BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

06 May 2014

PGMI SPI A-7: PERANG SALIB



PERANG SALIB
Di susun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Sejara Peradaban Islam
Dosen pengampu : Muammad Hufron, MSI



Di susun oleh kelompok 3 :
1.      Umi Muslikhati           (2023113050)
2.      Ni’matul Azizah          (2023113100)

KELAS A

Tarbiyah/ PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI 
(STAIN) PEKALONGAN
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa sejarah merupakan suatu serangkaian peristiwa  yang terjadi yang kehadirannya mesti dilatar belakangi oleh sebab-sebab tertentu. Sejarah tidaklah muncul dengan seketika dan berdiri sendiri tampa ada yang menyebabkan kelahirannya, atau dapat pula dikatakan bahwa sejarah itu memiliki prolog dan epilognya, oleh karena itulah tidaklah semua peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat dikatakan dengan sejarah.
Begitu juga dengan perang salib yang terjadi selama hampir dua abad ini terjadi karena adanya konflik terbesar antara Islam dengan Kristen. Dimana pada saat itu Islam telah menguasai Baitul Maqdis yang dianggap sebagai tempat suci orang-orang Kristen oleh Dinasti Saljuk pada tahun 471 H. Bani Saljuk telah menetapkan beberapa peraturan bagi kaum Kristen yang ingin berziarah ke Baitul Maqdis. Oleh karena itu, untuk merebut kembali keleluasaan berziarah maka pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II beserta kaum Kristen lainnya di Eropa melakukan penyerangan terhadap kaum Islam dengan mengenakan tanda salib pada pakaian yang dikenakannya, sebagai lambang kesucian perang umat Kristen.
Dari uraian di atas, maka sangat pentinglah bagi kita umat Islam untuk lebih mengetahui  timbulnya perang salib, sebab-sebab perang salib, jalannya perang salib dan juga pengaruh perang salib terhadap peradaban Islam itu sendiri.
B.      Rumusan Masalah
1.      Mengapa perang salib itu terjadi?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perang salib?
3.      Ada berapakah periodesasi terjadinya perang salib
4.      Bagaimanakah jalannya perang salib?
5.      Bagaimanakah pengaruh perang salib terhadap terhadap peradaban Islam?

