
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah tercatat dalam sejarah, bahwa pada abad pertengahan
yakni antara abad kedelapan sampai abad ketiga belas Masehi umat Islam pernah
mencapai pncak kejayaannya. Ketika itu, antara Daulah yang berada di Timur
dengan pusatnya Baghdad, serta Daulah yang berada di Barat dan berpusat di
Kordoba. Keduanya mampu memperlihatkan kemajuan di hampir segala bidang,
seperti ilmu pengetahuan, kebudayaan, dll.
Sejak pertama kali Islam berkembang di Spanyol sampai
berakhirnya kekuasaan atasnya, Islam telah memainkan peranan yang sangat vital.
Dan pada masa awal pemerintahan Islam, Spanyol diperintah para wali yang telah
diangkat oleh pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus sebelumnya. Pada periode
ini, juga sempat terjadi perselisihan dalam bidang sosial dan politik karena
pertentangan etnis dan golongan. Selain itu, juga terjadi gangguan dari
sisa-sisa musuhnya yang tinggal di kawasan Spanyol. Dan dalam makalah ini akan
dibahas serba-serbi mengenai peradaban
Islam pada masa Bani Umayyah di Spanyol yang tepatnya di daerah Andalusia dan
Kordoba.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Islam memasuki kawasan Spanyol?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk di Spanyol?
3. Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol?
4. Kemajuan peradaban apa saja yang sudah dicapai Islam di Spanyol?
5. Bagaimana pengarauh peradaban Spanyol Islam di Eropa?
6. Bagaimana transmisi ilmu-ilmu Keislaman di Eropa?
|

PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol
hingga jatuhnya kerajaan Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang
sangat besar. Dan masa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad.
Semenanjung Iberia, sebelum ditakhlukkan bangsa Visigoths
pada tahun 507 M. Sudah didiami oleh bangsa Vandals, yang meliputi wilayah
Spanyol dan wilayah Portugis yang hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit
dengan ujung benua Afrika.dan wilayah kediaman tersebut kemudian disebut dengan
Andalusia, dengan mengubah ejaan dan cara membunyikannya.
Pada permulaan abad keenam datanglah bangsa Gothia Barat
dan merebut negeri tersebut dengan mengusir bangsa Vandalusia ke Afrika. Pada
awal berdirinya kerajaan Gothia di Spanyol, ini merupakan kerajaan yang sangat
kuat. Tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah karena berdirinya
wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan dalam pemerintahan. Hal
ini ditandai dengan keadaan rakyatnya yang hidup dalam kemelaratan karena
beratnya pajak yang harus dibayar oleh mereka. Sementara, para pejabatnya hidup
dalam kemewahan dan memaksa orang-orang Yahudi untuk memeluk agama Nasrani.
Diangkatnya Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang
terakhir merupakan jalan bagi rakyat Spanyol untuk keluar dari kungkungan
penderitaan yang telah rama mereka rasakan.
|
Spanyol diduduki oleh Umat Islam pada zaman Khalifah
al-Walid pada tahun 705-715 M. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam sudah
menguasai Afrika Utara yang penguasaan seluruhnya dipegang oleh Khalifah Abdul
Malik pada tahun 685-705 M dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi
gubernur di daerah tersebut. Dan dilanjutkan dengan oleh Musa bin Nushair yang
mampu memperluas kekuasaannya denagn menduduki Aljazair dan Maroko.
Sebelum dikalahkan dan dikuasai oleh Islam terdapat
kantung-kantung yang menjadi baris kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan
Gothik yang menghasut para penduduk agar membuat kerusuhan serta menentang
kekuasaan Islam. Dan setelah dikuasai Islam, Afrika Utara menjadi batu loncatan
kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol. Dan dalam proses penaklukan
Spanyol ada tiga pahlawan Islam yang memimpin pasukannya, yakni Tharif bin
Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nusair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik,
karena dalam penyerbuannya ia tidak mendapatkan perlawanan yang begitu berarti.
