BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

03 March 2014

SPI PGMI B-2: MASA KHULAFAUR RASYIDIN



PERADABAN ISLAM MASA
KHULAFAUR RASYIDIN (632-661M)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.S.I

Oleh:
Kelompok 2
1.      Solikhah          (2023113048)
2.      Nur Hidayah   (2023113095)
3.      Abdul Hamid  (2023113104)
Kelas B
PRODI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peradaban tidak bisa terlepas dari kebudayaan hingga akhirnya turun menurun dari nenek moyang sampai generasi berikutnya. Dalam ke Khalifahan setelah Nabi Muhammad saw wafat, kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh para sahabat yang menjadi pengganti kekhalifahannya. Khalifah tersebut dijuluki dengan al-Khulafa’u al-Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Di antar empat khalifah, Umar Bin Khattab mempunyai kedudukan yang istimewa, dia memiliki pola pikir yang kreatif dan kebrilianan dia dalam memahami syari’at Islam.Dengan kreativitasnya, dia mampu mengembangkan wilayah, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Kreativitas Umar Bin Khattab tampak ketika dia khawatir akan keutuhan al-Qur’an yang disebabkan banyaknya para khuffad meninggal. Selain itu Umar juga merupakan salah satu khalifah yang membangun peradaban Islam.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
2.       Bagaimana Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PERADABAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Al-Khulafa Al-Rasyidin merupakan pemimpin islam dari kalangan sahabat, setelah rasulullah wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya.Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kepemimpinannya menggantikan Rasulullah, karena Rasulullah meridhoinya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan meminta Abu Bakar mengimami sholat berjamaah selama beliau sakit, namun kelompok lain berpendapat bahwa Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abi Tholib berhak atas ahlul bait Rasulullah, tidak lama setelah Rasulullah wafat sejumlah tokoh muhajirin dan anshor berkumpul di balai kota bani sa’diah, madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih dengan alasan semangat keagamaan Abu Bakar sangat tinggi sehingga kedua pihak antara kaum muhajirin dan kaum anshor menyetujuinnya.[1]
1.      ABU BAKAR AS-SHIDIQ (11-13H/ 632-634 M)
Nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tami. Dizaman pra islam Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Kemudian diganti oleh Nabi Muhammad SAW engan nama Abdullah, karena ia termasuk salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk islam. Abu Bakar mendapat gelar As-Shidiq yang artinya benar, ia adalah orang yang segera membenarkan Nabi Muhammad Saw dalam berbagai peristiwa terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. [2]
Periode Abu Bakar sangatlah singkat hanya dua tahun lebih, ia mampu mengamankan negara baru islam dari perpecahan dan kehancuran,baik dikalangan sahabat mengenai persoalan pengganti Nabi maupun tekanan-tekanan dari luar dan dalam. Seperti ekspedesi ke luar negeri (kirim kembali usamah ibn zaid ke syam), menghadapi para pembangkang terhadap negara dengan tidak mau bayar pajak (zakat), dan penumpasan nabi-nabi palsu. Khalifah membagi negerinya dengan 12 wilayah (termasuk usamah ditugaskan ke syam) dengan 12 bataliyon juga yang masing-masing dikepalai seorang jenderal. Pengiriman tentara secara serentak untuk menghadapi para pembangkang didaerah-daerah jazirah arab guna memanfaatkan sumber daya manusia yang besar dan menganggur. Ali ditugaskan untuk mengamankan kota madinah yang keamanannya sangat parah. Ia menunaikan tugasnya dengan baik dan hal ini adalah jawaban, bahwa meskipun ia terlambat membai’at hampir 6bulan setelah wafatnya Nabi, karena menghormati perasaan istrinya, Fatimah binti Muhammad , namun ia tetap mendukung kebijaksanaan pemerintahan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah.
Dalam kepimpinannya Abu Bakar bertindak seolah-oalah menjalankan sunah Nabi karena Nabi lah yang memilih usamah sebagai panglima perang untuk menghadapi Bizantium. Disisi lain, musuh luar terutama Bizantiun dan sasania beranggapan bahwa dalam negri madinah keamanannya sesudah kuat paska wafatnya Nabi.
Corak pemerintahan yang sentralis sebagaimana diterapkan Nabi berdasarkan Al-Qur’an dan sunah, namun dalam urusan kenegaraan tetap mengutamakan musyawarah dalam memutuskan persoalan, seperti gaji tentara, penetapan departement dan lain sebagainnya.
Khalifah Abu Bakar meninggal dunia pada hari senin 23 agustus 624M setelah lebih kurang selama 15hari terbaring ditempat tidur. Ia berusia 63tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2tahun 3 bulan 11 hari. Menjelang wafat beliau menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya.[3]