C.    Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
2.      Dapat mengetahui sebab timbulnya perang salib
3.      Dapat mengetahui masa jalannya perang salib
4.      Dapat mengetahui pengaruh terjadinya perang salib terhadap peradaban Islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Timbulnya Perang Salib
Perang salib adalah perang antara Kristen Eropa dengan Islam Asia yang terjadi  hampir selama  dua abad. Pada saat itu, islam menguasai sejumlah kota dan tempat suci kristen sejak tahun 632 M. Dinamakan perang salib karena dalam perang tersebut, orang-orang Kristen menggunakan salib sebagai symbol yang menunjukan bahwa perang ini adalah perang suci. [1]
Pada awalnya perang ini disebabkan adanya persaingan antara islam dengan Kristen, pada peristiwa yang dikenal dengan peristiwa mazikart. Peristiwa besar ini, menimbulkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan perang salib. Selain itu. Dinasti saljuk dapat merebut baitul maqdis pada tahun 471 H. dari kekuasaan dinasti fathimiyah yang berkedudukan di mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan baik umat Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu, mereka ingin memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu.
Pada 1095 M. Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen Eropa agar melakukan perang suci. Kaisar dari Bizantium ini meminta bantuan dari Romawi, karena daerah–daerahnya yang terserak sampai ke pesisir Laut Mormora dibinasahkan oleh Bani Saljuk. Bahkan Kota Konstatinopel pusat kekuasaan romawi diancam direbut oleh kaum Muslimin.
Pidato Paus Urbanus II pada tanggal 26 november 1095 di Clearmont ( Prancis Selatan ), orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan-kuburan suci dan merebutnya dari orang-orang bukan Kristen serta menaklukan mereka. Ia menjelaskan kondisi terakhir baitul maqdis dan mengusulkan pembebasan baitul maqdis, ia menjanjikan surga seperti Sri Paus lainnya, Baik tentara tentara yang mati dalam pembebasan tanah suci tersebut. Para peserta kongres menjawab dengan Bodonya  itulah sebenarnya yang dikehendaki tuhan. Dengan jawaban para peserta kongres tersebut, Sri Paus puas kemudian  ia memasang salib diatas lengan para suka relawan sebagai tanda bahwa perang ini adalah perang suci.[2]
Tidak semua orang dari kalangan kristen yang mengikuti perang salib didorong oleh keimanan terhadap agama mereka, melainkan karena dorongan nafsu untuk memperkaya diri. Banyak pula yang menganggap dengan mereka mengikuti perang ini dapat menebus dosa-dosa mereka. Ketika pasukan salib memasuki perbatasan Anatoliya, mereka mengalahkan Bizantium di perang Manzikart pada tahun 1071 M. Turki nomaden bebas menjelajai Anatoli dengan kawanan merka dan para amir mendirikan Negara-negara kecil disana. Melihat anatoliya sebagai perbatasan baru dan tanah harapan , maka kaisar bizantium Alexis Nomnenus  meminta bantuan pada Paus pada taun 1091 M. sebagai jawabannya, Paus urbanus II menyatakan perang slaib pertama. Tidak ada pemimpin muslim yang mengalahkan Bizantium yang menjadi Prestise kekaisaran romawi kuno. Oleh karena itu, orang turki dengan bangga menyebut mereka di anatoliya itu sebagai rum atau Roma.
Selain itu, juga memperluas kekuasaan pada dua daerah kekuasaan pada sebelumnya tidak pernah menjadi bagian dari darul islam, yaitu eropa timur dan sebagian barat india, yang kelak akan menjadi wilayah produktif.
Perang salib juga merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan karena banyak memakan korban baik jiwa maupun harta dan kebudayaan yang juga merusak hubungan antara dunia timur dan dunia barat.
B.     Sebab - Sebab Perang Salib
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perang salib. Diantaranya yang lebih utama yaitu faktor agama, faktor politik, dan faktor sosial ekonomi.[3]  
1.      Faktor Agama
Sejak Baitul Maqdis dikuasi oleh Dinasti Saljuk, pihak Kristen merasa tidak bebas untuk melakukan ibadah kesana, karena penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke Baitul Maqdis.  Disamping itu, mereka juga sering mengeluh karena mendapat perlakuan yang jelek dari orang saljuk yang fanatik.
2.      Faktor Politik
Kekalahan Bizantium dan jatuhnya asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tuntuk dibawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk mempersatukan gereja Yunani dan Roma.
Dilain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang melemah sehingga orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dari perang salib. Ketika itu Dinasti Saljuk sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan islam Spanyol semakin goyah. Situasi yang demikian ini dimanfaatkan oleh para penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu kekuasaan Islam.
3.      Faktor Sosial Ekonomi
Mulanya para pedagang besar di timut laut tengah, berambisi untuk menguasai sejumlah kota disepanjang timur dan para pedagang besar di selatan laut timur berambisi untuk memperluas wilayah perdagangan mereka. Sehingga dengan adanya perang salib, memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas wilayah perdagangan mereka, apabila mereka menang dalam peperangan ini, meskipun harus  menanggung sebagian dana mereka.
      Disamping itu, banyak para masyarakat tingkat bawahan yang ikut dalam peperangan tersebut hanya untuk memperbaiki nasib mereka sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh pihak-pihak gereja.



