PERANG SALIB
Di susun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Sejara Peradaban Islam
Dosen pengampu : Muammad Hufron, MSI
Di susun oleh kelompok 3 :
1.
Umi Muslikhati (2023113050)
2.
Ni’matul
Azizah (2023113100)
KELAS
A
Tarbiyah/ PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa sejarah merupakan suatu serangkaian
peristiwa yang terjadi yang kehadirannya
mesti dilatar belakangi oleh sebab-sebab tertentu. Sejarah tidaklah muncul
dengan seketika dan berdiri sendiri tampa ada yang menyebabkan kelahirannya,
atau dapat pula dikatakan bahwa sejarah itu memiliki prolog dan epilognya, oleh
karena itulah tidaklah semua peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat dikatakan
dengan sejarah.
Begitu juga dengan perang salib yang terjadi selama hampir dua abad
ini terjadi karena adanya konflik terbesar antara Islam dengan Kristen. Dimana
pada saat itu Islam telah menguasai Baitul Maqdis yang dianggap sebagai tempat
suci orang-orang Kristen oleh Dinasti Saljuk pada tahun 471 H. Bani Saljuk
telah menetapkan beberapa peraturan bagi kaum Kristen yang ingin berziarah ke
Baitul Maqdis. Oleh karena itu, untuk merebut kembali keleluasaan berziarah
maka pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II beserta kaum Kristen lainnya di Eropa
melakukan penyerangan terhadap kaum Islam dengan mengenakan tanda salib pada
pakaian yang dikenakannya, sebagai lambang kesucian perang umat Kristen.
Dari uraian di atas, maka sangat pentinglah bagi kita umat Islam
untuk lebih mengetahui timbulnya perang
salib, sebab-sebab perang salib, jalannya perang salib dan juga pengaruh perang
salib terhadap peradaban Islam itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Mengapa perang salib itu terjadi?
2.
Faktor
apa saja yang menyebabkan terjadinya
perang salib?
3.
Ada
berapakah periodesasi terjadinya perang salib
4.
Bagaimanakah
jalannya perang salib?
5.
Bagaimanakah
pengaruh perang salib terhadap terhadap peradaban Islam?
C. Tujuan
1.
Untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
2.
Dapat
mengetahui sebab timbulnya perang salib
3.
Dapat
mengetahui masa jalannya perang salib
4. Dapat mengetahui pengaruh terjadinya perang salib terhadap
peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Timbulnya Perang Salib
Perang salib adalah perang antara Kristen Eropa dengan Islam Asia
yang terjadi hampir selama
dua abad. Pada saat itu, islam menguasai sejumlah kota dan tempat suci
kristen sejak tahun 632 M. Dinamakan
perang salib karena dalam perang tersebut, orang-orang Kristen menggunakan salib
sebagai symbol yang menunjukan bahwa perang ini adalah perang suci. [1]
Pada awalnya perang ini
disebabkan adanya persaingan antara islam dengan Kristen,
pada peristiwa yang dikenal dengan peristiwa
mazikart. Peristiwa besar ini, menimbulkan
benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian
mencetuskan perang salib. Selain itu. Dinasti saljuk dapat
merebut baitul maqdis pada tahun 471 H. dari kekuasaan dinasti fathimiyah yang
berkedudukan di mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan baik umat
Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu,
mereka ingin memperoleh kembali
keleluasaan berziarah ke tanah suci
Kristen itu.
Pada 1095 M. Paus Urbanus II berseru kepada umat
Kristen Eropa agar melakukan perang suci.
Kaisar dari Bizantium ini meminta bantuan dari Romawi,
karena daerah–daerahnya yang terserak
sampai ke pesisir Laut Mormora dibinasahkan oleh Bani
Saljuk. Bahkan Kota Konstatinopel pusat kekuasaan
romawi diancam direbut oleh kaum Muslimin.
Pidato Paus Urbanus II pada tanggal 26 november 1095
di Clearmont ( Prancis Selatan ), orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk
mengunjungi kuburan-kuburan suci dan merebutnya dari orang-orang bukan
Kristen serta menaklukan mereka. Ia menjelaskan kondisi terakhir baitul
maqdis dan mengusulkan pembebasan baitul maqdis, ia
menjanjikan surga seperti Sri Paus lainnya, Baik tentara
tentara yang mati dalam pembebasan tanah suci
tersebut. Para peserta kongres menjawab dengan Bodonya “itulah sebenarnya yang dikehendaki tuhan”. Dengan jawaban
para peserta kongres tersebut, Sri Paus puas
kemudian ia memasang salib
diatas lengan para suka relawan sebagai tanda bahwa perang ini adalah perang suci.[2]
Tidak semua orang dari kalangan kristen yang mengikuti perang salib
didorong oleh keimanan terhadap agama mereka,
melainkan karena dorongan nafsu untuk memperkaya diri. Banyak pula
yang menganggap dengan mereka mengikuti perang ini dapat menebus dosa-dosa mereka.
