MAKALAH
Dinasti Umayyah Barat
Disusun dan Dibuat Guna Melengkapi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: M. Ghufron Dimyati
Di susun Oleh :
Kelompok 4
1. Khotimatun
Mustafida (2023113004)
2. Muzahimah (2023113063)
Kelas A
JURUSAN TARBIYAH PRODI PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah berakhirnya periode klasik Islam,
ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan bukan hanya di bidang politik, tetap juga dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat
dipisahkan dari pemerintahan Spanyol.[1]
Islam mudah masuk ke Spanyol disebabkan adanya
faktor internal dan eksternal. Agama Islam bersikap toleran terhadap agama lain
dan mepererat tali persaudaraan, sehingga para penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam.
Selama Islam di Spanyol banyak membawa
kemajuan dalam berbagai bidang. Transmisi ilmu-ilmu pengetahuan ke Eropa
melalui berbagai jalur, yaitu melalui perang salib, melalui Sicilia dan melalui
Spanyol (Andalusia). Bangsa barat seperti tidak punya rasa malu mereka benci
terhadap Islam, namun haus akan ketinggian ilmu dan peradaban Islam.
BAB II
Dinasti Umayyah Barat
A. Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki
umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715), salah satu seorang khalifah
dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat
Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi
dari Dinasti Umayyah. Penguasaan atas Afrika utara terjadi di zaman khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man
Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan
bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa
bin Nushair memperluas wilayah kekusaannya dengan menduduki AlJazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.
Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat basis kekuasaan kerajaan
Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar
membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul
dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan
Spanyol.[2]
Dalam proses
penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin
Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair. Tharif disebut sebagai perintis
dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang ada di antara Maroko dan benua Eropa
dengan pasukan perang 500 orang, diantaranya pasukan berkuda. Dalam
penyerbuannya Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Musa ibn
Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq lebih dikenal
sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih
nyata. Pasukannya terdiri dari suku Barbar dan sebagian orang Arab yang dikirim
oleh khalifah Al-Walid. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya
mendarat dikenal dengan nama Gilbraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di
suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Thariq dn
pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan
Toledo.
Musa bin Nushair
merasa perlu melibatkan diri untuk membantu perjuangan Thariq. Setelah Musa
berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, Merida serta mengalahkan
penguasa kerajaan Ghotik. Ia bergabung dengan Thariq di Toledo dan keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya
mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Perluasan wilayah
berikutnya muncul pada masa khalifah
Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai daerah
sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Kemudian pimpinan pasukan
diserahkann kepada Abd Al-Rahman ibn Abdullah, namun penyerangan ke perancis
gagal. Kemudian, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti ke
Avirignon, Lyon dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca,
Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia jatuh ke tangan Islam
di zaman Bani Umayyah.[3]
B.
Faktor-faktor yang
Menyebabkan Islam Mudah Masuk
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut karena adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan.[4]
Faktor eksternal
adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol Sendiri. Pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, secara politik wilayah Spanyol
terkoyak-koyak dan terbagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu
penguasa Gothik bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh
penguasa, yaitu aliran monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi.
Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol
dipaksa dbaptis menurut agama Kristen. Sedangkan yang tidak bersedia di siksa
dan di bunuh.
Perpecahan politik
memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi
masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal sewaktu Spanyol berada dibawah
kekuasaan Romawi, pertanian dan perdagangan serta industri maju pesat. Buruknya
kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau.
Awal kehancuran
kerajaan Goth adalah ketika raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari
Sevilla ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah
Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan
Achila, kakak dan anak dari Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun
kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung
dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan
ratu julian, mantan dari penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan
kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai
Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang digunakan oleh
Tharif, Thariq dan Musa. Keadaan tentara Roderick yang terdiri dari para budak
yang tertindas dan tidak memiliki semangat perang menambah keuntungan bagi
tentara Islam. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga
mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.[5]
Sedangkan faktor
internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa
tokoh pejuang dan prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol
pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu dan percaya diri. Merekapun cakap, berani dan tabah dalam
mengahadapi persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukan para tentara Islam yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong
menolong. Hal tersebut yang menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran
Islam di wilayahnya.[6]
C.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Menurut Dr. Badri
Yatim, sejarah Islam di Spanyol dibagi dalam enam periode:
1.