C.    Periodisasi Perang Salib
Dalam menentukan preodisasi Perang Salib, para sejarawan berbeda pendapat.mengenai pembagian Perang Salib. Seperti,  Prof. Ahmad Syalabi dalam kitabnya At- Tarikh Al- Islami wa Al- Hadharat Al- Islamiyah, menyatakan bahwa Perang Salib itu terbagi atas tujuh periode.
Sedangkan menurut Dr.Badri yatim, M.A. dalam Sejarah Peradaban Islam dan Prof. Philip K. Hitti dalam The Arabs A Short History, mereka berpendapat bahwa perang salib  dibagi menjadi 3 periode.[4]
Selain itu, dalam buku Sejarah Islam Klasik, Prof. Dr. Hj. Musyarifah Sunanto  menyebutkan bahwa Perang Salib terjadi selama 2 abad dengan delapan kali penyerbuan.[5]
Namun secara garis besar, Drs. Samsul Munir Amin, M.A. dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, menyimpulkan bahwa Perang Salib itu dibagi menjadi tiga periode, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Prof. Philip K. Hitti maupun Dr.Badri yatim, M.A.[6]
1.      Periode Pertama
Perang Salib ini semula digerakan oleh seorang pendeta Peter dari Perancis, yang kemudian didukung oleh Paus di Vetikan, oleh raja Kristen di Eropa dan oleh Kepala Kristen Orthodox yang berkedudukan di Konstatinopel. Jalinan kerja sama ini telah membangkitkan semangat umat kristen, terutama ketika Paus Urbanus II mengadakan pidato yang berapi- api di Clermont pada tanggal 26 November 1095 M., yang menurut penilaian Prof. Philip K. Hitti, pidato ini kemungkinan merupakan pidato yang paling berkesan sepanjang sejarah yang telah dibuat paus. Pidato ini menggema keseluruh penjuru Eropa sehingga membangkitkan seluruh negara kristen dalam mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan ke Palestina.[7]
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa , sebagian besar orang prancis dan Norman berangkat menuju Konstantinopel kemudian menuju ke palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea, dan tahun 1098 menguasai Edessa. Di sana mendirikan kerajaan Latin. Kemudian pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di Timur. Mereka juga menduduki Baitul Maqdis atau Yerussalem (15 Juli 1099) dan mendirikan kerajaan Latin III. Mereka juga menguasai kota Akka (1104M), Tripoli (1109M), dan Tyre (1124M). Dan mereka mendirikan kerajaan Latin IV di  Tripolli.
Pada tahun 1127M, muncul seorang pahlawan islam termasyur yang bernama Imaduddin Zanki, gubernur dari Mousul, ia dapat mengalahkan tentara salib di kota Aleppo dan Hamimah, dan Edessa. Kemenangan itu merupakan kemenangan pertama kali yang disusul dengan kemenangan selanjutnya sehingga tentara salib merasakan pahitnya kekalahan demi kekalahan.[8]
2.      Periode Kedua
Dengan adanya kekalahan ini, orang-orang kristen mengobarkan perang salib kedua. Pada tahun 1147 M., Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh Raja perancis Louis VII dan Raja Jerman Codrd II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah kristen di Syria. Akan tetapi, pasukan mereka dihadang oleh Nuruddin Zanki, putra dari Imaduddin Zanki. Kemahiran Nuruddin tidak kalah dengan ayahandanya, sehingga tentara Salib dapat dikalahkan dan tidak dapat memasuki Damaskus.
Pada tahun 549 H / 1154 M., Nuruddin Zanki menjadi penguasa mutlak di Syria. Ia menunjuk Ayyub Bin Syadzi sebagai walikota kota Damaskus dan mengankat saudaranya Syirkun sebagai gubernur di wilayah Damaskus. Dan pada taun itu pula, pasukan salib menuasai Asqalan.[9]
 Nuruddin Zanki wafat pada tahun 1174 M. Sehingga, pimpinaan perang kemudian dipegang oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tanggal 2 oktober 1187 M., Salahuddin berhasil merebut kembali Yerussalem, yaitu kota yang menjadi tujuan tentara salib.
Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum muslimin memukul perasaan tentara salib. Kemudian pada tahun 1189 M., pasukan salib kembali  menyerbu kaum muslimin dengan  pimpinan mereka yaitu Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard The Lion Hart raja Inggris, dan Philip Augustus raja prancis. Dalam penyerbuan ini mereka berasil merebut Akka, tapi mereka gagal untuk merebut Palestina.
