SUMBER DAYA MANUSIA PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : M.Hufron Dimyati, M.S.I
Disusun oleh :
Nur khakim
Nur Fatma
Rini Ratnawati
Nur khakim
Nur Fatma
Rini Ratnawati
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN (STIKAP)
PEKALONGAN
2014
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang
telah memberikan kemampuan kepada kami, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita, teladan
mulia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Makalah yang berjudul “ Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum
“ ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan
karena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
M,Hufron Dimyati, M.S.I
2.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari
sepenuh hati atas kekurang sempurnaan makalah ini, maka kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
Pekalongan, April
2014
Penulis
Daftar Isi
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah...........................................................1
B.
Rumusan Masalah....................................................................1
C.
Metode Pemecahan Masalah....................................................2
D.
Sistematika Penulisan Makalah................................................2
BAB
II : PEMBAHASAN
Sumber Daya Manusia Pengembangan
Kurikulum
A.
Pakar-pakar Ilmu Pendidikan........................................................
2
B.
Administrator Pendidikan.............................................................
2
C. Guru.....................................................................................
4
D. Orang Tua.............................................................................
5
E. Siswa....................................................................................
7
BAB
III : PENUTUP
Simpulan.................................................................................16
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan
pengembangan kurikulum membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar
pihak-pihak terkait memiliki persepsi dan tindakan yang sama.
Sumber
daya manusia ( SDM ) pengembangan kurikulum adalah kemampun terpadu dari daya
pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum, dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Sumber daya manusia tersebut terdiri
atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, ilmuwan,
orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.
Unsur
ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni tenaga
professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga
professional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan
non-guru, dan organisasi professional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua,
anggota komite dan dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga social
masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta
unsure-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.
Terhadap
perkembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersebut sangat
penting, karena memang disadari bahwa keberhasilan suatu sistem dan tujuan
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pada semua tahapan kurikulum, yaitu
perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan kurikulum.
B. Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah dalam
mempelajari makalah ini kami akan membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Siapa saja yang menjadi sumber daya
manusia pengembangan kurikulum itu ?
2. Siapakah yang menjadi administrator
pendidikan dalam pengembangan kurikulum ?
3. Apa saja yang termasuk dalam kelompok
pakar-pakar ilmu pendidikan?
4. Apa peran guru dalam pengembangan
kurikulum?
5. Apa peran orang tua dalam pengembangan
kurikulum?
6. Apa peran siswa dalam pengembangan
kurikulum?
C. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dilakukan yaitu
melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan
beberapa buku yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis
dalam tiga bagian yaitu:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari:
Latar belakang, rumusan masalah, Metode Penulisan makalah dan sistematika
penulisan makalah.
Bab II, adalah pembahasan, serta
Bab
III, Penutup yang terdiri dari kesimpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
SUMBER DAYA MANUSIA PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Sumber daya manusia ( SDM )
pengembangan kurikulum adalah kemampun terpadu dari daya pikir dan daya fisik
yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum, dari tingkat pusat sampai ke
tingkat daerah. Sumber daya manusia tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu
pendidikan, administrator pendidikan, guru, ilmuwan, orang tua, siswa, dan
tokoh masyarakat.[1]
Unsur ketenagaan tersebut dapat
dibagi menjadi dua kategori, yakni tenaga professional dan tenaga dari
masyarakat. Tenaga professional
meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru, dan organisasi
professional. Adapun tenaga dari
masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, anggota komite dan dewan
sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga social masyarakat, instansi
pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsure-unsur masyarakat
yang berkepentingan terhadap pendidikan.
Terhadap perkembangan kurikulum,
keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersebut sangat penting, karena memang
disadari bahwa keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama pada semua tahapan kurikulum, yaitu perencanaan,
pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan kurikulum.
Berikut adalah deskripsi tugas dan
wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai
berikut :[2]
A. Pakar-pakar ilmu pendidikan
Spesialis para pengembang kurikulum ini bertugas untuk :
1)
Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor. Spesialisasi yang
ditekuni menjadi jaminan untuk menyelesaikan tugas pengembngan kurikulum.
2)
Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh
panitia pengembangan kurikulum.
3)
Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum. Hasil
yang relevan dimanfaatkan sebagai informasi baru, data dan fakta dilapangan
dapat digunakan untuk menyusun kurikulum yang serasi.
4)
Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai dengan kurikulum yang
sedang dikembangkan, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan bagi kurikulum yang
bersangkutan.
5)
Memberikan latihan dan penataran bagi para pengembang kurikulum,
atau melakukan konsultasi dengan para pengembang tersebut untuk memperoleh
kurikulum yang baku.
