KOMPONEN
KURIKULUM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Pengembangan kurikulum
Dosen Pengampu
: M. Hufron, M.SI.
Disusun oleh:
Ø Eka Fitriani (342112005)
Ø Ena Rizqi Tsania (342112006)
Ø Imam Fauzan (342112011)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG
PEKALONGAN
(STIKAP)
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang KOMPONEN KURIKULUM. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pekalongan,
Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan yang
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam suatu aspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam dunia pendidikan, maka
dalam proses pelaksanaanya harus sesuai dengan komponen komponen yang ada yakni
meliputi: tujuan, bahan ajar, komponen organisasi dan strategi mengajar, media
mengajar, dan evaluasi.
Sedangkan kurikulum itu sendiri program
pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam program pengajaran pada suatu
jenjang pendidikan, komponen kurikulum merupakan unsur yang perlu kita pahami
dalam dunia pendidikan agar tujuan yang ingin di capai dapat terwujud sesuai
yang dikehendaki.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah dalam penulisan makalah ini
kami susun sebagai berikut:
1.
Apa saja
komponen komponen kurikulum?
2.
Apa
tujuan komponen kurikulum?
3.
Bahan
ajar dalam komponen kurikulum?
4.
Strategi
dalam proses mengajar?
5.
Media
dalam proses belajar mengajar?
6.
Evaluasi
pengajaran?
C.
Metode
Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dilakukan yaitu
melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan
beberapa buku, dan juga mencari materi didalam internet yang berhubungan dengan
materi yang akan dibahas.
D.
Tujuan
Penulisan Makalah
Secara umum penulisan makalah ini
bertujuan untuk membahas dan memberi informasi tentang komponen kurikulum dalam
pengembangan kurikulum sebagai pelaksanaan pendidikan.
E.
Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian yaitu:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah,
Metode Pemecahan masalah, Tujuan penulisan makalah, sistematika penulisan
makalah.
Bab II, adalah pembahasan,
Bab III, Penutup yang terdiri dari simpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komponen
kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan sebagai organisme
manusia ataupun binatang yang memiliki susunan unsur anotomi tertentu. Komponen
dalam anotomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses
atau sistem penyampaian dan media serta evaluasi. Keempat komponen tersebut
berkaitan erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian.
Kesesuaian ini meliputi dua hal yakni, pertama kesesuain antara kurikulum
dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua
kesesuain antara komponen komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan,
proses, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[1]
1.
Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia,
hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan
pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan
dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan
keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan
tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Telah dikemukakan bahwa pada kurikulum atau
pengajaran, tujuan memegang peranan penting yakni akan mengarahkan semua
kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen komponen kurikulum lainnya. Tujuan
kurikulum didasarkan pada dua hal, pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan
kondisi masyarakat. Yang kedua didasari oleh pemikiran pemikiran yang terarah
pada pencapaian nilai nilai filosofis, terutama falsafah negara. Kita mengenal
beberapa kategori tujuan pendidikan yakni tujuan umum, tujuan khusus, dan
jangka panjang, jengka pendek dan jangka menengah.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
1975/1976dikenal kategori sebagai berikut. Tujuan pendidikan merupakan tujuan
jangka panjang, tujuan pendidikan ideal bangsa indonesia. Tujuan institusional
merupakan sasaran pendidikan. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh program studi. Tujuan pendidikan yang berjangka panjang adalah suatu
tujuan pendidikan umum sedangkan tujuan pendidikan yang berjangka pendek
merupakan tujuan yang bersifat khusus
Dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas,
tujuan tujuan khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah
pencapainya. Dalam mempersiapkan pelajaran, guru mengajarkan tujuan mengajarnya
dalam bentuk tujuan tujuan khusus atau objektif yang bersifat oprasional.
Tujuan demikian akan menggambarkan “ what will the student be able to do as a
result of the teaching that he was
unable to do before. Mengajar dalam kelas lebih menekankan kepada tujuan khusus
sebab hal itu akan lebih menekankan gambaran yang lebih kongkrit dan menekankan
pada perilaku siswa, sedangkan perumusan tujuan umun lebih bersifat abstrak,
pencapainya memerlukan waktu yang lebih lama dan sukar jika diukur.