Ketika pasukan salib memasuki perbatasan Anatoliya, mereka mengalahkan
Bizantium di perang Manzikart pada tahun 1071 M. Turki nomaden bebas menjelajai Anatoli dengan kawanan
merka dan para amir mendirikan Negara-negara kecil
disana. Melihat anatoliya sebagai
perbatasan baru dan tanah harapan , maka kaisar bizantium Alexis Nomnenus meminta bantuan pada Paus pada taun 1091 M.
sebagai jawabannya, Paus urbanus II menyatakan perang slaib
pertama. Tidak ada pemimpin muslim yang mengalahkan Bizantium yang menjadi
Prestise kekaisaran romawi kuno. Oleh karena itu, orang turki dengan bangga menyebut
mereka di anatoliya itu sebagai rum atau Roma.
Selain itu, juga memperluas kekuasaan pada dua daerah kekuasaan
pada sebelumnya tidak pernah menjadi bagian dari darul
islam, yaitu eropa timur dan sebagian barat india, yang kelak akan
menjadi wilayah produktif.
Perang salib juga merupakan
peristiwa yang sangat menyedihkan karena banyak memakan
korban baik jiwa maupun harta dan kebudayaan
yang juga merusak hubungan antara
dunia timur dan dunia barat.
B.
Sebab - Sebab Perang Salib
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perang
salib. Diantaranya yang lebih utama yaitu faktor agama, faktor politik, dan faktor
sosial ekonomi.[3]
1. Faktor Agama
Sejak Baitul
Maqdis dikuasi oleh Dinasti Saljuk, pihak Kristen merasa tidak bebas untuk
melakukan ibadah kesana, karena penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan
yang dianggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke Baitul Maqdis. Disamping itu, mereka juga sering mengeluh
karena mendapat perlakuan yang jelek dari orang saljuk yang fanatik.
2. Faktor Politik
Kekalahan
Bizantium dan jatuhnya asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong
Kaisar Alexius I untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II. Paus Urbanus II
bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tuntuk
dibawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk mempersatukan gereja Yunani
dan Roma.
Dilain pihak,
kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang melemah sehingga orang Kristen di
Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dari perang salib. Ketika itu Dinasti
Saljuk sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah dalam keadaan
lumpuh, sementara kekuasaan islam Spanyol semakin goyah. Situasi yang demikian
ini dimanfaatkan oleh para penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu
kekuasaan Islam.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Mulanya para pedagang besar di timut laut tengah, berambisi untuk menguasai
sejumlah kota disepanjang timur dan para pedagang besar di selatan laut timur
berambisi untuk memperluas wilayah perdagangan mereka. Sehingga dengan adanya perang salib, memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas wilayah perdagangan mereka, apabila mereka menang dalam peperangan ini, meskipun harus menanggung
sebagian dana mereka.
Disamping
itu, banyak para masyarakat tingkat bawahan yang ikut dalam peperangan tersebut
hanya untuk memperbaiki nasib mereka sesuai dengan apa yang telah dijanjikan
oleh pihak-pihak gereja.
C.
Periodisasi Perang Salib
Dalam menentukan preodisasi Perang Salib,
para sejarawan berbeda pendapat.mengenai pembagian Perang Salib. Seperti, Prof. Ahmad Syalabi dalam kitabnya At- Tarikh Al- Islami wa Al- Hadharat Al-
Islamiyah, menyatakan bahwa Perang Salib itu terbagi atas tujuh periode.
Sedangkan menurut Dr.Badri yatim, M.A. dalam Sejarah
Peradaban Islam dan Prof. Philip K. Hitti dalam The Arabs A Short History, mereka
berpendapat bahwa perang
salib dibagi menjadi 3 periode.[4]
Selain itu, dalam buku Sejarah Islam Klasik, Prof. Dr. Hj. Musyarifah Sunanto menyebutkan bahwa Perang Salib terjadi selama
2 abad dengan delapan kali penyerbuan.[5]
Namun secara garis besar, Drs. Samsul Munir
Amin, M.A. dalam bukunya Sejarah
Peradaban Islam, menyimpulkan bahwa Perang Salib itu dibagi menjadi tiga
periode, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Prof. Philip K. Hitti maupun Dr.Badri yatim,
M.A.[6]
1.
