BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

06 May 2014

pengkur 7 : SDM Pengembangan Kurikulum

SUMBER DAYA MANUSIA PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :   
Mata Kuliah         : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : M.Hufron Dimyati, M.S.I

Disusun oleh : 
Nur khakim 
Nur Fatma 
Rini Ratnawati
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN (STIKAP)
PEKALONGAN
2014

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemampuan kepada kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita, teladan mulia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Makalah yang berjudul “ Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum “ ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      M,Hufron Dimyati, M.S.I
2.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari sepenuh hati atas kekurang sempurnaan makalah ini, maka kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.



Pekalongan,    April  2014



  Penulis


Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah...........................................................1
B.                 Rumusan Masalah....................................................................1
C.                 Metode Pemecahan Masalah....................................................2
D.                Sistematika Penulisan Makalah................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
            Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum
A.    Pakar-pakar Ilmu Pendidikan........................................................ 2
B.     Administrator Pendidikan............................................................. 2
C.     Guru..................................................................................... 4
D.    Orang Tua............................................................................. 5
E.     Siswa.................................................................................... 7

BAB III : PENUTUP
Simpulan.................................................................................16
Daftar pustaka







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kegiatan pengembangan kurikulum membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar pihak-pihak terkait memiliki persepsi dan tindakan yang sama.
Sumber daya manusia ( SDM ) pengembangan kurikulum adalah kemampun terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum, dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Sumber daya manusia tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, ilmuwan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.
Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru, dan organisasi professional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, anggota komite dan dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga social masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsure-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.
Terhadap perkembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersebut sangat penting, karena memang disadari bahwa keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pada semua tahapan kurikulum, yaitu perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan kurikulum.

B.      Rumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam mempelajari makalah ini kami akan membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Siapa saja yang menjadi sumber daya manusia pengembangan kurikulum itu ?
2.      Siapakah yang menjadi administrator pendidikan dalam pengembangan kurikulum ?
3.      Apa saja yang termasuk dalam kelompok pakar-pakar ilmu pendidikan?
4.      Apa peran guru dalam pengembangan kurikulum?
5.      Apa peran orang tua dalam pengembangan kurikulum?
6.      Apa peran siswa dalam pengembangan kurikulum?

   C. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dilakukan yaitu melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
D.    Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian yaitu:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah, Metode Penulisan makalah dan sistematika penulisan makalah.
Bab II, adalah pembahasan, serta
Bab III, Penutup yang terdiri dari kesimpulan.








BAB II
PEMBAHASAN
SUMBER DAYA MANUSIA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Sumber daya manusia ( SDM ) pengembangan kurikulum adalah kemampun terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum, dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Sumber daya manusia tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, ilmuwan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.[1]
Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru, dan organisasi professional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, anggota komite dan dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga social masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsure-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.
Terhadap perkembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersebut sangat penting, karena memang disadari bahwa keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pada semua tahapan kurikulum, yaitu perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan kurikulum.
Berikut adalah deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :[2]


A.    Pakar-pakar ilmu pendidikan

Spesialis para pengembang kurikulum ini bertugas untuk :
1)      Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor. Spesialisasi yang ditekuni menjadi jaminan untuk menyelesaikan tugas pengembngan kurikulum.
2)      Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembangan kurikulum.
3)      Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum. Hasil yang relevan dimanfaatkan sebagai informasi baru, data dan fakta dilapangan dapat digunakan untuk menyusun kurikulum yang serasi.
4)      Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai dengan kurikulum yang sedang dikembangkan, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan bagi kurikulum yang bersangkutan.
5)      Memberikan latihan dan penataran bagi para pengembang kurikulum, atau melakukan konsultasi dengan para pengembang tersebut untuk memperoleh kurikulum yang baku.
Berdasarkan peran diatas, menjadi suatu keharusan bahwa kehadiran sumber daya manusia yang handal dibidangnya sangat dibutuhkan terutama dari pakar ilmu pendidikan.[3]
B.     ADMINISTRATOR PENDIDIKAN

Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berada pada tingkat pusat, propinsi, kotamadya atau kabupaten, dan juga kepala sekolah.[4]
1)      Administrator di tingkat pusat ( direktur, kepala pusat ) mempunyai wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuan, yaitu dalam penyusunan kerangka kurikulum, dasar hukum, dan program inti kurikulum. Dengan adanya kerangka dasar dan program inti, selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para pakar di perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
2)      Administrator di tingkat daerah ( dinas pendidikan tingkat kotamadya atau kabupaten ) bertugas berdasarkan kerangka dasar dan program inti dari tingkat pusat. Mereka kemudian melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhannya. Administrator tingkat daerah mempunyai wewenang merumuskan sistem operasional pendidikan bagi sekolahnya. Mereka juga berkewajiban mendorong dan mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah. Selain itu, bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi, serta melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut.
3)      Kepala sekolah mempunyai tugas yang lebih berkenaan dengan  implementasi kurikulum di sekolah. Peran kepala sekolah dan guru sangat besar, dan merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum.
Dalam sistem organisasi pendidikan yang menganut berdasarkan sentralisasi, administrator berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum, khususnya yang telah ditetapkan oleh pusat dan seragam. Pelaksanaan strategi ini sering menimbulkan masalah, karena tidak sesuai dengan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap daerah.[5]
Model pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan disamping kekurangannya. Kelebihannya adalah selain mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, dan tercapainya standar minimal penguasaan/perkembangan anak, juga model ini mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat dari segi biaya, waktu, dan fasilitas.[6] 
Dalam sistem organisasi pendidikan yang menganut berdasarkan desentralisasi, peranan administrator sangat luas dan besar untuk melakukan inisiatif dalam pengembangan, penyusunan, dan penyempurnaan kurikulum, serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan kemampun daerahnya. Hal ini akan menimbulkan keragaman kurikulum (diversifikasi kurikulum ), tetapi bagaimanapun juga kurikulum ini masih berdasarkan kerangka yang ditentukan oleh pusat.
C.    GURU

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru.
            Dikarenakan pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya. Ini merupakan fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.[7]
            Peranan guru dalam pengembangan kurikulum adalah :
1.      Pengelola administratife.
2.      Pengelola konseling dan pengembangan kurikulum.
3.      Guru sebagai tenaga professional kependidikan.
4.      Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum.
5.      Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional.
6.      Pendekatan kurikulum.
7.      Meningkatkan pemahaman konsep diri.
8.      Memupuk hubungan timbal-balik yang harmonis dengan siswa.  
            Peranan guru baik dalam model sentralisasi maupun desentralisasi dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai pada batas-batas tertentu juga yang sentralisasi-desen-tralisasi, peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ catur wulan, atau satuan pelajaran, tetapi juga dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memiliki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.[8] 
Biasanya penyusunan kurikulum serta perubahan dan penyesuaiannya dilakukan pada tingkat Kanwil dengan bantuan para ahli dalam mata pelajaran khusus. Guru-guru sendiri untuk sebagian besar tidak mengambil bagian apapun dalam perencanaan perbaikan kurikulum itu, mereka tinggal menerima dan menggunakan saja menurut apa adanya. Prosedur itu menghadapi berbagai kesulitan dalam praktek perbaikan pendidikan dan pengajaran, yang pada umumnya mengalami kesukaran atau kemacetan dalam pelaksanaan, sebab hal-hal tersebut hanya ditentukan dari atas, guru-guru tidak diikutsertakan. Keadaan yang demikian mengakibatkan banyak usaha perbaikan pengajaran yang hanya tinggal diatas kertas saja.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentang keharusan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.[9]     

D.    ORANG TUA
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua saja yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat antara guru atu sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.[10]
Orang tua mengirimkan anak ke sekolah agar anak itu memperoleh pengetahuan. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat untuk kepentingan masyakat demi kelanjutan hidup, perkembangan dan kebahagiaan masyarakat. Karena itu diusahakan agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat. Relevansi juga merupakan salah satu patokan penting dalam pengembangan kurikulum
Salah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam mencari relevansi pendidikan dengan masyarakat ialah Franklin Bobbit ( 1920 ) Ia mengatakan bahwa yang harus diajarkan disekolah agar kurikulum benar-benar relevan, dari kegiatan utama dalam kehidupan manusia ada 10 poin yang salah satunya adalah kegiatan orang tua,yaitu “ membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang sehat “. [11]
 Tiap pendidik yang mencampuri persekolahan akan mempunyai pandangan masing-masing apa  yang harus diajarkan agar anak-anak yang dididik akan menjadi manusia yang berguna dalam masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan akan dapat dicapai apabila terjadinya sinerjik dan integrasi ke tiga unsur, yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dilihat dari sisi peran dan kedudukan, masyarakat mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Karena itu orang tua dan masyarakat mempunyai harapan dan aspirasi tersendiri dengan mengirimkan putra-putrinya  belajar di sekolah.[12]   