Tujuan mata ajaran, mata ajaran dikelompokan
menjadi beberapa bidang studi, yaitu:
1)
Bidang
studi Bahasa dan Seni
2)
Bidang
studi Ilmu Pengetahuan Sosial
3)
Bidang
studi Ilmu Pengetahuan Alam
4)
Bidang
studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan[2]
Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan
mengajar sesuai dengan domain domain perilaku individu, yakni domain kognitif,
afektif dan psikomotor.
1)
Domain
kognitif berkenaan dengan kemampuan kemampuan intelaktual atau berfikir.
2)
Doamin
afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat dan
nilai nilai.
3)
Domain
psikomotor menyangkut penguasaan dan pengembangan ketrampilan motorik.
Tujuan
tujuan khusus mengajar juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda beda.
Perumusan tujuan mengajar yang berbentuk tujuan khusus (objektif) memberikan
beberapa keuntungan.
a)
Tujuan
khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963) siswa yang
mengetahui tujuan tujuan khusus suatu pokok bahasan, diberikan referensi dan
sumber yang memadai, dapat belajar sendiri dalam waktu setengah dari waktu
belajar dalam kelas biasah.
b)
Tujuan
khusus, membantu memudahkan guru guru memilih dan menyusun bahan ajar
c)
Tujuan
khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media mengajar.
d)
Tujuan
khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan tujuan khusus guru mudah
menentukan bentuk tes, lebih mudah merumuskan butir tes dan lebih mudah
menentukan kriteria pencapaiannya.
Disamping keuntungan-keuntungan diatas
pengembangan tujuan mengajar yang bersifat khusus menghadapi beberapa kesukaran
yaitu: sukar menyusun tujuan-tujuan khusus untuk domaen afektif, sukar menyusun
tujua-tujuan khusus pada tingkat tinggi. Untuk mengatasi kesukaran di atas di
perlukan keahlian, latihan dan pengalaman yang mencukupi dari guru-guru.
Kekurangan keahlian, latihan dan pengalaman akan membawa guru-guru pada
perumusan tujuan yang bertaraf rendah, yang madah diukur. Kelemahan diatas akan
menyebabkan penyusunan tujuan-tujuan khusus bersifat mekanistik, dengan jumlah
tujuan yang sangat banyak. Bagaimana perumusan sesuatu tujuan khusus atau
objctive yang baik?
2.
Bahan
ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tuagas utama
seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa
melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang
dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana
mengajar, yang mencangkup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan
ajaran , strategi mengajar media dan sumber belajar serta evaluasi hasil mengajar.
a.
Sekuens
bahan ajar
Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan
ajar, yaitu:
1.
Sekuens
kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengadung urutan waktu, dapt
digunakan sekuens kronologis. Peritiwa-peritiwa sejarah, perkembangan historis
suatu institusi, penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan
sekuens kronologis
2.
Sekuens
kausal. Masih berhungan erat dengan sekuens kronologis. Siswa dihadapkan pada
peristiwa-peritiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari suatu
peritiwa situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau
pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya.
3.
Sekuens
stuktural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur
tertentu.
4.
Sekuens
logis dan psikologis. Menurut sekuens
logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang
sederhana kepada yang kompleks, tapi sekuens psikologis sebaliknya, dari
keseluruhan kepada bagian dari yang kompleks kepada yang sederhana.
5.
Sekuens
spiral , dikembangkan oleh Brunner (1960). Bahan ajar dipusatkan pada topik
atau bahan ajar tertentu.
6.
Rangkaian
kebelakang, dalam sekuens ini mengajar dimulai dari langkah terakhir dan
mundur kebelakang. Contoh pemecahan
masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a)
pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d)
pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
7.
Tipe
belajar berdasarkan hierarkis mulai yang paling sederhana. prosedur
pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian
dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang
mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan
perilaku terakhir.
3.
Komponen
Organisasi dan Strategi Mengajar
Guru merupakan tokoh sentral di dalam
proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan.
Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima
sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah
atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang
berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme.
Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses
pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif
menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya,
sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh
materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan
pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung
bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual,
langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti :
pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan
sejenisnya.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan
dalam mengajar,
Ø Reception / exposition learning – discovery
learning.
Receptionis learning dilihat dari sisi siswa,
sedangkan exposition dilihat dari sisi guru. Berdasarkan keduanya bahan ajar
disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir, atau jadi baik secara lisan maupun
tertulis.