Periode
Pertama
Perang Salib ini semula digerakan oleh seorang pendeta Peter dari Perancis,
yang kemudian didukung oleh Paus di Vetikan, oleh raja Kristen di Eropa dan
oleh Kepala Kristen Orthodox yang berkedudukan di Konstatinopel. Jalinan kerja sama ini telah membangkitkan
semangat umat kristen, terutama ketika Paus
Urbanus II mengadakan
pidato yang berapi- api di Clermont
pada tanggal 26 November 1095 M., yang menurut penilaian Prof. Philip K.
Hitti, “pidato
ini kemungkinan merupakan pidato yang paling berkesan sepanjang sejarah yang
telah dibuat paus”. Pidato ini
menggema keseluruh penjuru Eropa sehingga
membangkitkan seluruh negara kristen dalam mempersiapkan
berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan ke Palestina.[7]
Pada musim semi
tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa , sebagian besar orang prancis dan Norman
berangkat menuju Konstantinopel kemudian menuju ke palestina. Tentara salib
yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond memperoleh kemenangan besar.
Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea, dan tahun 1098
menguasai Edessa. Di sana mendirikan kerajaan Latin. Kemudian pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan
kerajaan Latin II di Timur. Mereka juga menduduki Baitul Maqdis atau Yerussalem
(15 Juli 1099) dan mendirikan kerajaan Latin III. Mereka juga menguasai kota Akka (1104M), Tripoli (1109M), dan Tyre (1124M). Dan
mereka mendirikan kerajaan Latin IV di Tripolli.
Pada tahun
1127M, muncul seorang pahlawan islam termasyur yang bernama Imaduddin Zanki, gubernur dari
Mousul, ia dapat
mengalahkan tentara salib di kota Aleppo dan Hamimah,
dan Edessa. Kemenangan itu merupakan kemenangan pertama kali yang disusul
dengan kemenangan selanjutnya sehingga tentara salib merasakan pahitnya
kekalahan demi kekalahan.[8]
2.
Periode Kedua
Dengan adanya kekalahan ini, orang-orang
kristen mengobarkan perang salib kedua. Pada tahun 1147 M., Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh
Raja perancis Louis VII dan Raja Jerman Codrd II. Keduanya memimpin pasukan
salib untuk merebut wilayah kristen di Syria. Akan tetapi, pasukan mereka
dihadang oleh Nuruddin Zanki, putra dari Imaduddin Zanki. Kemahiran Nuruddin tidak kalah dengan
ayahandanya, sehingga tentara Salib dapat dikalahkan dan tidak dapat memasuki
Damaskus.
Pada tahun 549 H / 1154 M., Nuruddin Zanki menjadi penguasa mutlak di Syria. Ia menunjuk Ayyub Bin Syadzi
sebagai walikota kota Damaskus dan mengankat saudaranya Syirkun sebagai gubernur
di wilayah Damaskus. Dan pada taun itu pula, pasukan salib menuasai Asqalan.[9]
Nuruddin Zanki wafat pada tahun 1174 M. Sehingga, pimpinaan perang kemudian dipegang oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tanggal 2 oktober 1187 M., Salahuddin
berhasil merebut kembali Yerussalem, yaitu kota yang menjadi tujuan tentara salib.
Jatuhnya Yerusalem
ke tangan kaum muslimin memukul perasaan tentara salib. Kemudian pada tahun 1189 M., pasukan salib
kembali menyerbu kaum muslimin dengan pimpinan mereka yaitu Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard The Lion Hart raja
Inggris, dan Philip Augustus raja prancis. Dalam penyerbuan ini mereka berasil merebut Akka, tapi
mereka gagal untuk merebut Palestina.
3. Periode Ketiga
Pada periode ketiga
ini, tentara salib bergerak kembali untuk merebut Palestina dengan
pimpinan mereka yaitu seorang
Raja Jerman yang bernama Fredick II. Sebelum mereka menuju ke
Palestina, mereka
berencana untuk menaklukan Mesir terlebih daulu agar mendapat bantuan dari orang kristen
Qibti.
