BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

17 March 2014

PENGEMBANGAN KURIKULUM 2: KOMPONEN KURIKULUM


KOMPONEN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Pengembangan kurikulum
Dosen Pengampu : M. Hufron, M.SI.




Disusun oleh:
Ø  Eka Fitriani (342112005)
Ø  Ena Rizqi Tsania (342112006)
Ø  Imam Fauzan (342112011)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
(STIKAP)
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang KOMPONEN KURIKULUM. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

 Pekalongan, Maret 2014

Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam suatu aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam dunia pendidikan, maka dalam proses pelaksanaanya harus sesuai dengan komponen komponen yang ada yakni meliputi: tujuan, bahan ajar, komponen organisasi dan strategi mengajar, media mengajar, dan evaluasi.
Sedangkan kurikulum itu sendiri program pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, komponen kurikulum merupakan unsur yang perlu kita pahami dalam dunia pendidikan agar tujuan yang ingin di capai dapat terwujud sesuai yang dikehendaki.

B.     Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam penulisan makalah ini kami susun sebagai berikut:
1.      Apa saja komponen komponen kurikulum?
2.      Apa tujuan komponen kurikulum?
3.      Bahan ajar dalam komponen kurikulum?
4.      Strategi dalam proses mengajar?
5.      Media dalam proses belajar mengajar?
6.      Evaluasi pengajaran?
C.    Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dilakukan yaitu melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa buku, dan juga mencari materi didalam internet yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
D.    Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas dan memberi informasi tentang komponen kurikulum dalam pengembangan kurikulum sebagai pelaksanaan pendidikan. 
E.     Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian yaitu:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah, Metode Pemecahan masalah, Tujuan penulisan makalah, sistematika penulisan makalah.
Bab II, adalah pembahasan,
Bab III, Penutup yang terdiri dari simpulan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komponen kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan sebagai organisme manusia ataupun binatang yang memiliki susunan unsur anotomi tertentu. Komponen dalam anotomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian. Kesesuaian ini meliputi dua hal yakni, pertama kesesuain antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuain antara komponen komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[1]

1.      Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Telah dikemukakan bahwa pada kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting yakni akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum didasarkan pada dua hal, pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Yang kedua didasari oleh pemikiran pemikiran yang terarah pada pencapaian nilai nilai filosofis, terutama falsafah negara. Kita mengenal beberapa kategori tujuan pendidikan yakni tujuan umum, tujuan khusus, dan jangka panjang, jengka pendek dan jangka menengah.  
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976dikenal kategori sebagai berikut. Tujuan pendidikan merupakan tujuan jangka panjang, tujuan pendidikan ideal bangsa indonesia. Tujuan institusional merupakan sasaran pendidikan. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh program studi. Tujuan pendidikan yang berjangka panjang adalah suatu tujuan pendidikan umum sedangkan tujuan pendidikan yang berjangka pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus
Dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas, tujuan tujuan khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapainya. Dalam mempersiapkan pelajaran, guru mengajarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk tujuan tujuan khusus atau objektif yang bersifat oprasional. Tujuan demikian akan menggambarkan “ what will the student be able to do as a result of  the teaching that he was unable to do before. Mengajar dalam kelas lebih menekankan kepada tujuan khusus sebab hal itu akan lebih menekankan gambaran yang lebih kongkrit dan menekankan pada perilaku siswa, sedangkan perumusan tujuan umun lebih bersifat abstrak, pencapainya memerlukan waktu yang lebih lama dan sukar jika diukur.
Tujuan mata ajaran, mata ajaran dikelompokan menjadi beberapa bidang studi, yaitu:
1)      Bidang studi Bahasa dan Seni
2)      Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial
3)      Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
4)      Bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan[2]

Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan mengajar sesuai dengan domain domain perilaku individu, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotor.
1)      Domain kognitif berkenaan dengan kemampuan kemampuan intelaktual atau berfikir.
2)      Doamin afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat dan nilai nilai.
3)      Domain psikomotor menyangkut penguasaan dan pengembangan ketrampilan motorik.
Tujuan tujuan khusus mengajar juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda beda. Perumusan tujuan mengajar yang berbentuk tujuan khusus (objektif) memberikan beberapa keuntungan.
a)      Tujuan khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963) siswa yang mengetahui tujuan tujuan khusus suatu pokok bahasan, diberikan referensi dan sumber yang memadai, dapat belajar sendiri dalam waktu setengah dari waktu belajar dalam kelas biasah.
b)      Tujuan khusus, membantu memudahkan guru guru memilih dan menyusun bahan ajar
c)      Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media mengajar.
d)     Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan tujuan khusus guru mudah menentukan bentuk tes, lebih mudah merumuskan butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria pencapaiannya.
Disamping keuntungan-keuntungan diatas pengembangan tujuan mengajar yang bersifat khusus menghadapi beberapa kesukaran yaitu: sukar menyusun tujuan-tujuan khusus untuk domaen afektif, sukar menyusun tujua-tujuan khusus pada tingkat tinggi. Untuk mengatasi kesukaran di atas di perlukan keahlian, latihan dan pengalaman yang mencukupi dari guru-guru. Kekurangan keahlian, latihan dan pengalaman akan membawa guru-guru pada perumusan tujuan yang bertaraf rendah, yang madah diukur. Kelemahan diatas akan menyebabkan penyusunan tujuan-tujuan khusus bersifat mekanistik, dengan jumlah tujuan yang sangat banyak. Bagaimana perumusan sesuatu tujuan khusus atau objctive yang baik?