Ø Rote learning – meaningful learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan
kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai
bahan pelajaranya dengan mengafalkan. Dalam meaningful learning penyampaian
bahan mengutamakan maknayaa bagi siswa.
Ø Group learning – individual lerning
Menuntut aktifitas belajar yang bersifat
individual atau kelompok kelompok kecil.
Dalam komponen strategi peksanaan kurikulum
tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, cara
mengadakan penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara
mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Organisasi kurikulum yang disebut ialah tataran
materi, baik yang berkenaan dengan bentuk bahan dan pelaksanaannya. Tataran
materi yang berkenaan dengan bentuk bahan (stuktur horiziontal) diatur dengan
cara:
a.
Pemisahan
mata pelajaran yang berdiri sendiri (sparated subject matter curriculum atau
subject centered matter curriculum).
b.
Penyinggungan
atau penghubungan antar bahan kurikulum dalam berbagai mata pelajaran (correlated
curriculum).
c.
Pemaduan
bahan kurikulum dari beberapa mata pelajaran dalam satu cakupan topik yang
sedang dikaji. Kurrikulum yang berintegrasi itu dapat berupa:
1.
Paduan
mata pelajaran serumpun (broadfield curriculum)
2.
Pemungsian
materi/bahan dalam mata pelajaran tertentu sebagai suatu unit/ kelompok atau
aspek dalam pengkajian suatu topik (unit curriculum).
3.
Paduan
materi/bahan mata pelajaran yang relavan dengan suatu proyek kegiatan belajar
mengajar atau pemecahan masalah, kurikulum ini biasanya disebut Project
Curriculum.
Dalam tatanan bahan kurikulum yang dikaitkan
dengan pelaksanaan objektif dilapangan yang biasanya disebut struktur vertikal
dapat dilaksanakan melalui:
1.
Sistem
kelas dimana kenaikan kelas diadakan setiap progam secara serempak.
2.
Sistem
tanpa kelas, perpindahan dari satu tingkat progam ketingkat progam berikutnya
dapat dilakukan tanpa harus menunggu teman-teman yang lain.
3.
Gabungan
sistem a dan b tersebut.[3]
4.
Media
mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk
perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar.
Rowntree mengelompokan media mengajar menjadi
lima macam antara lain:
v Interaksi insani yakni komunikasi langsung
antar dua orang atau lebih, dalam komunikasi tersebut kehadiran suatu pihak
secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pihak lainya.
v Realia adalah bentuk perangsang nyata seperti
orang, binatang, benda dan sebagainya yang diamati siswa.
v Pictoral adalah menunjukan penyajian berbagai
bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak maupun tidak,
baik dibuat diatas kertas maupun kaset.
v Simbol tertulis adalah media penyajian
invormasi yang paling umum,tetapi tetap efektif.
v Rekaman suara
5.
Evaluasi
pengajaran
Evaluasi
merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan
belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu
dilakukan.
Evaluasi ditunjukan untuk menilai pencapaian
tujuan tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan.
a.
Evaluasi
hasil belajar mengajar
Dalam evaluasi ini disusun butir butir soal
untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan.

Ditunjukan
untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan belajar dalam jangka waktu yang
relatif pendek.

Ditunjukan
untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan yang bersifat luas, sebagai
hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama.
b.
Evaluasi
pelaksanaan mengajar
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Komponen
kurikulum merupakan berbagai unsur yang memiliki keterkaitan antar yang satu
dengan yang lainya, dimana suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau
relevansi antara komponen yang satu dengan yang lainya. Agar suatu kurikulum
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan maka:
Ø
Kesesuaian
antara kurikulum dengan kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.
Ø
Kesesuaian
antara komponen yang terdapat dalam komponen itu sendiri.
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, yakni:
(1). Tujuan
(2). Materi
(3). Metode
(4). Organisasi
(5). Evaluasi
Daftar pustaka
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan
Praktek. Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya.
Hamalik Oemar. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi
Aksara.
Ladjid Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum:Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat. Quantum
teaching.
[1] Nana
Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (teori dan praktik),
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1997, hlm:102.
[2] Oemar
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2005, hlm:
24.
[3] Hafni
Ladjid, Pengembangan Kurikulum (Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi),
Ciputat, QUANTUM TEACHING, 2005, hlm: 6.
No comments:
Post a Comment