Ia dapat memenangkan pertarungan ini, dan kembali ke Afrika Utara dengan
membawa ghonimah atau harta rampasan perang.
Musa bin Nusai pada tahun 711 M mengirimkan pasukan ke
Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thasiq bin Ziyad. Dan ia
mengucapkan pidato singkatnya yang berbunyi, “Musuh di depan kamu dan lautan
ada di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki”.
Dalam penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih
dikenal sebagai penakluk. Hal ini, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya
lebih nyata jika dibandingkan dengan yang lainnya. Ketika dalam pertempurannya
di suatu tempat yang bernama Bakkah Raja Roderick dapat dikalahkan. Dan dari
sinilah, Thariq bin Ziyad beserta pasukannya terus menaklukkan kota-kota
penting seperti, Kordoba, Granada, dan Taledo (Ibu kota kerajaan Gothik).
Daerah Visigoth provinsi Narbonne juga berhasil diduduki Islam pada tahun 715
M.
Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan Thariq
yang sangat luar biasa. Musa berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M dengan
sasarannya adalah kota-kota yang belum dijamah oleh Thariq, seperti Medin,
Sedonia, dan Carmona. Sevilla sebagai pusat kecerdasan Spanyol serta kota
Merida baru dapat ditaklukkan pada tahun 713 M. Musa kemudian bergabung dengan
Thariq di Toledo dan berhasil menguasai daerah utara Spanyol dari Saragosa
sampai Navarre.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun
99 H atau 717 M, sasaran untuk menguasai pegununga Pyrenia dan Prancis Selatan.
Dan pimpinan kekuasaan dipercayakan kepada as-Samah, tetapi gagal dan ia
terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi, untuk menyerang kota Tours. Akan tetapi
hasilnya juga berupa kegagalan dan ia memutuskan untuk mundur kembali ke
Spanyol.
Sesudah itu, juga masih terdapat berbagai peperangan,
seperti Avirignon pada tahun 734 M, Lyon pada tahun 743 M, dan pulau-pulau yang
terdapat di laut tengah Nallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyrus dan
sebagiandari Sicilia juga jatuh di tangan orang-orang Muslim pada zaman Bani
Umayyah.
Pada permulaan abad ke delapan M, dapat menjangkau
seluruh wilayah Spanyol dan Prancis Tengah, serta bagian-bagian penting di
Italia. Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam di Spanyol telah berkembang dengan
pesat dan mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan da
pengetahuan.[1]
Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat
nama-\nama penguasa yang telah memerintahnya, diantaranya adalah:
1.
Amir-amir Bani Umayyah
2.
Khalifah-khalifah Bani Umayyah
3.
Daulah Ziriyah di Granada
4.
Daulah Bani Hamud di Malaga
5.
Daulah Bani Daniyah
|
6.
Daulah Bani Najib dan Bani Hud di Saragosa
7.
Daulah Ariniyah di Valensia
8.
Daulah Bani Ubbad di Sevilla
9.
Daulah Jahuriyah di Kordoba
10. Daulah Bani Zin-Nun di Toledo
11. Daulah Bani Ahmar di Spanyol
|
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak
begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor-faktor
yang mempengaruhinya, baik yang berasaal dari dalam maupun yang berasal dari
luar. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.
1. Faktor Internal
Para pemimpin yang kuat, tentara yang kompak, bersatu,
berani, penuh percaya diri, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Juga
ajaran-ajaran, seperti toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong yang
tertanam dalam diri kaum Muslimin. Kemudian hal ini lah yang menjadikan Islam
dapat diterima oleh penduduk Spanyol pada umumnya dengan baik.
2. Faktor Eksternal
Sedangkan pengaruh yang berasal dari luar adalah kondisi
sosial, politik, dan ekonominya yang ketika itu berada dalam keadaan yang
sangat menyedihkan. Wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi ke dalam
beberapa negara kecil.
Penguasa Gothik yang bersikap tidakk toleran terhadap
aliran agama yang selain dianut oleh penguasa, yaitu Monofisit dan Yahudi yang
memilki pengikut terbesar dari penduduk Spanyol. Dan perpecahan polotik
memperburuk keadaan ekonomi masyarakat Spanyol ketika berada di bawah kekuasaan
kerajaan Gothik.