2.      UMAR BIN KHATTAB (634-644M)
Nama lengkap Umar bin Khattab adalah umar bin khattab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al Quraisy dari suku Adi. Umar dilahirkan dimakkah 4 tahun sebelum kelahiran Nabi.  Umar bin khattab mendapat julukan Amir Al Mu’min yang artinya komandan orang-orang beriman.
Pada periode khalifah Umar peta islam meluas ditimur sampai perbatasan india dan sebagian asia tengah di barat sampai afrika utara. Setelah memangku jabatan kekhalifahan Umar melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk menghadapi tentara sasania maupun bizantium baik difront timur (persia), utara(syam) maupun barat (mesir). Ada beberapa sebab ekspansi Umar bin Khattab kewilayah tersebut diantaranya letak geografis persia, syam, irak maupun mesir adalah wilayah perbatasan dengan pemerintahan islam. Pada masa khalifah Umar pemerintahan semakin kuat akhirnya memunculkan kecemburuan yang tinggi dikalangan Bizantium dan Sansania. [4]
Khalifah umar menekankan bahwa perjuangan islam sesungguhnya hanya dilandasi dengan semangat dakwah islam bukan hanya mementingkan penaklukan dan mendapatkan rampasan perang. Khalifah Umar melakukan reformasi dalam pemerintahan selama memimpin dalam kurun waktu 10 tahun, dalam kepimpinannya ada majlis syura’, bagi Umar tanpa musyawarah maka pemerintahan tidak bisa berjalan.
Umar bin Khattab menyebut dirinya “khalifah khalifati rasulillah” (pengganti dari pengganti rasulullah). Sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa pemerintahnnya.
Pada periode Umar terkenal dengan pembangunan islam dan perubahan-perubahan, Umar membentuk departemen-departemen dan membagi wilayah kekuasaannya dengan beberapa provinsi yang dikepalai seorang Amir dan unit-unit wilayah perpajakan dipimppim oleh Amil. Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Umar meninggal sangat tragis dia dibunuh oleh seorang budak bangsa persia yang bernama Fairuz atau Abu Lu’lu’ah yang secara tiba-tiba menyerang dengan tusuan pisau tajam kearah tubuhnya saat  akan menunaikan sholat subuh di masjid nabawi. Khalifah Umar wafat setelah 3 hari peristiwa penikaman atas dirinya yakni pada tanggal 1 Muakharom 23H atau 644M.[5]
3.      UTSMAN BIN AFFAN (644-656M)
Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayah dari suku Quraisy. Utsman mendapat julukan Zun Nurain yang artinya memiliki 2 cahaya, karena menikahi 2 putri Nabi Muhammad secara berurutan setelah yang satu meninggal, yaitu Roqayyah dan Umi Kalsum. Utsman lahir dikota makkah pada tahun ke6 tahun gajah atau 376M, kira-kira 5 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad.
Utsman membagi pemerintahannya menjadi 2 periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran samapai ia terbunuh.
Periode 1, pemerintahan Utsman membawa kemajuan yang luar biasa, berkat jasa panglima yang ahli dan berkualaitas, dimana peta islam sangat luas dan bendera islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front al-Maghrib bahkan sampai ketunisia) di al-Maghrib, di utara sampai alepo dan sebagian asia kecil, ditimur laut sampai ke ma Wara al-Nahr, dan ditimur seluruh persia, bahkan sampai diperbatasan Balucistan (pakistan) serta Kabul dna Gazni.
Karya fenomenal utsman lain yang dipersembahkan kepada umat islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an. Penyusunan Al-Qur’an dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan Al-Qur’an. Setelah melewati saat-saat gemilang, pada paruh terakhir masa kekuasaannya, utsman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan didalam negeri didalam negri dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan beberapa kebijakan pemerintahannya. Sebagian ahli sejarah menilai, bahwa utsman melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak saudaranya, dalam jabatan-jabatan yang paling besar dan paling banyak meyebabkan suku-suku dan kabila-kabilanya merasakan pahitnya tindakan utsman itu. Oleh karena itu, utsman diklaim bahwa telah berKKN.selanjutnya di basrah yang semula dikepalai oleh Abu Musa Al-Asy’ari yang telah banyak meriwayatkan hadits diganti oleh sepupunya yaitu Abdullah ibn Amir.  Sementara di kufah Sa’ad ibn waqas digantikan oleh walid ibn uqdah, saudara tiri utsman. Hal-hal tersebut tidak lama kemudian menjadi protes bara api yang nyalanya sangat tinggi, karena para kepala daerah yang memberi fasilitas pada orang arab untuk menguasai tanah-tanah subur yang selanjutnya tidak bisa diatasi dengan adanya persoalan kebijakan pertanahan yang tidak sesuai dengan kebijakan pendahulunya.
Periode 2, Utsman terbunuh oleh pembangkang yang sudah kehilangan mata pencarian (sawah produktif), yang telah dilarang oleh utsman untuk dikuasai oleh orang Arab serta di adakan transaksi jual beli antara Arab dan Pribumi. Dan setelah memerintah selama 12 tahun akhirnya Utsman wafat pada tahun 35H. [6]