2.      Bahan ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tuagas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar, yang mencangkup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan ajaran , strategi mengajar media dan sumber belajar serta evaluasi hasil mengajar.
a.       Sekuens bahan ajar
Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:
1.      Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengadung urutan waktu, dapt digunakan sekuens kronologis. Peritiwa-peritiwa sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis
2.      Sekuens kausal. Masih berhungan erat dengan sekuens kronologis. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peritiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari suatu peritiwa situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya.
3.      Sekuens stuktural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu.
4.      Sekuens logis dan psikologis.  Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tapi sekuens psikologis sebaliknya, dari keseluruhan kepada bagian dari yang kompleks kepada yang sederhana.
5.      Sekuens spiral , dikembangkan oleh Brunner (1960). Bahan ajar dipusatkan pada topik atau bahan ajar tertentu.
6.      Rangkaian kebelakang, dalam sekuens ini mengajar dimulai dari langkah terakhir dan mundur  kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
7.      Tipe belajar berdasarkan hierarkis mulai yang paling sederhana. prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.

3.      Komponen Organisasi dan Strategi Mengajar
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar,
Ø  Reception / exposition learning – discovery learning.
Receptionis learning dilihat dari sisi siswa, sedangkan exposition dilihat dari sisi guru. Berdasarkan keduanya bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir, atau jadi baik secara lisan maupun tertulis.
Ø  Rote learning – meaningful learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan pelajaranya dengan mengafalkan. Dalam meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan maknayaa bagi siswa.
Ø  Group learning – individual lerning
Menuntut aktifitas belajar yang bersifat individual atau kelompok kelompok kecil.
Dalam komponen strategi peksanaan kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, cara mengadakan penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Organisasi kurikulum yang disebut ialah tataran materi, baik yang berkenaan dengan bentuk bahan dan pelaksanaannya. Tataran materi yang berkenaan dengan bentuk bahan (stuktur horiziontal) diatur dengan cara:
a.       Pemisahan mata pelajaran yang berdiri sendiri (sparated subject matter curriculum atau subject centered matter curriculum).
b.      Penyinggungan atau penghubungan antar bahan kurikulum dalam berbagai mata pelajaran (correlated curriculum).
c.       Pemaduan bahan kurikulum dari beberapa mata pelajaran dalam satu cakupan topik yang sedang dikaji. Kurrikulum yang berintegrasi itu dapat berupa:
1.      Paduan mata pelajaran serumpun (broadfield curriculum)
2.      Pemungsian materi/bahan dalam mata pelajaran tertentu sebagai suatu unit/ kelompok atau aspek dalam pengkajian suatu topik (unit curriculum).
3.      Paduan materi/bahan mata pelajaran yang relavan dengan suatu proyek kegiatan belajar mengajar atau pemecahan masalah, kurikulum ini biasanya disebut Project Curriculum.
Dalam tatanan bahan kurikulum yang dikaitkan dengan pelaksanaan objektif dilapangan yang biasanya disebut struktur vertikal dapat dilaksanakan melalui:
1.      Sistem kelas dimana kenaikan kelas diadakan setiap progam secara serempak.
2.      Sistem tanpa kelas, perpindahan dari satu tingkat progam ketingkat progam berikutnya dapat dilakukan tanpa harus menunggu teman-teman yang lain.
3.      Gabungan sistem a dan b tersebut.[3]

4.      Media mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar.
Rowntree mengelompokan media mengajar menjadi lima macam antara lain:
v  Interaksi insani yakni komunikasi langsung antar dua orang atau lebih, dalam komunikasi tersebut kehadiran suatu pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pihak lainya.
v  Realia adalah bentuk perangsang nyata seperti orang, binatang, benda dan sebagainya yang diamati siswa.
v  Pictoral adalah menunjukan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak maupun tidak, baik dibuat diatas kertas maupun kaset.
v  Simbol tertulis adalah media penyajian invormasi yang paling umum,tetapi tetap efektif.
v  Rekaman suara
5.      Evaluasi pengajaran
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
Evaluasi ditunjukan untuk menilai pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a.       Evaluasi hasil belajar mengajar
Dalam evaluasi ini disusun butir butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan.
*      Evaluasi formatif
Ditunjukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek.
*      Evaluasi sumatif
Ditunjukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan yang bersifat luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama.
b.      Evaluasi pelaksanaan mengajar















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Komponen kurikulum merupakan berbagai unsur yang memiliki keterkaitan antar yang satu dengan yang lainya, dimana suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi antara komponen yang satu dengan yang lainya. Agar suatu kurikulum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan maka:
Ø  Kesesuaian antara kurikulum dengan kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.
Ø  Kesesuaian antara komponen yang terdapat dalam komponen itu sendiri.
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan  antara satu dengan yang lainnya, yakni:
(1). Tujuan
(2). Materi
(3). Metode
(4). Organisasi
(5). Evaluasi






Daftar pustaka

Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.   Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Hamalik Oemar. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Ladjid Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum:Menuju Kurikulum Berbasis          Kompetensi. Ciputat. Quantum teaching.










[1] Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (teori dan praktik), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1997, hlm:102.
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2005, hlm: 24.
[3] Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum (Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi), Ciputat, QUANTUM TEACHING, 2005, hlm: 6.

No comments:

Post a Comment