Kondisi yang demkian menjadi lebih buruk ketika Spanyol
dipimpin oleh Raja Roderick. Ia merupakan Raja Gothik terakhir yang berhasil
dikalahkan oleh Islam. Dan berawal ketika ia memindahkan ibu kota negaranya
dari Sevilla ke Toledo yang dihentikan oleh Witiza ketika menjadi penguasa
Toledo saat itu. Hal ini menjadi penyebab kemarahan Opas dan Achila yang merupakan kakak dan anak
dari Witiza, untuk menghimpun kekuatan guna menjatuhkan Roderick dengan bergabung
dengan kaum Muslimin. Sementara itu, di lain sisi masih terjadi konflik antara
Roderick dengan Ratu Julian yang merupakan mantan penguasa wilayah tersebut.
Yang kemudian bergabung dengan kaum Muslimin serta mendukungnya untuk menguasai
Spanyol. Bahkan ia memberikan pinjaman empat buah kapal yang digunakan oleh
Thariq, Tharif, dan Musa.
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi tentara Islam,
yang mana menjadikan tentara Roderick yang terdiri dari budak-budak menjadi
tertindas dan tidak memiliki semangat lagi untuk berperang. Selain itu,
orang-orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.[2]
C. Perkembangan Islam di Spanyol
Penduduk Andalusia terdiri dari banyak unsur, antara lain
Arab, Barbar, Spanyol, Yahudi, dan Slavia. Bangsa Arab dan Barbar sudah berada
di wilayah ini, semenjak pertama kali ditaklukkan. Dan bangsa Arab sendiri
terbagi ke dalam dua golongan besar, yakni kelompok Mudlari dan kelompok
Yamani. Mereka menempati lembah-lembah subur, sedang orang-orang Barbar
ditempatkan di daerah perbukitan yang kering tandus. Oleh karena itu, sering
terjadi perselisihan antara mereka.
Penduduk keturunan Sepanyol sendiri terdiri dari tiga
golongan, yaitu: kelompok yang telah memeluk Islam, kelompok yang masih
memegang teguh keyakinannya, namun meniru adat orang-orang Arab dalam
berperilaku. Dan kelompok yang tidak memeluk Islam juga menggunakan berperilaku
menurut adat nenek moyang mereka. Diantara orang-orang yang beragama Nasrani,
ada yang menjadi pejabat sipil maupun militer. Dan ada pula yang bertugas
sebagai pemungut pajak. Sebagaimana umat Nasrani dan Yahudi dapat menikmati
kebebasan beragama di bawah kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol ini.
Kelompok lainnya yang menempati wilayah ini adalah
golongan Slavia (budak). Ketika al-Nashir menyadari bahwa semangat suku Arab
yang dianggap terlalu berlebihan dan mengakibatkan perpecahan diantara mereka.
Maka, ia memberi kepercayaan kepada para budak untuk menjadi pengawal di
istananya. Mereka dilatih militer, untuk kemudian diangkat menjadi temtara
militer.[3]
D. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Muslim Spanyol telah membuka lembaran baru
dalam sejarah intelektual Islam, bahkan untuk intelek dunia.mereka tidak hanya
memajukan budaya dan peradaban, namun sekaligus sebagai penghubung antara ilmu
pengetahuan dan filsafat tempo dulu. Spanyol ketika dalam masa pemerintahan
umat Islam menjadi pusat peradaban tertinggi hampir dalam segala bidang.[4]
Berikut diantara kemajuan peradaban Islam di Spanyol:
1. Perkembangan Kota dan Seni Bangunan
Penduduk Andalusia baik yang muslim ataupun
yang bukan, memperoleh kesempatan yang sama dalam keikutsertaan membangun
negara. Sehingga, Andalusia atau dalam hal ini pemerintah Bani Umayyah II dapat
menempatkat Kordoba sejajar dengan Konstantinopel dan Baghdad sebagai pusat
peradaban dunia.
