BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

06 May 2014

PGMI SPI C-9: IMPERIALISME BARAT

MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas:
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati


Disusun oleh :
1.      Jannatur Rohmah        .(2023113074)
2.      Dwi Tiara Safitri         (2023113094)
3.      Ana Maryatul H          (2023113085)

Kelas / Semester : C / 2

PRODI PGMI / JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALOGAN
2014

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
Sebagaimana telah disebutkan, ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kelemahan kerajaan - kerajaan Islam tersebut telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negerinegeri Islam dengan mudah.


B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kemajuan Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?
2.      Bagaimana Kebangkitan Eropa?
3.      Bagaimana Iperialisme Barat dalam Dunia Islam?
4.      Bagaimana Kemunduran Kerajaan Utsmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam?



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kemajuan Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan yang telah dicapai bangsa Barat pada periode ini sebenarnya memiliki kolerasi yang sangat erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam. Bangsa barat banyak berhutang budi kepada para Ilmuwan Muslim yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini dapat di buktikan pada salah satu pemikiran ilmuwan muslim Ibnu Rusyd atau Averros (1120-1198 M) yang sangat berpengaruh pada pemikiran Eropa. Pemikiran ini berhasil melepaskan belenggupemikiran taklid, dan mengkritik semua bentuk emikiran yang tidak rasional.[1]
Dari kerja keras dan tingginya kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh umat islam, menyebabkan bangsa Barat menemukan masa kemajuan dan kejayaannya. Setelah bangsa Barat menemukan masa-masa kejayaannya dengan ditemukannya berbagai kemajuan dalam sains dan teknologi, mereka ingin mengadakan ekspedisi ke berbagai negara di luar Eropa. Bangsa Eropa berlomba-lomba mencari wilayah baru seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Prancis, dan sebagainya. Tujuan mereka tidak hanya untuk membuktikan pendapat Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, namun mereka juga bertujuan untuk mengambil alih kekuatan ekonomi umat Islam yang saat itu menguasai sistem perekonomian dunia.
Diawal periode modern, kondisi dunia Islam secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia Islam mulai bangkit melepaskan diri dari imperialisme barat. Pada abad 20 M ini merupakan periode kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran pada periode pertengahan. Pada periode ini muncul gerakan modernisasi atau gerakan pembaharuan. Gerakan pemabaharuan ini muncul karena dua hal : [2]
1.      Timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran ini bertentangan dengan semangat ajaran Islam yang sebenarnya, seperti bid’ah, khurafat dan tahyul. Oleh karena itu mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran atau paham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi
  1. Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah masalah politik dan  peradaban untuk menciptakan balance of power ( Yatim, 2003 : 173 - 174 ).
Pada abad ke-18 M kerajaan besar Islam mengalami kemunduran, dan Eropa Barat sedang mengalami kemajuan. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan eropa dapat menguasai negeri-negeri Islam dengan mudah. Satu demi satu negeri-negeri Islam dapat ditundukkan dan kemudian dijajah oleh bangsa Barat.

B.  Kebangkitan Eropa
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat, karena ia harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus lautan yang dianggap sebagai pembatas ruang gerak mereka ( Stoddard, 1966:25 ). Setelah jalan melalui laut telah ditemukan oleh Cristoper Colombus ( 1492 M ) menemukan benua Amerika dan Vasco da Gama menemukan jalam ke Timur melalui Tanjung Harapan ( 1498 M ) benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa, maka Eropa tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam sehingga perdagangan maju di Eropa. Kemudian terjadilah perputaran nasib dalam sejarah seluruh umat manusia ( Stoddard, 1966 : 26 ).
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa semakin maju, bahkan kemajuan mereka telah melampui kemajuan Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat, sehingga Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas kegiatan ekonomi dan perdagangan ke seluruh Dunia. Bahkan , satu demi satunegeri Islam jatuh ke bawah kekuasaannya sebagai negeri jajahan.
Negeri-negeri Islam yang pertama dapat dikuasai Barat adalah negeri Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India, kemudian negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, karena meskipun mengalami kemuduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa waktu itu.
Dengan jatuhnya kerajaan Mughal ketangan Hindu, maka sempurnalah kemunduran Dunia Islam. sebaliknya Dunia Barat makin kuat dan suka menerkam Dunia Islam, karena itu satu persatu Dunia Islam dikuasai oleh Barat. Masa itu populer disebut zaman imprialisme, inilah masa arus balik pengaruh Islam di Eropa, sebab Islamlah yang menanghantarkan Brarat memasuki masa kebangkitan kembali ( renaisans ). Sedangkan Islam sendiri saat itu terperangkap dalam kemewahan dan kekuasaan belaka, sehingga lalai dalam mengembangkan kebudayaan dan peradabannya, serta penguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dapatlah dikatakan bahwa kekalahan Dunia Islam pada zaman Tiga kerajaan besar itu disebabkan oleh keadaan dimana Dunia Islam mengabaikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di anatar saluran masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah Perang Salib, Sicilia, dan yang terpenting adalah Spanyol Islam. Ketika Islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang Eropa yang datang belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya umat Islam. Hal ini dimulai sejak abd ke-12M. Dalam perkembangan selanjutnya, keadaan ini melahirkan renaissance, reformasi dan rasionalisme di Eropa. (Badri Yatim, 2004: 169)[4]
Renaissance merupakan gerakan pemikiran dan kebangkitan kembali kebudayaan klasik di Eropa melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke bahasa Latin; dan dari terjemahan-terjemahan inilah orang-orang Eropa menegtahui kebudayaan Yunani. (Fatah Syukur, 2009: 161). Gerakan-gerakan renaissance melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke-16 dan 17M merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaissance, Eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.