Pada tahun 1219 M mereka berhasil menduduki kota Demyat. Namun dalam perkembangan berikutnya,
Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M.
Kemudian pada tahun 1291 M., pasaukan
Muslim yang di pimpin oleh Baybars dan Qalawun berasil merebut Akka dari
pasukan Kristen.
Dalam periode
ini muncul
seorang pahlawan wanita yang
bernama Syajar Ad- Dur. Ia berhasil menghancurkan pasukan Louis IX dari
Prancis sekaligus menangkap Raja
tersebut.
Namun, dengan sikap kebesaran islamnya ia
membebaskan
dan mengijinkan Raja
Louis IX untuk kembali ke negerinya.
Demikianlah perang
salib terjadi diwilayah timur. Meskipun umat islam harus terusir dari Eropa. Namun, pasukan salib tidak berasil merebut apapun dari tangan kaum
muslimin, dan mereka jua tidak dapat menurunkan bendera islam dari Palestina.
Meskipun pasukan
salib menderita kekalahan dalam perang salib, pihak Kristen Eopa telah
mendapatkan hikmah yan tidak ternilai karena mereka dapat mengenal kebudayaan
dan peradaban islam yang sudah demikian maju.
Lain halnya dengan kaum
muslimin, meskipun mereka dapat mempertahankan kekuasaan mereka, namun kerugian
akibat perang salib tersebut sangat banyak.
Terutama dibidang politik mereka menjadi lemah.
D. Jalannya Perang Salib
Pada tahun 490 H / 1096 M, Pasukan salib yang
dipimpin oleh Komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria.
Setahun kemudian pada tahun 491 H / 1097 M. Pasukan Kristen dibawah Komandan
Goldfrey bergerak dari Konstantinopel menyeberangi selat Bosporus dan berhasil
menaklukkan Antioch setelah mengepungnya selama 9
bulan. Kemudian Pasukan Salib bergerak ke Ma’arrat An-Nu’man, dilanjutkan
menuju Yerussalem dan dapat menaklukkannya dengan mudah. Ribuan jiwa Kaum
Muslimin menjadi korban pembantaian ini. Goldfrey selanjutnya menjabat sebagai
Penguasa atas negeri Yerussalem.[10]
Pada tahun 503
H/ 1109 M, Pasukan Salib menaklukkan Tripoli, selain itu mereka juga membakar
Perpustakaan, Perguruan dan Sarana Industri hingga menjadi abu.selama
peperangan tersebut, Kesultanan Saljuk
sedang mengalami kemunduran, karena
adanya perselisihan antara Sultan-sultan Saljuk, sehingga memudahkan Pasukan
Salib merebut kekuasaan Islam. Ketika itu muncul seorang Sultan Damaskus yang
bernama Muhammad yang berusaha menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk
mengusir Pasukan Salib. Ia berhasil mengalahkan penguasa Yerussalem, namun
mereka langsung dapat merebut wilayah-wilayah yang lepas setelah datang bantuan
dari Eropa.
Masyarakat
Aleppo dan Hammah yang menderita dibawah Kekuasaan Pasukan Salib berhasil
diselamatkan oleh Maduddin Zanki, seorang anak dari pejabat tinggi Sultan Malik
Syah, setelah berhasil mengalahkan Pasukan Salib, ia juga berhasil mengusir
Pasukan Salib dari Al-Asyarib. Iapun berhasil merebut wilayah Eddesa pada tahun
539 H/ 1144 M. Bangsa Romawi menyerang Buzza dengan dibantu Pasukan Perancis.
Penguasa negeri itu minta bantuan Pasukan Imaduddin Zanki. Selajutnya
pendudukan Kota Belbek dipercyakan kepada Komandan Najamuddin, ayah
Shalahuddin. Dalam perjalanan menaklukkan Kalat Jabir, Zunki terbunuh oleh
tentaranya sendiri. Kepemimpinannya kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Nuruddin Mahmud. Dengan jatuhnya kembali Kota Eddesa oleh Pasukan
Muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St. Bernard segera
menyerukan kembali Perang Salib melawan Kaum Muslimin. Seruan tersebut membuka
gerakan Perang Salib kedua dalam sejarah Eropa. Kaisar Jerman yang bernama
Conrad III ,dan Kaisar Perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan
Pasukannya ke Asia. Kedua Pasukan tersebut dapat dihancurkan dalam perjalanan
menuju Syiria. Dengan sisa Pasukan yang ada mereka berusaha mencapai Antioch,
mereka menuju Damaskus.[11]
Namun Damaskus
sudah dikepung oleh Pasukan Nuruddin. Karena Pasukan Salib terdesak , maka
mereka melarikan diri ke Palestina. Kedua Petinngi Salib itu kembali ke Eropa
dengan kekalahan, dengan demikian berakhirlah Perang Salib Kedua.