Periode pertama
(711-755 M)
Pada periode ini,
Spanyol berada di bawah pemerintahan para Wali yang diangkat oleh khalifah Bani
Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik belum
tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari
luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang
dari dalam yaitu berupa perselisihan di antara elite penguasa dan adanya
perbedaan pandangan antara kholifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.
2.
Periode kedua
(755-912 M)
Pada periode ini
Spanyol berada di bawah pemerintahan kholifah Abbasiyah di Baghdad. Amir yang
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan
diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan Bani
Umayah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika penaklukan Bani
Umayah di Damaskus. Kemudian Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayah di
Spanyol.Umat Islam mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan Masjid
Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3.
Periode ketiga
(912-1013 M)
Pada periode ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nashir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode ini Spanyol di pimpin oleh
penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman
An-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu
buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran
yang tinggi.
4.
Periode keempat
(1013-1806 M)
Pada masa ini
Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari
30 negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau al-Muluquth
Thawaif yang berpusat di suatu kota
seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di
Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Namun, kehidupan intelektual terus berkembang. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
5.
Periode kelima
(1086-1248 M)
Pada periode ini
walaupun Spanyol masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat kekuatan
yang dominan yakni Dinasti Murabithun (1086-1143M) dan Dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang
didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dan berhasil menguasai Spanyol.
Dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan Islam Spanyol dipimipin oleh para penguasa
yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh
kaum Kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla
jatuh pada tahun 1248 M. Hampir semua wilayah Islam lepas dari tangan penguasa
Islam.
6.
Periode keenam
(1248-1492)
Pada periode ini
Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492). Peradaban
kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi
secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Kekuasaan Islam
yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini karena terjadi perselisihan
orang-orang istana memperebutkan kekuasaan.
Ferdinand dan Isabella
mempersatukan dua kerajaan besar Kristen dan menyerang kekuatan Abu Abdullah.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen, sehingga
pada akhirnya kalah dan Abu Abdullah menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan
Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.[7]
D. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam masa lebih
dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan. Banyak
prestasi yang diperoleh, bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia,
kepada kemajuan yang lebih kompleks.[8]
Bani Umayyah II
mencapai puncak kejayaan pada masa Abdurrahman an-Nashir dan masih
dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustanshir.[9]
1.
Kemajuan Intelektual
a.
Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia di mulai sejak abad 8-10.
Pada masa khalifah Abbasiyah, Al-Manshur (754-755 M) telah dimulai aktivitas
penerjemah hingga masa khalifah Al-Makmun (813-833 M). Pada masanya banyak
filsafat karya Aristoteles yang di terjemahkan.
Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah
Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang di kenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang
di kemukakannya bersifat
etis dan eskatologis. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail, Karyanya
adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh
filsafat Islam Spanyol lainnya
adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa terkenal dengan Averros dari Cordova (1126-1198
M).
b.
Sains
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat
melahirkan banyak pemikir terkenal. Beberapa tokoh sains dalam bidang Astronomi
salah satunya yaitu Abbas bin Farnas. Dalam bidang obat-obatan salah
satunya Ahmad bin Iyas
dari cordova. Adapun di bidang kedokteran, yaitu ummul Hasan binti Abi Ja’far.
Dalam bidang geografi, yaitu salah satunya
Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1337 M) pengeliling dunia sampai samudra pasai
(sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dan Tunis adalah perumus filsafat
sejarah, penulis buku Muqadimah.
c.
Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, di antaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin
Malik, pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibnu Khuruf,
Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan
Al-Gharnathi.
Dalam bidang sastra banyak bermunculan, seperti Al-Aqd Al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah
karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid
karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.[10]
d.
Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada masa Islam di Spanyol sangat masyhur. Musik
dan seni banyak memperoleh apresiasi dari para tokoh penguasa istana. Tokoh
seni dan musik antara lain: Al-Hasan bin Nafi’ yang mendapat gelar Zaryab.
Zaryab juga terkenal juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu.
2.
Bidang Keilmuan Agama
a.
Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi (wafat
1273 M). Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’uli Ahkam Alqur’an, kitab tafsir yang terdiri dari 20
jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al
Qurtubi.
b.
Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut
mazhab Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman, perkembangan selanjutnya di tentukan oleh ibnu Yahya. Para
ahli fiqh lainnya adalah Abu
Bakr bin Al-Quthiyah, Munis bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Asy-Syatibi dan
Ibnu Hazm.[11]
3.
Kemajuan di Bidang Arsitektur
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat
perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki
nilai Arsitektur yang tinggi.[12]
a.
Cordova
Kota Cordova oleh penguasa muslim di bangun dan di perindah.
Jembatan besar di bangun, taman-taman
di bangun untuk menghiasi ibukota Spanyol Islam itu. Diantara
kebanggaan kota Cordova lainya adalah Masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491
masjid.
b.
Granada
Arsitektur-arsitektur bangunanya terkenal di seluruh Eropa. Istana
Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa di
perpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar dan menara Girilda.[13]
c.
Selvilla
Kota Selvilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin.
Selvilla pernah menjadi ibukota yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah
rawa-rawa. Sevilla telah
berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria
dela Sede.
d.
Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum di kuasai Islam.
Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini di jadikan ibukota kerajaan.
Beberapa peinggalan bangunan masjid di
Toledo kini di jadikan gereja oleh umat Kristen.
Kemajuan Islam di Spanyol dikarenakan adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan umat Islam.[14]
E. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa untuk
menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian
dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa
Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara
tetangganya Eropa, terutama dalam pemikiran dan sains di samping bangunan
fisik.Yang terpenting
diantaranya adalah pemikiran adalah
Ibnu Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan
belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir.
Ia mengulas pemikiran Aristoteles dan
mengedepankan sunatullah menurut pengertian Islam terhadap ajaran pantheisme
dan anthropomorphisme Kristen. Pengaruhnya demikian
besar di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme) yang
menuntut kebebasan berfikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang
dibawa gerakan Averroeisme ini.
Dari gerakan averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi
pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Beberapa buku karya Ibnu
Rusyd di cetak di Venesia tahun 1481,1482,1483,1489,dan 1500 M. Karya-karya
Ibnu Rusyd juga di terbitkan pada abad ke-16 di Napoli, Bologna, Lyons dan
Strasboughr dan di awal abad ke-17 di jenawa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk pemikiran Ibnu Rusyd
ke Eropa berawal dari banyaknya para pemuda
Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Cordova, Sevilla, Malaga,
Granada, dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan
buku-buku karya ilmuwan muslim, pusat penerjemahan buku adalah di Toledo.
Setelah pulang ke negerinya, maka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun
1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman
pertengahan Eropa baru berdiri 18 universitas. Didalam universitas-universitas
tersebut, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam di
ajarkan. Seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat
yang paling banyak di pelajari adalah pemikiran Al-Faribi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian di terjemahkan kembali
ke dalam Bahasa Latin.[15]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara
yang sangat kejam, namun ia tetap membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik ( renaissance) pada abad ke-14 M yang
bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16, rasionalisme pada abad
ke-17, dan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M.
Demikian juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa. Selama
Islam berada di Andalusia, telah banyak nama-nama benda yang di kenal di Barat
berasal dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam disana, tidak kurang dari 7000
kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab. Diantara
kata-kata bahasa Arab yang telah masuk dalam suku kata bahasa Eropa seperti
kedalam bahasa Spanyol, Inggris, Prancis
dan Jerman.[16]
F.
Transmisi Ilmu-Ilmu KeIslaman ke
Eropa
Umat Islam kehilangan segala sesuatu yang pernah di miliki. Namun,
terjadi sesuatu yang di luar dugaan manusia, ternyata bangsa yang menghancurkan
daulah Islamiyah yang berpusat
di Baghdad itu, keturunanya justru menjadi pembangun dan pembela Agama Islam
dan kebudayaanya yang gigih sehingga agama Islam menjadi tumbuh dan mekar
kembali.
Demikian juga di luar daerah bekas kekuasaan Dinasti Abbasiyah
yaitu daerah Andalusia dan Afrika Utara, kebudayaan Islam tidak musnah bahkan
mengalir dan berpindah ke Eropa membangun zaman Renassance Eropa.
Sebenarnya transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa
melalui berbagai jalur, diantaranya:
1.
