BERKARYA MENUNJUKKAN JATI DIRI KITA
BERBAGI MENGUJI HATI NURANI
BERBAKTI BUKTI CINTA SETULUS HATI

07 March 2014

SPI A-3: MASA DINASTI UMAYAH

 MASA DINASTI UMAYYAH TIMUR
MAKALAH
 
Disusun untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, MSI
 
Disusun Oleh :
1.      Muhammad Dimyati               (2023113015)
2.      Izul Fitri                                  (2023113034)
 
Kelas A
 
JURUSAN TARBIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013/2014
 
BAB I
PENDAHULUAN
Sepeninggal Ali bin Abu Thalib gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan Bani Umayah. Keberhasilan Muawiyah dalam meraih jabatan khalifah dan membangun pemerintahan Bani Umayah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di Shiffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, melainkan merupakan hasil akhir dari peristiwa-peristiwa politik yang dihadapinya dan karir politiknya yang cukup cemerlang. Jika dirunut secara kronologis, keberhasilan Muawiyah dilatar-belakangi oleh beberapa faktor dan peristiwa politik sebagai berikut.
Pertama, sejak masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab, kepribadian dan kematangan karir politiknya sudah nampak. Pada masa itu, ia diangkat menjadi gubernur Syam menggantikan Abu Ubaidah dan saudaranya, Yazid bin Muawiyah, yang meninggal dunia akibat serangan wabah penyakit yang sangat ganas. Dengan usianya yang masih muda, dia adalah politikus berpengalaman, dia tahu segala liku-liku persoalan. Karena itu, kedudukan Muawiyah sebagai gubernur ini terus bertahan hingga kekhalifahan Usman bin Affan dan awal kekhalifahan Ali bin Abu Thalib.
Kedua, pada awal pemerintahan Ali bin Abu Thalib, Muawiyah diminta untuk meletakkan jabatan, tetapi ia menolaknya. Bahkan ia tidak mengakui kekhalifahan Ali dan memanfaatkan peristiwa berdarah yang menimpa Usman bin Affan untuk menjatuhkan legalitas kekuasaan Ali dengan membangkitkan kemarahan rakyat dan menuduh Ali sebagai orang yang mendalangi pembunuhan Usman, jika Ali tidak dapat menemukan dan menghukum pembunuh yang sesungguhnya.
Ketiga, desakan Muawiyah tersebut mengakibatkan terjadinya pertempuran sengit antara pihaknya dan pihak Ali sebagai khalifah di kota tua Shiffin yang berakhir dengan proses tahkim (arbitrase) pada tahun 37 H.