Samah ibn Malik al-Khaulani, selaku pemimpin
menjadikan Kordoba sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan Sevilla. Ia
membangun dinding sebagai benteng yang melingkari kota, memugar jembatan tua
yang dibangun sejak zaman Romawi, juga membangun kisaran air yang berasal dari
danau serta dialirkan ke istana dan penduduk sekaligus untuk mengairi lahan
pertanian.
Selain itu, Kordoba juga memiliki Kota Satelit
al-Qashr al-Kabir, Istana yang dikelilingi taman yang luas juga indah al-Rushafa,
Masjid Jami Kordoba, Jembatan Kordoba, al-Zahra, al-Zahirah serta
istana-istana lain yang semuanya diberi nama khusus.[5]
2. Perkembangan Ilmu
Kemajuan intelektual muslim Spanyol yang
paling mashur adalah perkembangan ilmu filsafat. Dipelopori oleh
seseorang yang bernama Abu Bakar Muhammad ibn Yahya ibn Bajjah dan merupakan
filusuf besar pada abad kedua belas. Sekaligus ia juga merupakan pakar di
bidang lain seperti, fisika, astrnomi, musisi, dan lainnya.[6]
Al-Bakry dan al-Idrisi merupakan pakar
geografi terbesar Spanyol pada abad kesebelas. Sementara dalam bidang fisika
ditandai dengan munculnya fisikawan muslim, seperti al-Zahrawi, al-Zuhry, dan
Ubidullah ibn Muzaffar al-Bahili.[7]
Ilmu yang berkaitan dengan fiqih, yakni ilmu Ushul Fiqh, turut
berkembang pesat di Spanyol. Ibn Hazm dan al-Syatibi merupakan tokoh yang
paling produktif dalam melahirkan karya-karya di bidang ini. Yang diantaranya adalah
al-Ihkam fi Ushul Ahkam oleh Ibn Hizm dan al-Muwaffaqat karya
al-Syatibi.[8]
Dalam cabang ilmu tasawuf, tokoh yang pertama kali muncul adalah Ibn Massarah
sebagai pengembang paham Wahdat al-Wujud. Dan disusul dengan al-Hasyimi,
Abu Bakar Muhammad, dan Muhyiddin Ibn ‘Arabi. Kemudian dalam bidang tafsir
ditandai dengan munculnya para ulama ahli tafsir, seperti al-Baqi’, Ibn
Makhlad, al-Zamakhsary, dan al-Thabrani. Ilmu hadist juga mengalami
perkembangan, walaupun tidak sepesat perkembangannya di Baghdad.[9]
Bahasa Arab ketika masuk ke Andalusia,
bersamaan dengan masuknya Islam di wilayah tersebut. Sejalan dengan kemajuan
yang diraih oleh umat Islam, bahasa Arab juga dipelajari oleh banyak penduduk
dan dapat menggantikan peran bahasa lokal mereka. Tokoh yang berperan dalam hal
ini adalah Ali al-Qali yang dibesarkan dengan ilmu hadist, bahasa, sastra,
nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad.[10]
E. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Antara abad kedelapan dan tiga belas Masehi, islam berada
di puncak kejayaan baik dalam sejarah peradaban maupun kebudayaan dunia. Di
masa itu, Islam mencapai periode keemasan yang belum pernah diungguli oleh
masyarakat dan bangsa di mana pun juga. Dan Islam merombak wajah kultural dunia
menjadi suatu identitas keislaman dalam segala aspek kehidupan. Bahkan,
kebudayaan peradabannya menjadi tolak ukur kemoderenan bagi berbagai bangsa
terutama di Eropa.[11]
Islam mampu membawa pengaruh ini sampai menyeberangi
batas-batas rasial dan geografis dalam waktu yang sangat singkat. Dan Christoper
Dawson mengatakan, bahwa agama Islam dapat disebut sebagai suatu contoh klasik
bagaimana kebudayaan dapat diubah oleh suatu pandangan baru mengenai kehidupan
oleh ajaran agama baru. Sehingga mengakibatkan bentuk lembaga sosial yang mampu
mengatasi batas-batas rasial dan geografis selama berabad-abad. Dan ini
terbukti dengan perubahan yang terjadi di Timur Tengah sekitar abad ketujuh.