Berdasarkan peran diatas, menjadi
suatu keharusan bahwa kehadiran sumber daya manusia yang handal dibidangnya
sangat dibutuhkan terutama dari pakar ilmu pendidikan.[3]
B. ADMINISTRATOR PENDIDIKAN
Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berada
pada tingkat pusat, propinsi, kotamadya atau kabupaten, dan juga kepala
sekolah.[4]
1)
Administrator di tingkat pusat ( direktur, kepala pusat ) mempunyai
wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuan, yaitu dalam penyusunan kerangka
kurikulum, dasar hukum, dan program inti kurikulum. Dengan adanya kerangka
dasar dan program inti, selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata
pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator tingkat pusat bekerja sama
dengan para pakar di perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum
sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
2)
Administrator di tingkat daerah ( dinas pendidikan tingkat
kotamadya atau kabupaten ) bertugas berdasarkan kerangka dasar dan program inti
dari tingkat pusat. Mereka kemudian melakukan pengembangan sesuai dengan
kebutuhannya. Administrator tingkat daerah mempunyai wewenang merumuskan sistem
operasional pendidikan bagi sekolahnya. Mereka juga berkewajiban mendorong dan
mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah. Selain itu, bekerja sama
dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi, serta melaksanakan
kurikulum di sekolah tersebut.
3)
Kepala sekolah mempunyai tugas yang lebih berkenaan dengan implementasi kurikulum di sekolah. Peran
kepala sekolah dan guru sangat besar, dan merupakan kunci keberhasilan
pengembangan kurikulum.
Dalam sistem organisasi pendidikan
yang menganut berdasarkan sentralisasi, administrator berperan lebih banyak
dalam pengembangan kurikulum, khususnya yang telah ditetapkan oleh pusat dan
seragam. Pelaksanaan strategi ini sering menimbulkan masalah, karena tidak
sesuai dengan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap daerah.[5]
Model pengembangan kurikulum yang
bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan disamping kekurangannya.
Kelebihannya adalah selain mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa,
dan tercapainya standar minimal penguasaan/perkembangan anak, juga model ini
mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat dari segi
biaya, waktu, dan fasilitas.[6]
Dalam sistem organisasi pendidikan
yang menganut berdasarkan desentralisasi, peranan administrator sangat luas dan
besar untuk melakukan inisiatif dalam pengembangan, penyusunan, dan
penyempurnaan kurikulum, serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan
kemampun daerahnya. Hal ini akan menimbulkan keragaman kurikulum (diversifikasi
kurikulum ), tetapi bagaimanapun juga kurikulum ini masih berdasarkan kerangka
yang ditentukan oleh pusat.
C.
GURU
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di
lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara
lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru.
Dikarenakan pengembangan
kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan
kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya. Ini merupakan fase
penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping sebagai unsur penunjang
administrasi secara keseluruhan.[7]
Peranan guru dalam
pengembangan kurikulum adalah :
1.
Pengelola administratife.
2.
Pengelola konseling dan pengembangan kurikulum.
3.
Guru sebagai tenaga professional kependidikan.
4.
Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum.
5.
Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional.
6.
Pendekatan kurikulum.
7.
Meningkatkan pemahaman konsep diri.
8.
Memupuk hubungan timbal-balik yang harmonis dengan siswa.
Peranan guru baik
dalam model sentralisasi maupun desentralisasi dapat dilihat dalam tiga tahap,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai pada
batas-batas tertentu juga yang sentralisasi-desen-tralisasi, peranan guru dalam
pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara
sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran
kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ catur wulan, atau satuan
pelajaran, tetapi juga dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk
sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur
dari kurikulum. Dalam kegiatan seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut
memiliki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
dirinya dalam pengembangan kurikulum.[8]
Biasanya penyusunan kurikulum serta perubahan dan penyesuaiannya
dilakukan pada tingkat Kanwil dengan bantuan para ahli dalam mata pelajaran
khusus. Guru-guru sendiri untuk sebagian besar tidak mengambil bagian apapun
dalam perencanaan perbaikan kurikulum itu, mereka tinggal menerima dan
menggunakan saja menurut apa adanya. Prosedur itu menghadapi berbagai kesulitan
dalam praktek perbaikan pendidikan dan pengajaran, yang pada umumnya mengalami
kesukaran atau kemacetan dalam pelaksanaan, sebab hal-hal tersebut hanya
ditentukan dari atas, guru-guru tidak diikutsertakan. Keadaan yang demikian
mengakibatkan banyak usaha perbaikan pengajaran yang hanya tinggal diatas
kertas saja.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentang keharusan untuk
mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.[9]
D.