4.      ALI bin ABI THALIB (656-661M)
Nama lengkapnya Ali bin Abi Tahlib ibn Abdul Muthalib ibn Abdul Manaf al-Hasyim  al-Quraisy.  Ibunya bernama Fatimah binti Asad ibn Hasyim ibn Abul Manaf. Beliau lahir pada tahun 21 sebelum hijrah (603M) atau delapan tahun sebelum Nabi SAW diutus menjadi rasul. Sewaktu lahir, ia diberi nama Haidarah oleh ibunya, kemudian diganti oleh ayahnya dengan Ali.
Persoalan yang pertama kali dihadapi oleh Ali adalah menyingkirkan dua saingan utama kekhalifahan, Talha dan Zubair yang mewakili kelompok mekah. Keduanya memiliki pengikut diHijaz dan Iraq yang tidak mau mengakui kekhalifahan Ali. Aisyah tidak mencegah tapi justru membantu pemberontak/ pembunuh Utsman dan kini bergabung dengan mereka menentang Ali di Basrah. Diluar Basrah pada tanggal 9 Desember 656 Ali berperang dan mengalahkan pasukan gabungan dalam pertempuran yang lebih dikenal dengan nama perang jamal/unta, karena Aisyah menunggangi seekor unta. Selain itu Aisyah, Talha dan Zubair meminta kepada ali agar segera mencari pembunuh Utsman. Kondisi kacau tersebut mengakibatkan perang saudara yaitu perang jamal, shiffin, dan nahrwan tidak terelakan. Akhirnya ali memindahkan ibu kota dari madinah ke kuffah (januari 657 M), dikarenakan para pengikut ali banyak berada di kuffah. Pada perang shiffin (26 Juli 657 M/ 37H) mempertemukan kekuatan Muawiyah dan Ali di kota tua shiffin, dekat sungai Eufrat. Khalifah Ali mengerahkan 50.000 pasukan untuk menghadapi Muawiyah. Sedangkan pihak Muawiyah terdesak kalah, dengan 7.000 pasukannya yang terbunuh, yang menyebabkan pihak mereka mengangkat Al-Qur’an sebagai tanda damai dengan cara tahkim. Khalifah Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari, dan Muawiyah diwakili oleh ‘Amr bin Ash yang terkenal cerdik. Kelompok Ali yang menentang kebijakannya untuk berhenti perang disebut khawarij , yang dipimpin oleh Abdullah ibn Wahab Al-Rasyibi yang berjumlah 12.000 yang berkumpul di Harura. Akhirnya, tahkim gagal total akibat tipu muslihat dari ‘Amr yang dicatat Muir kutip sabda Nabi ”What is war but a game of deception”. Mulai saat itu pengikut kaum khawarij bertambah banyak. Bagi kaum khawarij ada dua hal yang penting, yaitu politik dan keagamaan. Dalam bidang politik, khawarij memiliki pemahaman, bahwa seorang khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat, baik dari bangsa Arab atau non Arab. Sedangkan dalam bidang keagamaan mereka berpendapat, jika seorang muslim tidak menjalankan shalat, maka ia wajib dibunuh dan jika seseorang yang meninggal dunia tanpa taubat terlebih dahulu, maka ia akan masuk neraka selamanya.[7]
Sedangkan orang yang mengikuti Ali dan mengagungkan khalifah Ali disebut kaum syi’ah. Kaum syi’ah mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dan Al-Quran adalah benar-benar wahyu dari Allah SWT. Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa Ali menyetujui perjanjian damai dengan Muawiyah yang secara politis berarti khalifah Ali mengakui keabsahan kepemilikan Muawiyah atas Syiria dan Mesir.
Pada tanggal 17 Ramadhan 40H (661 M), khalifah Ali terbunuh oleh Ibnu Muljam, seorang anggota khawarij yang sangat fanatik. Dan pada tanggal 20 Ramadhan 40H masa pemerintahan khalifah Ali berakhir.[8]