3.      Periode Ketiga
Pada periode ketiga ini, tentara salib bergerak kembali untuk merebut Palestina dengan pimpinan mereka yaitu seorang Raja Jerman yang bernama Fredick II. Sebelum mereka menuju ke Palestina, mereka berencana untuk menaklukan Mesir terlebih daulu agar mendapat bantuan dari orang kristen Qibti.
Pada tahun 1219 M mereka berhasil menduduki kota Demyat. Namun dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M. Kemudian  pada tahun 1291 M., pasaukan Muslim yang di pimpin oleh Baybars dan Qalawun berasil merebut Akka dari pasukan Kristen.  
Dalam periode ini muncul seorang pahlawan wanita yang bernama Syajar Ad- Dur. Ia berhasil menghancurkan pasukan Louis IX dari Prancis  sekaligus menangkap Raja tersebut. Namun, dengan sikap kebesaran islamnya ia membebaskan dan mengijinkan Raja Louis IX untuk kembali  ke negerinya.
Demikianlah perang salib terjadi diwilayah timur. Meskipun umat islam harus terusir dari Eropa. Namun, pasukan salib tidak berasil merebut apapun dari tangan kaum muslimin, dan mereka jua tidak dapat menurunkan bendera islam dari Palestina.
Meskipun pasukan salib menderita kekalahan dalam perang salib, pihak Kristen Eopa telah mendapatkan hikmah yan tidak ternilai karena mereka dapat mengenal kebudayaan dan peradaban islam yang sudah demikian maju.
Lain halnya dengan kaum muslimin, meskipun mereka dapat mempertahankan kekuasaan mereka, namun kerugian akibat perang salib tersebut sangat banyak. Terutama dibidang politik mereka menjadi lemah.
D.    Jalannya Perang Salib
Pada  tahun 490 H / 1096 M, Pasukan salib yang dipimpin oleh Komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Setahun kemudian pada tahun 491 H / 1097 M. Pasukan Kristen dibawah Komandan Goldfrey bergerak dari Konstantinopel menyeberangi selat Bosporus dan berhasil menaklukkan Antioch setelah mengepungnya selama 9 bulan. Kemudian Pasukan Salib bergerak ke Ma’arrat An-Nu’man, dilanjutkan menuju Yerussalem dan dapat menaklukkannya dengan mudah. Ribuan jiwa Kaum Muslimin menjadi korban pembantaian ini. Goldfrey selanjutnya menjabat sebagai Penguasa atas negeri Yerussalem.[10]
Pada tahun 503 H/ 1109 M, Pasukan Salib menaklukkan Tripoli, selain itu mereka juga membakar Perpustakaan, Perguruan dan Sarana Industri hingga menjadi abu.selama peperangan tersebut,  Kesultanan Saljuk sedang  mengalami kemunduran, karena adanya perselisihan antara Sultan-sultan Saljuk, sehingga memudahkan Pasukan Salib merebut kekuasaan Islam. Ketika itu muncul seorang Sultan Damaskus yang bernama Muhammad yang berusaha menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir Pasukan Salib. Ia berhasil mengalahkan penguasa Yerussalem, namun mereka langsung dapat merebut wilayah-wilayah yang lepas setelah datang bantuan dari Eropa.
Masyarakat Aleppo dan Hammah yang menderita dibawah Kekuasaan Pasukan Salib berhasil diselamatkan oleh Maduddin Zanki, seorang anak dari pejabat tinggi Sultan Malik Syah, setelah berhasil mengalahkan Pasukan Salib, ia juga berhasil mengusir Pasukan Salib dari Al-Asyarib. Iapun berhasil merebut wilayah Eddesa pada tahun 539 H/ 1144 M. Bangsa Romawi menyerang Buzza dengan dibantu Pasukan Perancis. Penguasa negeri itu minta bantuan Pasukan Imaduddin Zanki. Selajutnya pendudukan Kota Belbek dipercyakan kepada Komandan Najamuddin, ayah Shalahuddin. Dalam perjalanan menaklukkan Kalat Jabir, Zunki terbunuh oleh tentaranya sendiri. Kepemimpinannya kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Dengan jatuhnya kembali Kota Eddesa oleh Pasukan Muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St. Bernard segera menyerukan kembali Perang Salib melawan Kaum Muslimin. Seruan tersebut membuka gerakan Perang Salib kedua dalam sejarah Eropa. Kaisar Jerman yang bernama Conrad III ,dan Kaisar Perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan Pasukannya ke Asia. Kedua Pasukan tersebut dapat dihancurkan dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sisa Pasukan yang ada mereka berusaha mencapai Antioch, mereka menuju Damaskus.[11]