C.  Imperialisme Barat terhada Dunia Islam
Kelemahan dan kmunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah Negara-negara Islam dengan motivasi ingin menguasai dan menjajahnya baik di bidang ekonomi, politik ma7upun agama. Hal ini dapat dilihat ketika mereka dating dengan dalih untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di Negara Timur.
Akhirnya mereka terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga muncul keinginan untuk menguasai semua system ekonomi dan politik Negara-negara Islam.
Kemunduran dan kelemahan Negara Islam dalam berbagai bidang tidak mampu bersaing dengan bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang tangguh sehingga, dunia Islam berada dalam kekuasaan kaum imperialism Barat.
Mengenai penyebab kemunduran dunia Islam diantaranya dikarenakan dua faktor, yaitu:
a)      Faktor eksternal, yakni: pertama, terjadinya Perang Salib. Kedua, adanya serangan dari bangsa Mongol telah mengahancurkan beberapa negara Islam. Dan ketiga, terjadinya bencana alam dan berjangkitnya wabah penyakit sehingga menyebabkan perekonomian tidak stabil.
b)      Faktor internal, yakni: pertama, perpecahan dan tidak adanya kesatuan politik. Kedua, rasa puas diri dan kejumudan berpikir. Dan ketiga, membudayanya pola hidup mewah dan berfoya-foya di kalangan penguasa.[5]
Pejajahan bangsa Barat berhasil menguasai ekonomi dan politik Negara-negara Islam dan terdapat Negara Barat yang melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaries atau zending. Penjajahan ini dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis yang memiliki tujuan sama yaitu mencari daerah penamaan modal asing dan berusaha menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya.
Usaha yang dilakukan dua Negara ini bersemboyan: Gold yaitu semangat untuk mencari keuntungan besar (emas), Glory yaitu semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel yaitu semangat menyebarkan agama Kristen di wilayah masyarakat yang terjajah. Oleh karena itu, kedua bangsa Barat terus gencar melakukan penjajahan ini. Karena kondisi seperti ini di sukung oleh semangat balas dendam yang disebut reqonquesta, yaitu semangat balas dendam bangsa-bangsa Barat terhadap Islam yang pernah menjajah mereka.
Masyarakat Islam berada di bawah kekuasaan bangsa Barat yang semakin tertekan bahkan gerak langkah mereka pun dawasi, sehingga banyak yang melarikan diri atau bertahan dengan melakukan perlawanan dan mereka pun tidak dapat mengembangkan peradabannya palimng tidak mempertahankan peradaban Islam yang masih ada. Masyarakat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat. Dengan demikian, pola hidup dan pemikiran umat Islam mengarah kep[ada kehendak bangsa Barat yang menjajajhnya.
Satu demi satu Negara-negara Islam jatuh ke dalam genggaman Negara-negara Barat kecuali kerajaan Turki Usmani dan Arab yng tidak dijajah. Meskipun masyarak Islam berada dalam tekanan dan penjajahan tetapi terus melakukan perlawanan dan berusaha melepaskan tanah air dan agama mereka.
Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke negeri-negeri Asia-Afrika terutama Negara-negara yang subur dan kaya hasil rempah-rempahnya seperti Indonesia dan Malaka serta Hindia, selain untuk mencari keuntungan yang sangat besar dan mengeruk hasil bumi, tetapi juga bertujuan menguasai seluruh system ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama dll.
Di bidang ekonomi, mereka melakukan monopoli perdagangan yakni dengan merebut bandar-bandar pelabuhan, besar yang sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat Islam dari arab, Persia, India dan Cina. Mereka menguras kekayaan pribumi dengan cara paksaan dan kekerasan senjata dalam merebut wilayah Bandar.
Dalam bidang kemasyarakatan, penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil. Caranya dengan membujuk kaum bangsawan yaitu memberi jabatan tertentu dan keuntungan dari penjajah, sedangkan rakyat kecil diawasi terus agar tunduk dan patuh pada penguasa yang menjajahnya.
Kebijaksanan politik yang dilakukan pemerintah imperialisme, bertujuan agar tidak terjadi persatuan dan kesatuan di kalangan rakyat. Sebab jika hal tersebut terjadi, dikhawatirkan akan menimbulkan kekuatan yang akan mengancam keberadaan kaum penjajah. Penjajah juga menghina umat Islam bahwa kaum agama (Islam) adalah orang-orang bodoh dan terbelakang. Para penjajah menyebarkan budaya yang merusak bangsa dan agama bahkan merusak peradaban Islam. Seperti budaya meminum minuman keras, berjudi, pergaulan bebas dsb.
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Pada tahun 1611M, Inggris mendapat izin menanamkan modal; dan pada tahun 1617M Belanda mendapat izin yang sama.[6]
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris.
Sejak penguasa-penguasa India berperang melawan Inggris tahun 1761 M dan dimenangkan oleh Inggris maka, Inggris dengan leluasa mengembangkan kekuasaannya di anak benua India dan sekitarnya. Diantaranya adalah Keamiran Muslim Said di India tahun 1842 M, Kerajaan Mughal tahun 1857 M dan Inggris berusaha menguasai Afghanistan tahun 1879 M dan Kesultanan muslim Balichistan di bawah kekuasaan India-Inggris tahun 1899 M.
Di kawasan AsiaTenggara yang merupakan daerah-daerah lemah yang terkenal menjadi ajang perebutan  Negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa menancapkan keuasaannya di kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara yang dengan mudah dapat ditaklukkan.
Malaka, kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara yang berdiri tahun 15 M berhasil di taklukkan Portugis tahun 1511 M. akhir abad ke-16 m, Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis dating ke Asia Tenggara. Denmark dan Perancis hanya datnag untuk berdaganag. Belanda dating tahun 159 M dan memonopoli perdaganagan di kepulauan Nusantara dengan nama kongsi dagangnya yaitu VOC.
Inggris datang ke Asia Tenggara menjadi kekuatan yang cukup dominan menyaingi kekuatan Belanda. Kekuasaan Inggris sangat kuat di Semenanjung Malaya, Singapura, Kalimantan Barat dan Brunei serta Inggris juga sempata mengasai seluruh Indonesia alam waktu yang tidak lama yaitu abad ke-19 M.


