BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

24 March 2014

PGMI SPI B-5: MASA DINASTI ABBASIYAH


MAKALAH
DINASTI ABBASIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas makalah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.S.I


Disusun Oleh:
1.      Mifta Farid            (2023113102)
2.      Kiptia Dwi Nabila (2023113059)
3.      Lia farda               (2023113069)

TARBIYAH/ PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
STAIN PEKALONGAN
TAHUN 2013/2014




BAB I
A.    Latar Belakang
Pemerintahan Bani Abbassiyah di sandarkan kepada Al Abbas, paman rasulullah saw. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah (as-saffah) bin muhammad bin alai bin abdullah bin abbas bin abdul muthalib. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan kepemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani hasyim (alamiyyun) setelah meninggalnya rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan rasulullah dan anak anaknya.
Pemikiran seperti ini tidak bisa berkembang dan telah diawal awal masa islam yang lurus dan benarlah yang menang pada saat itu. Yakni, pemikiran bahwa kekuasaan itu adalah hak semua kaum muslimin dan siapapun berhak selama dia mampu menyandang amanah.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait Al-Hikmah, dan terbentuknya madzhab-madzhab ilmu pengetahuan dankeagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2.      Siapasajakah khalifah Dinasti Abbasiyah?
3.      Bagaimana masa kejayaan Dinasti Abbasiyah?
4.      Dinasti apasajakah yang melepaskan diri dari Dinasti Abbasiyah?
5.      Apasajakah yang menjadi faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah?
6.      Bagaimana Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah?

BAB II
PEMBAHASAN
A.      SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYYAH
Dinasti Abbasiyyah didirikan pada tahun 132H/ 750M, oleh Abul Abbas Ash-Saffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyyah belang dalam waktu yang panjang yaitu selama 5 Abad dari tahun 132-656H (750-1258M).
            Sebelum berdirinya dinasti Abbasiyyah terdapat 3 Poros utara yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranan perananya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman rasulullah Abbas bin Abdul Mutholib.
            Dikota Muhaimah bermukim keluarga abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya dinasti Abbasiyah, ia menyiapkan stratehi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.[1]
            Propaganda Abbasiyyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyyah, gerakannya diketahui oleh khalifah umayah terakhir,marwan bin muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haransebelum di Eksekusi. Dia mewasiatkan kepada adiknya Abbul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tau bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kuffah. Sedangkan pemimpin propaganda di bebankan kepada Abu Salamah.
            Penguasa Umayyah di Khufah, Yazid bin Umar bin Ubairoh,ditaklukan oleh Abbasiyyah dan diusir ke Wasit. Abu salamah selanjutnya berkemah di kuffah yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin ali salah seorang paman abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah ummayah terakhir bersama pasukannya yang melarikan diri. Dan akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai zab. Penguasaan dilanjukan ke Mausul, Haran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus.[2]        
            Bani abbasiyyah mewarisi imperium besar dari bani ummayah. Mereka memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersilahkan oleh bani ummayah ummayah yang besar dan abbasiyyah yang pertama memanfaaatkannya. Penggantian ummayah oleh abbasiyyah ini dalam kepemimpinan masyarakat islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam. Suatu titik balik yang sama pentingnya denagan revolusi perancis dan revolusi rusia dalam sejarah Barat.
            Seluruh keluarga abbas dan pemimpin umat islam menyatakan setia kepada abul abbas as- saffah sebagai khlalifah mereka. As-saffah kemudian pindah Ambar, sebelah barat eufrat dekat badgdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk untuk memerangi para pemimpin arab yang kedapatan membantu bani ummayyah. Ia mengusir mereka kecuali abdurrahman, yang tidak lama kemudian mendirikan dinasti ummayah di spanyol. As- saffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu bani ummayah.
            Kekhalifahan as- saffah hanya bertahan selama 4 tahun sembilan bulan. Ia wafat pada tahin 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur as-Saffah ketika meninggal dunia adalah 29 tahun.
            Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perunahan politik, sosial, dan budaya berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam 4 periode.
1.      Masa Abbasiyaah I, yaitu semenjak lahirnya daulah abbasiyah tahun 132 H (750 M) sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H (847 M)
2.      Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847 M) sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M)
3.      Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M)
4.      Masa abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad 447 H (1055 M) sampai jatuhnya Baghdad ketngan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).[3]