Melalui Perang Salib
Perang Salib yang terjadi dari tahun 1096-1273 M (489-666 H) adalah
perang antara umat Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina yang
di kuasai daulah Islam. Perang ini di namakan perang Salib karena tentara
Kristen memakai tanda salib dalam peperangan tersebut.
Dengan adanya perang Salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua
Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan kemajuan
dalam berbagai bidang.
Menurut Philip K.Hitti, dalam The
Arabs A Short History, bahwa sumbangan Frederick yang terbesar adalah
pendirian Universitas pertama di Eropa yang di tegakan dengan sebuah piagam
yang jelas dan terang. Disini ia menghimpun sebuah kumpulan besar naskah-naskah
Arab, buku-buku Aristoteles dan Averros yang di minta untuk di terjemahkan di
gunakan dalam daftar pelajaran, salinan terjemahan tersebut dikirimkan ke
Universitas di Paris dan Bologna. Selama abad ke-14 dan abad-abad berikutnya,
kitab-kitab pengetahuan Arab merupakan bagian yang penting pada berbagai
Universitas di eropa, termasuk Oxford dan Paris, walaupun sesungguhnya dengan
tujuan-tujuan lain, yakni untuk mendidik pendeta-pendeta katolik ke
negara-negara Islam.
2.
Melalui Negeri Sicilia
Pada awal abad ke-8 M,
banyak orang-orang Arab yang mencoba untuk singgah di Sicilia, tetapi gagal. Pada
tahun 727 M, kekuatan tentara di bawah pimpinan Bisyr bin Safwan telah mencapai
Sicilia, semula ia penguasa di Maroko. Penyerangan ke Sicilia kembali di
usahakan di bawah pimpinan Usman bin Abu Ubaida dan Mustari bin Haris, meskipun
keduanya gagal.
Eksbisi Arab dari syiria sampai di Sicilia pada tahun 730 M. Di
bawah pimpinan Abdul Malik bin Qatan telah melakukan hal serupa pada tahun 732
M.[17]
Pada abad ke-8 hingga awal abad ke-10, pulau Sicilia tidak pernah
tenang dari guncangan dari dalam dan luar negeri. Pada tahun 827 M (212 H),
Emir Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838 M) dari Dinasti Aghlabiah di Afrika
Utara pasukan Islam berhasil mendarat di Pulau Sicilia, atas undangan Ephemius
dan bantuan penduduknya.
Sebagai titik persentuhan dari lapangan kebudayaan, maka pulau
Sicilia merupakan alat penghubung untuk
meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan abad pertengahan.
Sejak raja-raja Norman dan para pengganti kerajaan Sicilia
menguasai bukan hanya pulau tersebut, melainkan juga Italia Selatan, maka
merekalah yang merupakan jembatan untuk menyeberangkan berbagai kebudayaan
Islam ke semenanjung Italia dan Eropa Tengah.
Ada dua jembatan penyeberangan filsafat Islam ke Eropa yaitu melalui orang-orang Islam Andalusia (Spanyol) dan
melalui orang-orang Sicilia.
Ketika orang-orang Norman menguasai Sicilia sejak tahun 1060 M,
mulailah tumbuh kebudayaan Kristen-Islam. Hal tersebut di karenakan Roger I
adalah orang Kristen, meskipun kurang terpelajar banyak orang Arab yang di
lindungi dari ahli-ahli filsafat, astrologi sampai ke tabib. Islam di Palermo
lebih cenderung ke gaya Timur dari pada ke Barat. Meskipun kerajaanya beragama
Kristen, tetapi jabatan tertinggi di kerajaan di percayakan kepada orang-orang
Islam. Ketika Roger II berkuasa (1130-1154 M) berkuasa, ia senang berpakaian
ala orang Islam, Pakaian yang di hiasi dengan huruf-huruf Arab. Pada masanya,
Al-Idrisi adalah ilmuwan muslim yang berjasa di kerajaanya, ia menyumbangkan
karyanya sebuah globe dari perak kepada Roger II.[18]
Beberapa disiplin ilmu telah di perkenalkan dan di kembangkan di
Sicilia. Diantara tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu di Sicilia adalah Hamzah
Al-Bashri ahli filologi dan perawi, Muhammad
bin Khurasan ahli stutus
Alquran, tokoh ilmu Alquran lainnya adalah Ismail bin Khalaf,Para
dokter Sicilia antara lain Abu Sa’id bin Ibrahim, Abu
Bakr As-Saqili salah seorang guru besar dari para dokter, Ibnu
Abi Usaibia,Abu Abbas Ahmad
bin Abdussalam menulis tentang salah satu komentar terhadap karya Ibnu Sina, dalam
bidang bahasa dan sastra yaitu Dante yang karyanya termasuk menarik.
