
Masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.
ü DINASTI AGHLABIYAH (184 H/800
M - 296 H/909 M)
Pusat pemerintahannya terletak di
Qairawan, Tunisia. Wilayah kekuasaan Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika
Utara. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim I bin al-Aglab. Dinasti
Aghlabiyah berkahir setelah ditaklukan oleh Dinasti Fatimiyah .
ü DINASTI SAMANIYAH (203 H/819 M - 395 H/1005 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dab Transoksania
(Uzbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibukotanya adalah Bukhara.
Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat. Dinasti
Samaniyah berakhir setelah Isma'il II terbunuh pada 395 H/1005 M.
ü DINASTI SAFARIYAH (253 H/867 M - 900/1495 M)
Dinasti
Safariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia.
Wilayah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri
dinasti ini adalah Ya'qub bin Lais as-Saffar. Akhirnya Dinasti Ghaznawi
mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti
Safariyah, Khalaf, meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah
di Sijistan.
ü DINASTI TULUN (254 H/868 M - 292 H/905 M)
Berkuasa
di Mesir yang merupakan wilayah otonom dari khalifah-khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Kekuasaan dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah. Pendirinya adalah
Ahmad bin Tulun lahir 23 Ramadhan 220 H .
Dinasti ini mulai melemah
kekuasaannya sehingga tidak dapat mengontrol sekte Qaramithoh yang ada di Gurun
Syria. Persaingan antar pembesar dinasti Tulun memecah perpecahan , setelah memerintah sampai 38 tahun dinasti
ini berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah dan setelah Khalifah
Syaiban bin Tulun terbunuh.
ü DINASTI HAMDANIYAH (292 H/905 M - 394 H/1004 M)
Wilayah kekuasaanya meliputi Aleppo
(Suriah) dan Mosul (Irak). Nama dinasti ini dinisbahkan kepada pendirinya,
Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abul Haija'.
Dinasti Hamdaniyah di Mosul maupun
di Aleppo berakhir ketika para pemimpin meninggal.
ü DINASTI FATIMIYAH (296 H/909 M - 566 H/1171 M)
Wilayah
kekuasaannya meliputi Afrika Utara, Mesir dan Suriah. Berdirinya Dinasti
Fatimiyah dilatar belakangi oleh melemahnya Dinasti Abbasiyah. Ubaidillah
al-Mahdi mendirikan dinasti Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan
Abbasiyah.. Dinasti Fatimiyah berakhir setelah al-Adid, khalifah terakhir
Dinasti Fatimiyah, jatuh sakit.
ü DINASTI BUWAIHI (33 H/945M - 447 H/1055M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi
meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara yaitu Ali bin
Buwaihi, Hasan bin Buwaihi dan Ahmad bin Buwaihi.
Ada dua faktor penyebab kehancuran dinasti ini antara lain :
Perpecahan antar keturunan bani Buwaihi.
Kemudian menyebabkan peperangan hingga membuka jalan ke arah
munculnnya kekuasaan lain yang semakin memecah belah.
Faktor eksternal , yaitu semakin gencarnya serangan
Byzantium ke dunia Islam.
ü DINASTI MUROBBITUN (448 H/1056 M – 541 H/1147 M)
Mereka
adalah keturunan orang-orang Barbar sahara dari kabilah lamatunah. Ada dua
faktor yang menyebabkan kehancuran yaitu faktor internal dan faktor eksterrnal.
Faktor internal yaitu perang sipil , perebutan kekuasaan diantara anggota
keluarga penguasa , pemberontakan kaum Hasysyasyin. Sedangkan faktor ekstern
yaitu terjadinya perang salib. Hingga menyebabkan kelemahan , kemunduran , dan
menuju gerbang kehancuran kerajaan.
ü DINASTI MUWAHHIDUN (514 H/1120 M – 668 H/1269 M)
Pemerintahan
ini dimulai dari Muhammad bin Tumat dari kabilah Mashmudah yang mengaku dirinya
adalah al-Mahdi dan bahwa dirimya adalah
Maksum ( terjaga dari kesalahan ). Pemerintahan ini melemah dan ambruk sedikit
demi sedikit akibat perangn saudara diantara para pemimpinnya. Peristiwa ini
dipergunakan sebaik-baiknya oleh orang-orng Spayol sehingga kaum Sale berhasil
mengusasai sebagian besar kota Andalusia. Mereka dihancurkan oleh peemerintahan
Ariniyah.
ü DINASTI AYUBIYAH (569 H/1174 M - 650 H/1252 M)
Didirikan oleh Al-Malik
Al-Nashir Shalahudin Yusuf (al-Ayyubi ). Berakhirnya masa pemerintahan Ayubiyah ditandai dengan
meninggalnya Malik al-Asyraf Muzaffaruddin, sultan terakhir dan berkuasanya
Dinasti Mamluk. Peninggalan Ayubiyah adalah Benteng Qal'ah al-Jabal di Cairo,
Mesir.
ü DINASTI DELHI (602 H/1206 M - 962 H/1555 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Delhi
terletak di India Utara. sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun. Penguasa
terakhir Delhi adalah Dinasti Lody yang memerintah selama 75 tahun. Peninggalan
Dinasti Delhi antara lain adalah Masjid Kuwat al-Islam dan Qutub Minar yang
berupa menara di Lalkot, Delhi (India).
ü DINASTI MAMLUK MESIR (648 H/1250 M - 923 H/1517 M)
Sultan pertama penguasa Dinasti
Mamluk Burji adalah Barquq (784 H/1382 M-801 H/1399 M).
Beberapa
faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Dinasti Mamluk antara lain:
Faktor
Internal yaitu perebutan kekuasaan, kemewahan dan budaya korupsi masa
Al-Nashir, dan merosotnya perekonomian.
Sedangkan
faktor Eksternalnya yaitu serangan dari Turki Usmani di bawah kekuasaan Sultan
Salim tahun 923 H/1517 M. Dinasti Mamluk kalah melawan pasukan Usmani dalam
pertempuran yang menentukan di luar Kota Kairo.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. 2011. Sejarah Islam. Jakarta : Akbar Meddia
M Khoiriyah. 2012. Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Ahmad Ali Riyadi
Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah
Http://www Dunia. Dinasti Islam di seluruh, 3/122/2014, 12:05 PM.
[1]
Khoiriyah, M. Ag.,Reorientasi Wawasan
Sejarah Islam, Cet. I (Yogyakarta:Ahmad Ali Riyadi,2012),hlm. 127
[2]Drs.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam, cet.II ( Jakarta : sinar Grafika, 2009 ), hlm. 275.
[3]
Ibid, hlm. 267.
[5]
Drs. Samsul Munir Amin, op. cit.
[6]
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam, cet.
I (Jakarta : Akbar Meddia, 2011), hlm. 291.
[7]
Drs. Samsul Munir Amin, op. cit. hlm. 279
No comments:
Post a Comment