Pada tahun 544 H
/ 1149 M, Nurudin berhasil menduduki benteng areima, merebut wilayah perbatasan
Apamea dan kota Joscelin. Nurudinpun berhasil menaklukan kota Damaskus sehingga
ia diberi julukan dengan kehormatan Al-Malik Al-Adil.
Ketika itu Mesir
dilanda perselisihan Inter Dinasti Fathimiyah. Shawar, seorang perdana mentri
Fathimiyah, dileaskan jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirim
pasukan dibawah komandan Syirkuh. Ternyata Shawar melawan Syirkuh dengan memnta
bantuan dari pasukan prancis sehingga berhasil menduduki Mesir. Pada tahun 563
H/ 1167 M Syirkuh datang kembali ke Mesir, Sahawar pun meminta bantuan Raja
Yerussalem yang bernama Amauri. Pasukan gabungan tersebut pun berhasil
ditaklukkan Syirkah dalam peperangan di Balbain. Diantara mereka terjadi suatu
perundingan , namum pasukan Amauri mengingkarinya, mereka menindas rakyat.
Kahlifah mesir Syirkah pun diperintahkan untuk segera menuju ke Mesir. Kemudian
Syirkah pun ditunjuk menjadi Perdana Menteri. Dua bulan sesudahnya, Syirkah
meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang bernama
Shalahuddin.
Sementara itu
Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amauri. Ia telah mengkhianati
perjanjian genjatan senjata antara Kekuatan Muslim dengan Pasukan Salib
Kristen,pada tahun 528 H/ 1186 M, penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald
mengadakan penyerbuan terhadap kabilah muslim. Shalahudin segera mengerahkan
pasukannya yang dipimpin oleh Ali untuk mengepung Kara dan selanjutnya menuju
Galiei utuk menghadapi pasukan Prancis. Kaum salibpun kalah oleh pasukan
Shalahuddin. Shalahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tibeia, kota
Acre, Naplus, Jericho, Ramia, Caesarea, Asruf, Jaftra, Beirut, dll. Satu
persatu jatuh dalam kekuasaan sultan Shalahuddin.
Selanjutnya
Shalahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem, dimana kaum
muslim disana dibantai oleh pasukan salib. Beberapa lam terjadi pengepungan,
pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang
Sultan. Sultan pun mema’afkan mereka, karena Sultan terlalu lembut dan
penyanyang, bangsa Romawi dan Syiria Kristen diberi hidup dan diizinkan untuk
tonggal di Yerussalem dengan hak-hak warga secara penuh. Sholahuddin berkenan
melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeserpun.
Jatuhnya
Yerussalem dalam kekuasaan Sholahuddin, penguasaan negeri kristen di Eropa
berusaha kembali menggerakkan Pasukan Salib. Kaisar Jerman yang bernama
Frederick Barbarosa, Philiph August, Kaisar Prancis yang bernama Richard,
bebrapa pembesar Inggris. Membentuk pasukan gabungan Salib. Sholahuddin
menyusun strategi pertahanan, tanpa melakukan pertahanan dari luar. Pada
tanggal 14 September 1189 M, Shalahuddin terdesak oleh pasukan salib. Namun
berkat Taqiyudin, kemenakannya berhasil mnegusir pasukan salib dari posisinya
dan mngembalikan hubungan dengan Acre. Namun kota Acre kembali terkepung selama
dua tahun. Pasukan muslim pun dengan segala upaya pertahanan, namun gagal,
sementara itu pasukan muslim dilanda penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang
Komandan Shalahuddin akhirnya mengajukan tawaran damai namun pasukan salib
tidak tahu balas budi, ia membantai pasukan muslim secara kejam.[12]
Kemudian pasukan
salib bergerak menuju Ascalon yang dipimpin Jendral Richard. Bersamaan dengan
itu Shalahudin tiba lebih awa di Ascalon. Richard pun erasa tidak berdaya dalam
kekuasaan Ascalon. Ia mengirim delegasi perdamaian menghadap Shalahuddin.