3.
Melalui Andalusia (Spanyol)
Semasa Islam di Andalusia, ada sejumlah perguruan tinggi terkenal
di sana. Perguruan-perguruan tinggi itu antara lain Universitas Cordova,
Sevilla, Malaga dan Granada. Selain itu juga
memiliki gedung perpustakaan terbesar dan terindah pada masanya dengan bukunya
lebih kurang 400.000 jilid dengan katalognya 44 jilid. Setelah
Granada jatuh pada tanggal 2 januari 1492 ke tangan Ferdinand dan istrinya
Isabella, buku-buku yang berbahasa Arab di bakar atas perintahnya.
Para perintis ilmu di kalangan luar Islam yang pernah di Andalusia
Diantara mereka adalah dari Prancis
Gerbert d’Aurilac yang menjadi
populer di prancis dengan gelar Sylvester II.
Di Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan wilayah
kekuasaanya. Mula-mula kota Toledo di rebut oleh Kristen pada tahun 1085 M,
hilangnya pusat sekolah tinggi dan pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala
isinya yang terdiri dari
perpustakaan beserta ilmuwan-ilmuwanya.
Tahun 1236 M, menyusul Cordova di rampas oleh Raja Alfonso VII dari
Castilia, maka hilang pula pusat kebudayaan dunia di sebelah barat beserta
masjid raya Cordova yang didirikan oleh amir-amir Umayyah di Andalusia,
perpustakaan yang didirikan oleh Hakam II, kemudian berlanjut Sevilla, Malaga, dan
Granada. Akhirnya umat Islam beserta raja Bani Ahmar terakhir, Abu Abdullah
harus terusir dari Andalusia. penganut
Islam dari penduduk asli Andalusia yang digelari Muzarabes (Mustaribun) yang di
paksa untuk menjadi Kristen kembali.[19]
Penyaluran ilmu pengetahuan ke Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ke
tangan Kristen. Untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo
didirikan sekolah tinggi terjemah. Buku-buku yang disalin adalah buku-buku
bahasa Arab yang masih tersisa dari pembakaran. Penerjemah Baghdad banyak yang
pindah ke Toledo, terutama yang berasal dari bangsa Yahudi. Diantara
penerjemah yang terkenal adalah Avendeath, yang menyalin buku astronomi dan
astrologi dalam bahasa Latin.
Kemudian Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke dunia
barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam diusir dari
Andalusia. Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti
Cordova,sevilla, Malaga dan Granada dapat mereka manfaatkan. Bangsa barat benci
terhadap Islam akan tetapi haus kepada ketinggian ilmu dan peradabanya.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam di
Spanyol pada zaman khalifah Al-Walid (705-715). Dalam proses penaklukan Spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam paling berjasa memimpin satuan pasukan. Mereka
adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair. Kemenangan-kemenangan yang
dicapai umat Islam disebabkan adanya faktor eksternal dan internal yang
menguntungkan.
sejarah Islam di
Spanyol dibagi dalam enam periode sejak tahun 711-1492. Dalam masa lebih dari
tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan. Banyak prestasi
yang diperoleh, bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada
kemajuan yang lebih kompleks.
Kemajuan Intelektual, Kemajuan di
Bidang Arsitektur Bangunan Bidang Keilmuan Agama.
Kemajuan Islam di Spanyol dikarenakan adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan umat Islam. Walaupun Umat Islam kehilangan segala sesuatu yang pernah di miliki. Namun,
terjadi sesuatu yang di luar dugaan manusia, ternyata bangsa yang menghancurkan
daulah Islamiyah yang berpusat
di Baghdad, keturunanya justru menjadi pembangun dan pembela Agama Islam dan
kebudayaanya yang gigih sehingga agama Islam menjadi tumbuh dan mekar kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: AMZAH.
Khoiriyah. 2012. Sejarah
Islam. Yogyakarta: Teras.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.
No comments:
Post a Comment