B.       PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH
Sebalum Abul Abbas As-Saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa bin Musa, keponakannya. Sistempengumuman putra mahkota itu mengikuti cara dinasti Bani Umayyah. Dansatu hal yang baru lagi bagi para khalifah abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu Ja’far misalnya, ia memakai gelar Al-Manshur. Para khalifah bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah mereka adalah :
1.      Abul Abbas As-Saffah (pendiri)                          749-754 M
2.      Abu Ja’far al-Manshur                                         754-775 M
3.      Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi                 775-785 M
4.      Abu Muhammad Musa Al-Hadi                          785-786 M
5.      Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid                               786-809 M
6.      Abu Musa Muhammad Al-Amin                         809-813 M
7.      Abu Ja’far abdullah al-Ma’mun                           813-833 M
8.      Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim                 833-842 M
9.      Abu Ja’far Harun Al-Watsiq                                842-847 M
10.  Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakil                            847-861 M
11.  Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir                 861-862 M
12.  Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in                                    862-866 M
13.  Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz                866-869 M
14.  Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi                    869-870 M
15.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid                       870-892 M
16.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid                       892-902 M
17.  Abul Muhammad Ali Al-Muktafi                        902-905 M  
18.  Abul Fadl  Ja’far Al-Muqtadir                             905-932 M
19.  Abu Manshur Muhammad Al-Qahir                    932-934 M
20.  Abul Abbas Ahmad Al-Radi                               934-940 M
21.  Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi                            940-944 M
22.  Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi                     944-946 M
23.  Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti                             946-974 M
24.  Abul Fadl Abdul Karim At-Thai                                     974-991 M
25.  Abul Abbas Ahmad  Al-Qadir                            991-1031 M
26.  Abu Ja’far Abdullah Al-Qa’im                           1031-1075 M
27.  Abul QasimAbdullah Al-Muqtadi                       1075-1094 M
28.  Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir                      1094-1118 M
29.  Abu Manshur Al-Fadl Al-Murtasyid                   1118-1135 M
30.  Abu Ja’far Al-Manshur Ar-Rasyid                      1135-1136 M
31.  Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi               1136-1160 M
32.  Abul Mudzafar Al-Mustanjif                               1160-1170 M
33.  Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi              1170-1180 M
34.  Abu Al-Abbas Ahmad A-Nasir                           1180-1225 M
35.  Abu Nasr Muhammad Az-Zahir                          1225-1226 M
36.  Abu Ja’far Al-Manshur Al-Mustansir                  1226-1242 M
37.  Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah       1242-1258 M[4]

Pada masa bangsa Mongol dapat menaklukan Baghdad tahun 656H/1258 M, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa di bidang keagamaan dibawah kekuasaan kaum mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar Sultan. Jabatan khalifah yang disandang oleh keturunan Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah kehalifahan Abbasiyyah untuk selama-lamanya.


C.      MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH
 Baghdad Sebagai Pusat Peradaban Islam
Pada mulanya ibu kota Negara adalah Al-Hasyimiyah dekat Kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu Al-Manshur memindahkan ibukota negara ke kota yang dibangunnya, Baghdad dekat bekas Ibukota Persia, Clesipon pada tahun 762 M.
Sebagai ibu kota, Baghdad mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun kota tersebut belum lima puluh tahun dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin dalam istana khalifah yang luasnya sepertiga dari kota Baghdad yang berbentuk bundar itu dengan dilengkapi beberapa bangunan sayap dan ruang audiensi yang dipenuhi berbagai perlengkapan yang terindah. Kemewahan istana itu muncul terutama dalam upacara-upacara penobatn khalifah, perkawinan, keberangkatan berhaji, dan jamuan untuk paraduta negara asing.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut.
A.     Bidang Agama
Kemajua dibidang agama antara lain dalam berbagai ilmu yaitu Ulumul Quran, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu Kalam, Bahasa, dan Fiqh.
1.      Fiqh :
Pada masa Dinasti Abbasiyyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri madzhab antaralain sebagai berikut.
·         Imam Abu Hanifah                    (700-767M)
·         Imam Malik                                (713-795 M)
·         Imam Syafi’i                              (767-820 M)
·         Imam Ahmad bin Hanbal       (780-855 M)