D.  Kemunduran Kerajaan Utsmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam
Dikarenakan kemajuan-kemajuan Bangsa Eropa terutama dalam teknologi militer dan industri perang, membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani membuat Eropa Barat segan untuk menyerang wilayah-wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Islam di Eropa Timur dan sekitarnya.
Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani menghadapi Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata Barat bahwa kerajaan ini telah mundur sangat jauh. Sehingga, Kerajaan Usmani sering mendapat serangan-serangan dari Barat.
Abad 19 M, Eropa disemangatkan lagi oleh Revolusi Industri yang dipersenjatai oleh ilmu-ilmu modern dan penemuan-penemuan yang membuka rahasia-rahasia alam dan menempatkan di tangannya yang agresif dengan berbagai senjata, yang waktu sebelumnya tidak pernah terjadi.
Sejak kekalahan di Wina, Kerajaan Usmani mulai melakukan usaha-usaha pembaruan dengan mengirim duta-duta ke negara-negara Erop, seperti Perancis, untuk mempelajari suasana kemajuan disana dari dekat.
Celebi Mehmed diutus ke Paris tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan industri-industri lainnya. Kemudian melaporkan tentang kemajuan teknis, organisasi angkatan perang modern dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan ini mendorong Sultan Ahmad III (1703-1730 M) memulai pembaruan di kerajaannya.
Beliau mendatangkan ahli-ahli militer di Eropa untuk pembaruan militer. Tahun 1717 M, De Rochefort membentuk korp At-Then dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang Comte de Bonneval untuk memberi pelatihan penggunaan meriam modern yang dibantu oleh Macatthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Tahun 1734 M, pertama kalinya Sekolah Teknik Militer dibuka.
Usaha pemabaruan juga dilaksanakan di bidang lain. Seperti pembukaan pencetakan di Istambul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Selanjutnya pembaruan di Turki dengan gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki untuk meraih kemajuan-kemajuan negara.
Usaha pembaruan ini gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki Usmani dan juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan ini yang utama adalah kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun dan keuangan negara yang terus merosot sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaruan yang membutuhkan banyak biaya.
Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer  Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani[7].
1.      Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdana menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Yerrisari, untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2.      Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan  Turki Usmani. 
3.      Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung dengan kekuatan Eropa, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, ekonomi dan tekhnologi dan mengambil manfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
4.      Pemberontakan-pemberontakan internal.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer dan politik.
Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal dan eksternal.[8]
Secara internal, yaitu:
a)      Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan kerajaan Usmani.
b)      Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan kerajaan yang coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.
c)      Kehidupan yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani.
d)     Merosotnya perekonomian Negara akibat pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami kekalahan terus menerus.
Secara eksternal, yaitu:
a)      Timbulnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut, Maka walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan Dinasti Mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah Mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan Wahabisme di tanah Arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga Saud sendiri memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah Arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
b)      Terjadinya kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan.
Dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara Turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan. Maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
c)       Pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
Faktor kegagalan yang terpenting adalah karena ulama dan tentara Yenisseri yang sejak abad ke-17 M menguasai politik dan Kerajaan Usmani serta menolak usaha pembaruan sehingga, Kerajaan Usmani semakin hancur.
Modernisasi di Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaruan utama yaitu tentara Yenisseri dibubarkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M) pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan Kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar dan sekolah-sekolah kemiliteran didirikan.
Akan tetapi, meski banyak mengalami kemajuan hasil gerakan pembaruan tidak berhasil menghentikan gerak maju Barat ke dunia Islam di abad ke-19 M. Abad 18 M Barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur dan diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret, 1878 M) dan perjanjian Berlin (Juni-Juli, 1878 M) antara Kerajaan Usmani dan Rusia. Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Turki di Eropa.Gerakan modernisasi di Turki mengancam sultan yang absolut karena para pejuang Turki melihat bahwa kelemahan Turki terletak pada keabsolutan sultan itu.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu kekuasaan kerajaan Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani di Asia dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini disebabkan timbulnya nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah kekuasaan Turki. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di pegunugan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki Usmani.