ORANG TUA
Sebagai stakeholder dalam
penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua saja yang dilibatkan, yaitu
mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peranan mereka lebih besar dalam
pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat
antara guru atu sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena sebagian kegiatan
belajar yang dituntut kurikulum dilksanakan di rumah, orang tua sewajarnya
mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.[10]
Orang tua mengirimkan anak ke
sekolah agar anak itu memperoleh pengetahuan. Fungsi sekolah erat hubungannya
dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat
untuk kepentingan masyakat demi kelanjutan hidup, perkembangan dan kebahagiaan
masyarakat. Karena itu diusahakan agar kurikulum relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Relevansi juga merupakan salah satu patokan penting dalam
pengembangan kurikulum
Salah seorang tokoh yang sangat
berpengaruh dalam mencari relevansi pendidikan dengan masyarakat ialah Franklin
Bobbit ( 1920 ) Ia mengatakan bahwa yang harus diajarkan disekolah agar
kurikulum benar-benar relevan, dari kegiatan utama dalam kehidupan manusia ada
10 poin yang salah satunya adalah kegiatan orang tua,yaitu “ membesarkan anak,
memelihara kehidupan keluarga yang sehat “. [11]
Tiap pendidik yang mencampuri persekolahan
akan mempunyai pandangan masing-masing apa
yang harus diajarkan agar anak-anak yang dididik akan menjadi manusia
yang berguna dalam masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan
akan dapat dicapai apabila terjadinya sinerjik dan integrasi ke tiga unsur,
yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dilihat dari sisi peran dan
kedudukan, masyarakat mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kelancaran
penyelenggaraan pendidikan. Karena itu orang tua dan masyarakat mempunyai
harapan dan aspirasi tersendiri dengan mengirimkan putra-putrinya belajar di sekolah.[12]
E.
SISWA
Dalam meningkatkan kualitas siswa,
para pembina kurikulum ( dalam kedudukannya sebagai guru ) hendaknya tidak
melepaskan diri dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing,
sehingga partisipasi siswa tersebut tidak lepas dari bimbingan guru. Misalnya,
memberikan motivasi dalam belajar, dorongan untuk mengeluarkan pendapat,
berpartisipasi dalam kegiatan siswa, dan sebagainya.
Tiap kurikulum harus memperhatikan
anak. Berapa banyak perhatian itu bergantung pada kedudukan dan peranan yang
diberikan kepadanya. Dalam kurikulum yang bersifat child-centered anak
itu merupakan sumber utama sedangkan dalam kurikulum yang society-centered
peranan anak minimal, sedangkan kurikulum yang menggunakan developmental
task diberikan peranan yang sama kepada anak dan masyarakat.[13]
Disamping dunia pengetahuan dan
masyarakat, anak juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa
yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar anak itu dapat dikembangkan seoptimal
mungkin. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan
belajar, apa kebutuhannya dan apa minatnya.
Berbagai studi telah diadakan untuk
mengenal anak secara lebih luas dan mendalam. Studi ini antara lain menjadi
pokok penelitian psikologi anak yang mempelajari anak dalam segala aspeknya
antara lain mengenai perkembangan anatomis dan fisiologi, kemampuan motoris,
bahasa dan komunikasi, perkembangan mental dan inteligensi, perkembangan
pengertian dan pemahaman, kreativitas dan permainan anak, kelakuan sosial,
watak dan disiplin, kepribadian dan kesehatan rohani dan sebagainya.[14]
Berhubung dengan hasil studi tentang
anak Lester D.Crow dan Alice Crow menyarankan hubungan kurikulum dan anak
adalah sebagai berikut : ( Crow & Crow, 1955, h. 192 ).
1.
Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2.
Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna
untuk menghadapi kebutuhannya masa mendatang.
3.
Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri
dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4.
Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan
keinginan anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut
keputusan orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.[15]
KESIMPULAN
Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum ada 5 yaitu :
A.
Pakar-pakar Ilmu Pendidikan
Menjadi
suatu keharusan bahwa kehadiran sumber daya manusia yang handal dibidangnya
sangat dibutuhkan terutama dari pakar ilmu pendidikan.
B. Administrator pendidikan
Administrator pendidikan merupakan sumber
daya manusia yang berada pada tingkat pusat, propinsi, kotamadya atau
kabupaten, dan juga kepala sekolah.
B.
Guru
Guru
merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam
pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain ditentukan
oleh kemampuan profesional dan pribadi guru.
D.
Orang Tua
Sebagai
stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua
saja yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai.
Peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja
sama yang sangat erat antara guru atu sekolah dengan orang tua siswa.
E. Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para pembina kurikulum ( dalam
kedudukannya sebagai guru ) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung
jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing, sehingga partisipasi siswa tersebut
tidak lepas dari bimbingan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori
dan
Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, M.Ngalim. 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidika.,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution, S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra
Aditya Bakti.
Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Strtegik dalam peningkatan Mutu
Pendidikan.Bandung: Alfabeta
[2] Ibid.,hlm.229
[3] Ibid.,hlm.229
[4] Ibid.,hlm.229
[5] Ibid.,hlm.230
[7] Oemar Hamalik,op.cit.,hlm.231
[8] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.202
[10] Oemar Hamalik,loc.cit.,
[11] S.Nasution, pengembangan kurikulum ( Bandung: Citra Aditya
Bakti,1993 ),hlm.56.
[13] S.Nasution,op.cit.,hlm.79.
[14] Ibid.,hlm.80
[15] Ibid.,hlm,81.
No comments:
Post a Comment