B.     Kemajuan Peradaban Islam masa Khulafaur Rasyidin
Masa khulafaur Rasyidin dimulai sejak Abu Bakar sampai Ali bin Abi Thalib merupakan masa kekuasaan Khalifah islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah islam lebih luas.
Pada masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin banyak kemajuan peradaban yang telah dicapai diantaranya adalah munculnya gerakan pemikiran dalam islam. Gerakan pemikiran yang paling menonjol pada masa khulafaur Rasyidin adlah sebagai berikut :
1.      Menjaga keutuhan Al Qur’an dan mengumpulkannya dalam bentuk mushaf pada masa Abu Bakar
2.      Memberlakukan mushaf setandar pada masa Utsman bin Affan
3.      Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan berislam pada penduduk negri
4.      Sebagian orang yang tidak senang kepada islam, terutama dari pihak orientalis abad ke 19 banyak yang mempelajari fenomena futuhad al islamiyah dan menafsirkan dengan motif bendawi
5.      Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara da’i maupun panglima.
Oraganisasi – organisasi atau lembaga –lembaga negara yang ada pada masa Khulafaur Rasyidin diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Lembaga politik
Termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan kepala negara), wizara (kementrian negara), dan kitabah (sekretaris negara).

2.      Lembaga tata usaha negara
Termasuk dalam urusan lembaga tata usaha negara, idaratul aqalin (pengolahan pemerintah daerah), diwan (pengurusan departemen) seperti diwan kharaj (kantor urusan keuangan)

3.      Lembaga keuangan negara
Termasuk kedalam lembaga keuangan negara adalah urusan – urusan keuangan dalam masalah ketentaraan baik angkatan perang maupun angkatan laut, serta perlengakapan persenjataannya


4.      Lembaga kehakiman negara
Termasuk kedalam lembaga kehakiman negara adalah urusan – urusan yang mengenai qadhi (pengadilan negri), madhalim (pengadilan banding) dan hisabah (pengadilan perkara yang bersifat lurus dan terkadang juga perkara pidana yang memerlukan pengurusan segera. [9]


BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

1.      Abu Bakar Ash-Shidiq
Kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Abu Bakar yaitu:
v  Menumpas Nabi-Nabi palsu.
v  Menumpas para pembangkang yang tidak mau membayar pajak (zakat).
v  Memperluas wilayah kekuasaannya.
1.      Umar bin Khattab
Kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab yaitu:
v  Memperluas wilayah kekuasaan islam.
v  Membagi wilayah kekuasaannya dengan beberapa provinsi.
v  Membentuk Departement-departement.
2.      Utsman bin Affan
Kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Utsman bin affan yaitu:
v  Memperluas wilayah kekuasaan islam
v  Melakukan penyusunan kitab suci Al-Qur’an.
3.      Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali bin abi thalib terjadi beberapa peperangan yaitu perang jamal, shiffin, dan nahrwan. Pada saat perang shifin kelompok ali terpecah menjadi dua yaitu kaum khawarij dan kaum syi’ah.
4.      Kemajuan peradaban masa Khulafaur Rasyidin
Lembaga-lembaga negara pada masa Khulafaur Rasyidin antara lain sebagai berikut:
v  Lembaga politik
v  Lembaga Tata Usaha Negara
v  Lembaga Keuangan Negara
v  Lembaga Kehakiman Negara

DAFTAR PUSTAKA
M.Abdul Karim, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publlisher, 2007)
Drs. Samsul Munir Amin, MA, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010)
Dr. Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Brafinda Persada, 2010)
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011)
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)





[1] Ahmad Syafii Maarif, sejarah peradaban islam,cet.I (Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007),hal.77.
[2] Ibid., hal.79
[3] Ibid I.,hal.79.
[4] Ibid., hal 85
[5] Ibid I.,hal.85.
[6] Drs.Samsul Munir Amin, MA, sejarah peradaban islam (Jakarta: amzah, 2010), hal.106
[7] M.Abdul Karim, sejarah peradaban islam, II (Yogtakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal.107
[8] Drs. Samsul Munir, MA, sejarah peradaban islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal.111
[9] Dr. Badri Yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta:Brafindo Persada,2010)

No comments:

Post a Comment