Namun Damaskus sudah dikepung oleh Pasukan Nuruddin. Karena Pasukan Salib terdesak , maka mereka melarikan diri ke Palestina. Kedua Petinngi Salib itu kembali ke Eropa dengan kekalahan, dengan demikian berakhirlah Perang Salib Kedua.
Pada tahun 544 H / 1149 M, Nurudin berhasil menduduki benteng areima, merebut wilayah perbatasan Apamea dan kota Joscelin. Nurudinpun berhasil menaklukan kota Damaskus sehingga ia diberi julukan dengan kehormatan Al-Malik Al-Adil.
Ketika itu Mesir dilanda perselisihan Inter Dinasti Fathimiyah. Shawar, seorang perdana mentri Fathimiyah, dileaskan jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirim pasukan dibawah komandan Syirkuh. Ternyata Shawar melawan Syirkuh dengan memnta bantuan dari pasukan prancis sehingga berhasil menduduki Mesir. Pada tahun 563 H/ 1167 M Syirkuh datang kembali ke Mesir, Sahawar pun meminta bantuan Raja Yerussalem yang bernama Amauri. Pasukan gabungan tersebut pun berhasil ditaklukkan Syirkah dalam peperangan di Balbain. Diantara mereka terjadi suatu perundingan , namum pasukan Amauri mengingkarinya, mereka menindas rakyat. Kahlifah mesir Syirkah pun diperintahkan untuk segera menuju ke Mesir. Kemudian Syirkah pun ditunjuk menjadi Perdana Menteri. Dua bulan sesudahnya, Syirkah meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang bernama Shalahuddin.
Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amauri. Ia telah mengkhianati perjanjian genjatan senjata antara Kekuatan Muslim dengan Pasukan Salib Kristen,pada tahun 528 H/ 1186 M, penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuan terhadap kabilah muslim. Shalahudin segera mengerahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ali untuk mengepung Kara dan selanjutnya menuju Galiei utuk menghadapi pasukan Prancis. Kaum salibpun kalah oleh pasukan Shalahuddin. Shalahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tibeia, kota Acre, Naplus, Jericho, Ramia, Caesarea, Asruf, Jaftra, Beirut, dll. Satu persatu jatuh dalam kekuasaan sultan Shalahuddin.
Selanjutnya Shalahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem, dimana kaum muslim disana dibantai oleh pasukan salib. Beberapa lam terjadi pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang Sultan. Sultan pun mema’afkan mereka, karena Sultan terlalu lembut dan penyanyang, bangsa Romawi dan Syiria Kristen diberi hidup dan diizinkan untuk tonggal di Yerussalem dengan hak-hak warga secara penuh. Sholahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeserpun.
Jatuhnya Yerussalem dalam kekuasaan Sholahuddin, penguasaan negeri kristen di Eropa berusaha kembali menggerakkan Pasukan Salib. Kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philiph August, Kaisar Prancis yang bernama Richard, bebrapa pembesar Inggris. Membentuk pasukan gabungan Salib. Sholahuddin menyusun strategi pertahanan, tanpa melakukan pertahanan dari luar. Pada tanggal 14 September 1189 M, Shalahuddin terdesak oleh pasukan salib. Namun berkat Taqiyudin, kemenakannya berhasil mnegusir pasukan salib dari posisinya dan mngembalikan hubungan dengan Acre. Namun kota Acre kembali terkepung selama dua tahun. Pasukan muslim pun dengan segala upaya pertahanan, namun gagal, sementara itu pasukan muslim dilanda penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang Komandan Shalahuddin akhirnya mengajukan tawaran damai namun pasukan salib tidak tahu balas budi, ia membantai pasukan muslim secara kejam.[12]
Kemudian pasukan salib bergerak menuju Ascalon yang dipimpin Jendral Richard. Bersamaan dengan itu Shalahudin tiba lebih awa di Ascalon. Richard pun erasa tidak berdaya dalam kekuasaan Ascalon. Ia mengirim delegasi perdamaian menghadap Shalahuddin. Sultan menerima tawaran damai tersebut. perjanjian damai yang menghasilkan kesepakan itupun mengakhiri perang salib ketiga. Setelah enam bulan, dari tercapainya damai Sholahuddin meniggal pada tahun 1193 M. “ Hari kematian Sholahuddin merupakan musibah bagi Islam dan umat Islam, Sungguh tidak ada duka yang melanda mereka setelah kematian empat Kholifah yang melebihi duka atas kematian Sholahiddin “.