BAB III
KESIMPULAN

Bangsa barat banyak berhutang budi kepada para Ilmuwan Muslim yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari kerja keras dan tingginya kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh umat islam, menyebabkan bangsa Barat menemukan masa kemajuan dan kejayaannya.
Di awal kebangkitannya Bangsa Eropa melakukan berbagai penelitian alam, berusaha menaklukan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Hal ini dapat dibuktikan dengan : Penemuan Benua Amerika (1492 M) oleh Christopher Colombus, Penemuan jalan ke timur melelui Cape Town (1498 M) oleh Vasco da Gama. Kemajuan Bangsa Barat dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang pengetahuan dan teknologi ; Mesin Uap dan Teknologi perkapalan dan Militer.
Negara-negara Islam terus mengalami kemunduran, sehingga negara Islam tidak mampu bersaing dengan Bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang tangguh.
Penjajahan Bangsa Barat yang dipeopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis mempunyai tujuan yang hampir sama ; Mencari daerah penanaman modal asingnya, Untuk menyebarkan agama Kriten diwilayah jajahannya, Mencari keuntungan dan mengeruk kekayaan hasil buminya (Indonesia, Malaka, dan Hindia) dan menguasai seluruh sistem ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama, dan lain-lain. Kekalahan besar Turki Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina (1683 M) membuka mata barat bahwa Kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak kekalahan perang Wina itu, kerajaan Usmani mengadakan usaha-usaha pembaruan akan tetapi usaha-usaha tersebut gagal menehan kemunduran kerajaan Usmani
Banyak diantara negara-negara muslim mengikuti gerakan pembaharuan (Gerakan Modernisasi) sehingga lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH





[1] Samsul Munir Amin, “Sejarah Peradaban Islam”, (Jakarta : AMZAH, 2010), hlm 345.
[2] Ibid, hlm 346
[5]Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 200, hlm. 153.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Raja, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), hlm. 176.

No comments:

Post a Comment