2.      Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyyah mengalami kemajuan pesat. Diantara para ahli tafsir pada masa Dinasti Abbasiyyah adalah
·         Ibnu Jarir Ath-Thabari
·         Ibnu Athiyah Al-Andalusi
·         Abu Muslim Muhammad bin BaharIsfahani


3.      Ilmu Hadis
Diantara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
·         Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari.
·         Imam Muslim (w. 261H), karyanya Shahih Muslim
·         Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah
·         Abu Dawud, karyanya SunanAbu Dawud
·         Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai
·         Imam Baihaqi

4.      Ilmu Kalam
          Kajian para ahli ilmu kalam adalah mengenai dosa pahala, surga neraka,serta perdebatan mengenai ketuhanan, menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu kalam.
Tokoh-tokoh Ilmu Kalam:
·         Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi, tokoh Asy’ariyah
·         Washil bin Atho, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849M), tokoh Mu’tazilah
·         Al-Juba’i

5.      Ilmu Bahasa
Diantara ilmu bahasayang berkembang pada Dinasty Abbasiyyah adalah ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Bayan, Ilmu Badi’, dan Arudh. Bahasa Arab dijadikan sebagai  bahasa ilmu Pengetahuan, di samping sebagai alat komunikasi antar bangsa. Para ahli ilmu bahasa adalah:
·         Imam Sibawaih (w.183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1000 halaman.
·         Abu Zakaria Al-Farra (w.208 H). Kitab Nahwumya terdiri dari 6000 Halaman lebih.
B.     Bidang Umum
1.      Filsafat
Kajian filsafat dikalangan umat islam mencapai puncaknya pada masa daulah bani Abbasiyah diantaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasaa Arab. Para fisuf islamantara lain :
1)      Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
2)      Abu Nasr al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buku. Amemperoleh gelar al-Mualimuts Tsani (the second teacher) yaitu guru kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.
3)      Ibnu sina, terkenal dengan avicena (980-1037 M). Ia seorang filsuf yang menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran aristoeles dan Plato. Selain fisuf Avicenajuga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang terkenal adalah Asy-Shifa dan al-Qanun fi ath-Thib.

2.      Ilmu Kedokteran
Ilmu Kedokteran pada masa daulah Bani Abbasiyah berkembang pesat. Rumah-rumah sakit besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan. Diantaraahli kedokteran ternama adalah
1)      Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih (242 H), seorang ahli farmasi dirumah sakit Jundhisapur Iran.
2)      Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M), dikenal sebagai “Galien Arab”.
3)      Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan Measles, ar-Razi adalah penulis buku tentang kedokteran anak.
3.      Matematika
Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Khawarijmi, ia adalah pengarang kitab al-Jabbar wal Muqabbalah (Ilmu Hitung) dan penemu angka nol. Tokoh lain adalah abu al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismailban al-Abbas (940-998 M), kita kenal sebagai ahli Ilmu Matematika.
4.      Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa dinasti abbasiyyah adalah ibnu baithar, karyanya yang terkenal adalah mughi (berisi tentang obat- obatan), Jami al mufrodat al addawiyyah (berisi tentang obat- obatan dan makanan bergizi).
5.      Ilmu astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti bangsa Yunani, india, Persi, Kaldan dan ilmu falak jahiliah. Diantara ahli astronomi islam adalah :
1)      Abu mansyur al falaki (272 H). Karyanya yang terkenal adalah isbat al ulum dan hayyan al falak.
2)      Zabir al batani (319H) Al batani adalah pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab ma’rifat mathil burujj baina arbai al falak.
3)      Raihan al biruni (440H). Karyanya adalah ath- tafhim li awal as-Shina At- tanjim.
6.      Geografi
Umat islam angat maju karna, sejak semula bangsa arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Diantara wilayah pengembaraan umat islam adalah China dan Indonesia pada masa- masa awal kemunculan islam. Diantara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah Abul Hasan Al Mas’udi, Ibnu Furdazabah, Ahmad El Yakubi, Abu Muhammad Al Hasan Al Hamadani.
7.      Sejarah
Masa Dinasti Abbasiyyah banyak muncul tokoh tokoh sejarah. Berapa tokoh sejarahnya ialah Ahmad bin Al Ya’kubi, Ibnu Ishaq,Abdulloh bin Muslim, Alqurtubah, Ibnu Hizam, Ath-Thabari, Al Muqrizi, dan Al Baladzuri.
8.      Sastra
Dlam bidang sastra, Bagdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:
1)      Abu Nuwas, Salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya.
2)      An Nasyasi, Penulis buku Alfu, Laila wa Laila, Adalah buku cerita sastra 1001 malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan kedalam hampir seluruh bahasa dunia.[5]