Hal ini dapat terjadi karena pribadi Nabi Muhammad yang telah memberikan
petunjuk bagi ajaran mereka.[12]
Kebudayaan Islam mulai berkembang setelah abad pertama
Hijiyah. Kebangkitan intelektual dan budaya Islam ditandai dengan
intensifnya keinginan untuk
menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Persi dan Yunani klasik oleh
sarjana-sarjana Islam. Hal ini dilakukan tidak lain, guna mengambil inti ajaran
mereka yang baik dan mengakulturasikannya dengan nilai-nilai Islam, sehingga
terciptalah corak kebudayaan yang baru. Selain itu, secara tidak langsung Islam
telah membantu menyeberangkan warisan klasik Yunani ke daratan Eropa.[13]
Sumbangan Islam kepada bangsa-bangsa di Eropa dapat
dibagi menjadi dua sumbangan. Pertama, Umat Islam telah membantu
menyelamatkan warisan kebudayaan Yunani klasik dari ancaman kehilangan dan
kemusnahan. Kedua, Umat Islam berjasa dalam mengolah dan mengembangkan
kebudayaan Yunani klasik dengan penambahan unsur-unsur baru. Dan sekaligus
menjadi sumbangan terbesar bagi bangsa Eropa.[14]
F. Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebudayaan Barat. Sumbangan
Islam bisa dibilang sangat menonjol dan patut disebut sebagai dasarnya kemajuan
Barat sampai saat ini. Dalam bidang kedokteran misalnya, dikenal seorang dokter
Islam yang disebut al-Kindi (809-873 M) yang telah menulis buku Ilmu Mata dan
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain al-Kindi,
orang juga mengenal ar-Rozi (865-925 M) yang juga merupakan seorang dokter
Islam dan mengarang buku kedokteran berjudul Al-Hawi dan juga telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh perintah Raja Charles I.
Dokter Islam lainnya adalah Avecinna atau yang lebih
dikenal dengan nama Ibnu Sina (980-1037 M). Bukunya yang berjudul al-Qanun
fit-Thib, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pula dengan judul Materia
Medica. Buku tersebut memuat sekitar 760 macam ilmu tentang obat-obatan dan
telah dipakai sejak abad 12 hungga 17 sebagai referensi untuk ilmu ketabiban
Barat.
Di bidang astrnomi dan ilmu pasti, sarjana Islam yang
bernama al-Khawarizmi telah mempunyai pengaruh yang sangat besar mengesani
dasar-\dasar ilmu pasti. Ia juga menulis buku Al Jabr wa al-Muqabalah, yang
memuat daftar astronomi yang tertua, sekaligus dirinya merupakan orang yang
pertama kali menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar. Begitu juga dengan Ibnu
Hayyan yang merupakan bapak kimia Islam, dan kitab kimianya merupakan di
kawasan Eropa dan Asia sampai lebih dari abad ke-14.
Di lapangan ilmu filsafat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai
komentator fikiran-fikiran dari
Aristoteles, sehingga dijuluki Aristoteles II. Dari abad 12 sampai 16
aliran Rusyd mendominasi lapangan
filsafaat di Iberia dan Eropa. Sedang al-Kindi terkenal dengan metode
filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara
Neo-Platonis.