Dua tahun setelah meninggalnya Sholahuddin juga berkobar perang salib atas inisiatif Paus Celesti III. Pada tahun 1195 M pasukan salib menundukkan Sicilia, Al- Adil putra Sholahuddin segera menghalau pasukan salib. Hingga berakhirlah peperangan tersebut dengan kesepakatan peperangan harus dihentikan selama tiga tahun. Belum genap tiga tahun Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib kembali setelah berhasil menyusun strategi kekuatan militer.
Yerussalem berada dibawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M, setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik Ash Shalih Najamuddin Al- Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil melarikan diri dari kekuasaan Jenghiz Khan. Dengan demikian, pasukan salib kembali menyerang Islam yang dipimpin oleh Louis IX, Kaisar Prancis mereka mendarat di Dimyat dengan mudah anpa perlawanan, karena pada saat itu Sultan Malik Ash Shalih sedang menderita sakit keras, sehingga konsentrasi pasukan muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan karena arus yang deras, dan juga terserang wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dapat dengan mudah dihancurkan oleh Pasukan Turan Syah, putra Ayyub. Setelah berakhir perang salib pada masa Turan Syah, pasukan salib kristen berkali-kali berusaha membalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.
E.     PENGARUH PERANG SALIB TERADAP ISLAM
Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.[13]
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perang salib terjadi karena dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor agama, politik, ekonomi dan sosial.
      Sementara itu,  kemenangan umat Kristen Eropa dalam perang ini adalah disebabkan persiapan mereka yang matang di samping umat Islam saat itu tidak siap untuk berperang mengadakan perlawanan.
      Perang salib yang berlangsung hampir dua abad, dilancarkan oleh umat Kristen Eropa dengan tujuan utama adalah pembebasan Yerussalem sebagai tempat suci mereka yang telah lama dikuasai Islam.  serangan umat Kristen dalam perang salib ini, mendapat tanggapan yang serius di kalangan Islam yang terlihat dalam serangan balik Islam yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Islam seperti Imaduddin Zangki,  Nuruddin Zangki dan Salahuddin al-Ayubi. Perseteruan yang hebat ini  akhirnya dimenangkan oleh pihak Islam.
      Perang salib ini lebih banyak memberikan pengaruh positif  bagi umat  Kristen  dan ia merupakan bibit nasionalisme di Eropa.  disamping itu hasil dari persentuhan timur dan barat ini,  membawa mereka kepada zaman kebangkitan dan kemajuan  dalam berbagai bidang.  Sebaliknya bagi umat Islam perang salib membawa kepada kemunduran di berbagai bidang dan kerugian yang amat besar.

B.     Saran
      Kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu kami selaku pemakalah memohon kritik dan saran dalam makalah kami, agar kami dadat memperbaiki dan menjadi motivasi untuk kami agar kami dapat bisa lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Sunanto, Musyarifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.
Sayyid Al- Wakil, Dr. Muhammad. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.



[1] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm, 231.
[2] Muhammad Sayyid, Wajah Dunia Islam, Cet I (Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar,1989),Hlm,170-171
[3] Samsul Munir, Seiarah Peradaban Islam, hlm, 234
[4] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Isla,  hlm. 237.
[5]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Cet I( Bogor: Prenada Media, 2003), hlm. 186.
[6]Samsul Munir,  Sejarah Peradaban Islam, hlm.238.
[7]Musyrifah Sunanto,Sejarah  Islam Klasik,  hlm. 186

[8] Ibid; hlm. 188
[9]Muhammad Sayyid, Wajah Dunia Islam, hlm. 175
[10]Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm,242
[11] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm, 243
[12] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm, 244

No comments:

Post a Comment