D.    DINASTI-DINASTI YANG MEMERDEKAKAN DIRI DARI BAGHDAD
Dalam bidang politik disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayah. Sebagaimana diketahui wilayah kekuasaan Umayah mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam.
Ada kemungkinan bahwa khalifah Bani Abbasiyyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi tertentu, dengan pembayaran upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat tunduk kepadanya. Kedua, penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.
Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa Khalifah Abbasiyyah, diantaranya sebagai berikut:
1)      Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-872 M)
2)      Safariyah di Fars, Persia(868-901M)
3)      Samaniyah di Transoxania (873-998 M)
4)      Sajiyyah di Azerbaijan (878-930M)
5)      Buwaihiyah di Persia (932-1055 M)
6)      Thuluniyah di Mesir (837-903 M)
7)      Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)
8)      Ghazwaniyah di Afganistan (962-1189 M)
9)      Dinasti Saljuk (1055-1157 M)
10)  Al Barzukoni, Kurdi (959-1015 M)
11)   Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)
12)  Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)
13)  Idrisiyah di Maroko (788-985 M)
14)  Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
15)  Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)
16)  Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17)  Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)
18)  Mazyadiyah di Khillah (1011-1150 M)
19)  Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)
20)  Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)
21)  Dinasti Umayyah di Spanyol
22)  Dinasti Fatimiyah di Mesir[6]

E.     FAKTOR FAKTOR YANG MENYABABKAN KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusatpemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanya dibawah sungai Tigris, setelah kota itu dibumi hanguskan oleh tentara Mongol dibawah Hulagu Khan, pada tahun1258 M. Semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut dihancurkan pasukan..... meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku-buku yang ada didalamnya. Pada tahun... kota ini diserang oleh pasukan timur Lenk, pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Safawi.
Menurut Dr. Badri Yatim, M.A.,[7] diantara hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1.      Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatabelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah Dinasti Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awalkhalifah Abbasiyah berdiri.
2.      Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran dibidang politik. Padaperiode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk yang lebih besar daripada yang keluar, sehinggaBaitul Mal penuh dengan harta. Setelah khalifah mengalami perode kemunduran, pendapatan negara menurun, dan dengan demikian terjadi kemerosotan dalam bidang ekonomi.
3.      Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan terikat erat dengan persoalan kebangsaan. Pada periode Abbasiyyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra serta sehingga mengakibatkan terjadi perpacahan. Bebagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.      Perang Salib
Perang Salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang salib yang belangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehimgga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.      Serangan Bangsa Mongol (1258 M)
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan kekuatan menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada Mongol.

F.     AKHIR KEKUASAAN DINASTI ABBASIYYAH
Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan 656 H/ 1258 M. Hulagu Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di China himgga ke Asia Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskan untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari China ke pangkuannya. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.
Dengan demikain, lenyaplah Dinasti Abbasiyyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang. [8]

 




BAB III
KESIMPULAN
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.


[1] Drs. Samsul munir amin, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: amzah, 2010), hlm.139
[2] A. Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (jakarta: Pustaka al Husna), hlm.7
[3] A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan ke-4, 1993), hlm.213
[4] Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 98-99.
[5] Drs. Samsul munir amin, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: amzah, 2010), hlm.148-152
[6] Ibid., hlm.153-154
[7] Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, hlm.80-85
[8] Op.cit., hlm.156-157

No comments:

Post a Comment