Demikian pula ketenaran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dengan
karyanya Muqaddimah yang banyak memberikan sumbangan dan pengaruh
terhadap pemikiran-pemikiran sarjana Barat di bidang ilmu sejarah dan
sosiologi. Dia juga merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori
perkembangan sejarah, baik dari faktor jasmani dan iklim atau moral dan
rohaninya. Karyanya ini menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli
lainnya yang mendapat pengakuan oleh sejarawan Toynbee.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang banyak sekali
sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan kebudayaan Barat di berbagai
bidang keilmuan. Yang sekarang kita kenal sebagai Universitas yang mendapat
julukan “agent of moderniation”, sebenarnya secara faktual lembaga
tersebut lahir dari buaian kebudayaan Islam. Bahkan Khalifah Abdurrahman III
(912-961 M), telah mendirikan Cordoba dan menempatkannya di dalam masjid
Cordoba. Dan pada waktu itu, universitas tersebut telah menyelenggarakan
diferensiasi ilmu pengetahuan ke dalam fakultas-fakultas, seperti hukum,
kedokteran, ilmu ukur, dan astronomi.
Kebangkitan intelektual dan kultural Barat terjadi
setelah para sarjana Eropa mempelajari, mendalami, dan menimba ilmu-ilmu Islam
dengan caara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa
mereka. Hal ini serupa dengan para sarjana Islam ketika memulai membangun
kebudayaan Islam, yakni dengan menerjemahkan buku-buku Yunani klasik ke dalam
bahasa Arab.[15]

PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah di Spanyol mengalami
kemajuan yang luar biasa. Bahkan rekor ini belum bisa dikalah kan oleh
peradaban manusia di belahan bumi mana pun, baik oleh umat Muslim sendiri
maupun masyarakat dari agama lain. Dan ketika itu, umat Islam juga sangat
berperan dalam menyumbang pemikiran-pemikirannya. Karena dari Islam lahirlah,
berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari ilmu sastra, sain, matematika,
kedokteran, bahkan sampai ilmu filsafat
serta ilmu-ilmu lainnya. Dan sudah selayaknya masyarakat Eropa dan seluruh umat
manusia berterima kasih kepada Islam atas sumbangannya yang begitu besar bagi
kemajuan dunia.
Namun, mengungkap kembali kejayaan dan kebesaran Islam di
masa lampau tidak dimaksudkan untuk umat Islam tersanjung atas sejarah
tersebut, hingga mengagung-agungkannya. Karena hal ini, hanya mampu memuaskan
konsumsi emosi saja dalam suatu imajinasi kegembiraan. Dan patut diketahui
bahwa seburuk-buruknya golongan umat manusia adalah orang-orang yang malas,
yang mana ketika kamu ungguli, mereka dengan segera menyebut-nyebut kejayaan
nenek moyangnya.
Kejayaan Islam di
masa silam bukanlah untuk kita bisa unggul-unggulkan. Melainkan menjadi
kesadaran dan kepercayaan diri kita, bahwa umat Islam pada masa jayanya pernah menjadi penyumbang terbesar
bagi peradaban dunia. Dan hal ini dapat dijadikan pelajaran yang berharga untuk
memperkuat kepercayaan diri kita, agar umat Islam mampu mengikis kemalasan dalam berfikir dan bekerja maksimal
dalam menciptakan suatu karya sebagaimana para pendahulunya.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah

Prof. K. Ali. 2003. Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti
Usmani. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Khoiriyah, M. Ag. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta:
Teras
Dudung Abdurrahman. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi
|

Dosen
Pengampu: Muhammad Hufron, MSI
Mata
Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Disusun
oleh:
1.
Asyafiul
Musyafa’alfaris (2023113041)
2.
Afif
Nurul Huda (2023113058)
3.
Naylil
Izza (2023113065)
Kelas :
PGMI B
PROGRAM
STUDI PGMI
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
PEKALONGAN

[1]
Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam, Cet. II (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 159-166.
[4]
K. Ali, Sejarah Islam dari Awal
hingga Runtuhnya Dinasti Usmani Cet. IV (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2003),
hal. 480.
[5]
Dudung Abdurrahman, op. cit., hal. 100.
[6]
K. Ali, op. cit., hal. 482.
[7]
Ibid.
[10]
Dudung Abdurrahman, op. cit., hal.
105.
[11]
Faisal Ismail, Paradigma
Kebudayaan Islam, Cet. II (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal. 229.
No comments:
Post a Comment