Sultan menerima tawaran damai tersebut. perjanjian damai yang menghasilkan
kesepakan itupun mengakhiri perang salib ketiga. Setelah enam bulan, dari
tercapainya damai Sholahuddin meniggal pada tahun 1193 M. “ Hari kematian
Sholahuddin merupakan musibah bagi Islam dan umat Islam, Sungguh tidak ada duka
yang melanda mereka setelah kematian empat Kholifah yang melebihi duka atas
kematian Sholahiddin “.
Dua tahun
setelah meninggalnya Sholahuddin juga berkobar perang salib atas inisiatif Paus
Celesti III. Pada tahun 1195 M pasukan salib menundukkan Sicilia, Al- Adil
putra Sholahuddin segera menghalau pasukan salib. Hingga berakhirlah peperangan
tersebut dengan kesepakatan peperangan harus dihentikan selama tiga tahun.
Belum genap tiga tahun Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya
perang salib kembali setelah berhasil menyusun strategi kekuatan militer.
Yerussalem
berada dibawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M, setelah itu
kekuasaan salib direbut oleh Malik Ash Shalih Najamuddin Al- Ayyubi atas
bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil melarikan diri dari kekuasaan Jenghiz
Khan. Dengan demikian, pasukan salib kembali menyerang Islam yang dipimpin oleh
Louis IX, Kaisar Prancis mereka mendarat di Dimyat dengan mudah anpa
perlawanan, karena pada saat itu Sultan Malik Ash Shalih sedang menderita sakit
keras, sehingga konsentrasi pasukan muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX
bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan
karena arus yang deras, dan juga terserang wabah penyakit, sehingga kekuatan
salib dapat dengan mudah dihancurkan oleh Pasukan Turan Syah, putra Ayyub.
Setelah berakhir perang salib pada masa Turan Syah, pasukan salib kristen
berkali-kali berusaha membalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.
E. PENGARUH PERANG SALIB TERADAP ISLAM
Perang Salib
yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur
dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan yang
positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam
gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa
pada masa selanjutnya.
Akibat yang
paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah
dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan
Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan
Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan
sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah
kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari
proses panjang Perang Salib ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan
alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam,
sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa
beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi
perindustrian dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan
terjadinya perubahan besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat
diwarnai oleh peradaban Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak
kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan
kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian
warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan
demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya
pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya
masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada
beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan
memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat
pada abad pertengahan.[13]
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad
pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk
arsitektur bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada
masa Bani Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi
ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan
eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan
ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta
dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian
hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan
kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah
menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa,
panglima perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan
terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian
masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu
menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib
membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya
mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu
mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad
ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap
berada di bawah kekuasaan Kristen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perang salib terjadi karena dilatar
belakangi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor agama, politik, ekonomi dan sosial.
Sementara
itu, kemenangan umat Kristen Eropa dalam
perang ini adalah disebabkan persiapan mereka yang matang di samping umat Islam
saat itu tidak siap untuk berperang mengadakan perlawanan.
Perang salib
yang berlangsung hampir dua abad, dilancarkan oleh umat Kristen Eropa dengan
tujuan utama adalah pembebasan Yerussalem sebagai tempat suci mereka yang telah
lama dikuasai Islam. serangan umat
Kristen dalam perang salib ini, mendapat tanggapan yang serius di kalangan
Islam yang terlihat dalam serangan balik Islam yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan
Islam seperti Imaduddin Zangki, Nuruddin
Zangki dan Salahuddin al-Ayubi. Perseteruan yang hebat ini akhirnya dimenangkan oleh pihak Islam.
Perang salib
ini lebih banyak memberikan pengaruh positif
bagi umat Kristen dan ia merupakan bibit nasionalisme di Eropa. disamping itu hasil dari persentuhan timur
dan barat ini, membawa mereka kepada
zaman kebangkitan dan kemajuan dalam
berbagai bidang. Sebaliknya bagi umat Islam
perang salib membawa kepada kemunduran di berbagai bidang dan kerugian yang
amat besar.
B.
Saran
Kami menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu kami
selaku pemakalah memohon kritik dan saran dalam makalah kami, agar kami dadat
memperbaiki dan menjadi motivasi untuk kami agar kami dapat bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Sunanto, Musyarifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.
Sayyid Al- Wakil, Dr. Muhammad. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
[1] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hlm, 231.
[10]Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm,242
[11] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm, 243
[12] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm, 244
No comments:
Post a Comment