E.     SISWA
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para pembina kurikulum ( dalam kedudukannya sebagai guru ) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing, sehingga partisipasi siswa tersebut tidak lepas dari bimbingan guru. Misalnya, memberikan motivasi dalam belajar, dorongan untuk mengeluarkan pendapat, berpartisipasi dalam kegiatan siswa, dan sebagainya.
Tiap kurikulum harus memperhatikan anak. Berapa banyak perhatian itu bergantung pada kedudukan dan peranan yang diberikan kepadanya. Dalam kurikulum yang bersifat child-centered anak itu merupakan sumber utama sedangkan dalam kurikulum yang society-centered peranan anak minimal, sedangkan kurikulum yang menggunakan developmental task diberikan peranan yang sama kepada anak dan masyarakat.[13]
Disamping dunia pengetahuan dan masyarakat, anak juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar anak itu dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhannya dan apa minatnya.
Berbagai studi telah diadakan untuk mengenal anak secara lebih luas dan mendalam. Studi ini antara lain menjadi pokok penelitian psikologi anak yang mempelajari anak dalam segala aspeknya antara lain mengenai perkembangan anatomis dan fisiologi, kemampuan motoris, bahasa dan komunikasi, perkembangan mental dan inteligensi, perkembangan pengertian dan pemahaman, kreativitas dan permainan anak, kelakuan sosial, watak dan disiplin, kepribadian dan kesehatan rohani dan sebagainya.[14]     
Berhubung dengan hasil studi tentang anak Lester D.Crow dan Alice Crow menyarankan hubungan kurikulum dan anak adalah sebagai berikut : ( Crow & Crow, 1955, h. 192 ).
1.      Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2.      Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya masa mendatang.
3.      Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4.      Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.[15]
    





KESIMPULAN
            Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum ada 5 yaitu :
A.    Pakar-pakar Ilmu Pendidikan
Menjadi suatu keharusan bahwa kehadiran sumber daya manusia yang handal dibidangnya sangat dibutuhkan terutama dari pakar ilmu pendidikan.
B. Administrator pendidikan
Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berada pada tingkat pusat, propinsi, kotamadya atau kabupaten, dan juga kepala sekolah.
B.     Guru
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru.
D.    Orang Tua
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua saja yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat antara guru atu sekolah dengan orang tua siswa.
E.      Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para pembina kurikulum ( dalam kedudukannya sebagai guru ) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing, sehingga partisipasi siswa tersebut tidak lepas dari bimbingan guru.




DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, M.Ngalim. 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidika.,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution, S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Strtegik dalam peningkatan Mutu
Pendidikan.Bandung: Alfabeta


     [1] Oemar Hamalik,Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum ( Bandung: Remaja Rosdakarya,2008 ),hlm.228.
[2] Ibid.,hlm.229
[3] Ibid.,hlm.229
[4] Ibid.,hlm.229
[5] Ibid.,hlm.230
     [6] Nana syaodih sukmadinata,pengembangan kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya:2009),hlm.198.
[7] Oemar Hamalik,op.cit.,hlm.231
[8] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.202
    [9]  M.Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya,2012)hlm.148.
[10] Oemar Hamalik,loc.cit.,
[11] S.Nasution, pengembangan kurikulum ( Bandung: Citra Aditya Bakti,1993 ),hlm.56.
     [12] Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan ( Bandung: Alfabeta,2011 ),hlm.236.
[13] S.Nasution,op.cit.,hlm.79.
[14] Ibid.,hlm.80
[15] Ibid.,hlm,81.

No comments:

Post a Comment