Dengan catatan kronologi di atas, Muawiyah pun mampu mengambil alih kuasa kekhalifahan dari tangan pendukung Ali dengan langkah-langkah yang menunjukkan bahwa dia-lah politikus hebat, cakap, dan berpengalaman. Meskipun tak bisa dipungkiri juga akan segala modus kelicikan yang beliau lakukan demi sebuah tampuk kepemimpinan.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Salah satu Dinasti penting yang ikut mewarnai sejarah peradaban Islam adalah Dinasti Umayyah. Dinasti ini berdiri pada tahun 661 M, dan berakhir tahun 750 M. Meskipun Dinasti ini kurang dari satu abad tapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ini merupakan kemenangan yang sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai.
Pendiri Dinasti Umayyah adalah Muawiyah ibn Abi Sofyan. Muawiyah lahir 4 tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, ada juga yang mengatakan 2 tahun sebelum diangkat menjadi Rasul atau 15 tahun sebelum Nabi Hijrah. Ia memeluk Islam dalam usia yang masih muda. Muawiyah termasuk sahabat dekat dengan Rasulullah. Muawiyah mendapat kepercayaan dari Rasul untuk menulis Al-Qur’an dan pernah ikut bersama Rasul hijrah ke Madinah.
Setelah Usman dibunuh dan Ali dibaiat menjadi Kholifah, Muawiyah yang merupakan oposisi menjadi musuh dan lawan kekuasaan Ali. Apalagi tuntutan terhadap penyelesaian pembunuhan Usman tidak berasil dibongkar oleh Ali. Ia terus melakukan perlawanan setelah peristiwa tahkim yang dikabulkan oleh Ali. Tahkim menjadi siasat politisasi Muawiyah untuk memenangkan pertarungan melawan Ali. Selanjutnya tahkim memunculkan kubu baru yaitu Khawarij, yang keluar dari kubu Ali. Kemenangan dalam tahkim menyebabkan Muawiyah terus mengembangkan perlawanan terhadap Ali. Muawiyah menyerbu Kufah (Irak) dan Yerussalem yang menjadi pusat kekuasaan Ali.
Ali kemudian dibunuh oleh Abdurrahman ibn Muljam. Sepeninggal Ali, sebenarnya masyarakat beramai-ramai membaiat Hasan putra Ali menjadi Khalifah. Tapi Hasan memang kurang berminat menjadi khalifah. Karena itu Hasan berkuasa selama beberapa bulan, dan Muawiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya. Hasan dengan memberikan beberapa persyaratan, dengan rela jabatan itu diberikan kepada Muawiyah. Peristiwa ini kemudian disebut dengan istilah amul jama’ah atau tahun persatuan umat islam. Sejak saat itu, Muawiyah resmi menjadi khalifah baru umat Islam yang berpusat di Damaskus. Pergantian pemimpin dalam Dinasti Umayyah dilakukan secara turun temurun atau monarchi heridetis. Hal ini terlihat sebelum Muawiyah meninggal, ia sudah menyiapkan Yazid ibn Muawiyah sebagai putra mahkota menggantikan dirinya. Muawiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dan dialah pendiri dan pembina dari dinasti Umayyah ini.[1]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
B.       Para Khalifah Dinasti Umayyah
Masa kekuasaan dinasti Umayyah selama 90 tahun dan sekurang-kurangnya ada 14 Khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyah ibn Abi Sofyan dan yang terakhir adalah Marwan ibn Muhammad. Adapun urutan khalifah dinasti Umayyah adalah:
1.         Muawiyah I bin Abi Sofyan             41-60 H/661-679 M
2.         Yazid I bin Muawiyah                      60-64 H/ 679-683 M
3.         Muawiyah II bin Yazid                    64 H/683 M
4.         Marwan I bin Hakam                        64-65 H/683-684 M
5.         Abdul Malik bin Marwan                 65-86 H/684-705 M
6.         Al-Walid I bin Abdul Malik             86-96 H/705-714 M
7.         Sulaiman bin Abdul Malik                96-99 H/714-717 M
8.         Umar bin Abdul Aziz                       99-101 H/717-719 M
9.         Yazid II bin Abdul Malik                 101-105 H/719-723 M
10.     Hisyam bin Abdul Malik                  105-125 H/723-742 M
11.     Al-Walid II bin Yazid II                  125-126 H/742-743 M
12.     Yazid bin Walid bin Malik               126 H/743 M
13.     Ibrahim bin Walid II                         126-127 H/743-744 M
14.     Marwan II bin Muhammad              127-132 H/744-750 M
Menurut para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari Daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah, Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik.
1.         Muawiyah ibn Abi Sufyan (41-60 H/ 661-689 M)
Muawiyah dianggap sebagai pendiri Dinasti Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Muawiyah diangkat sebagai khalifah Dinasti Umayyah di Iliya’ (Yerussalem) pada 40 H/ 660 M. Ibu kota negara di pindahkan dari Kufah ke Damaskus. Sistem pemerintahan yang ia jalankan adalah sistem monarkhi (turun temurun). Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang ada di Persia dan Byzantium. Muawiyah memerintah selama 90 tahun, dan banyak melakukan jasa-jasa untuk kemajuan Dinasti Umayyah. Jasa-jasa itu adalah:
a.         Berhasil menyingkirkan kelompok Ali dan golongan oposisi;
b.        Perluasan wilayah:
-   Barat Laut: Byzantium
-   Timur: Kabul, Kandahar, Bukhara, Samarkand dan Tirmiz;
c.         Membangun angkatan laut islam.[2]
d.        Mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos;
e.         Mendirikan kantor Cap (pecetakan mata uang).
Muawiyah wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan kemudian digantikan oleh anaknya Yazid bin Muawiyah.[3]
2.         Yazid bin Muawiyah/Yazid I (60-64 H/680-683 M)
Husein putra Ali tidak mengakui ke khalifahan Yazid. Maka terjadilah pertempuran yang terkenal di Karbala yang menewaskan Husein. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Yazid di Damaskus dan kemudian ia dikuburkan di Karbala. Peristiwa ini menjadi awal pertumbuhan mazhab syiah.[4]
Ia menghadapi para pemberontak di Makkah dan Madinah dengan keras. Dinding Ka’bah runtuh karena terkena lemparan manjaniq (alat pelempar batu). Terjadilah bentrok fisik antara pasukan yang dikirim oleh Yazid yang dipimpin Muslim bin Uqbah Al Murri dan penduduk Madinah yang di latar belakangi oleh pemberontakan penduduk Madinah terhadap Yazid dan memecatnya kemudian mengangkat Abdullah bin Hanzalah dari kaum Anshar. Mereka juga memenjarakan kaum Umayyah di Madinah dan mengusirnya dari Madinah. Peperangan ini terjadi di Al-Harrah yang dimenangkan oleh pasukan Yazid pada tahun 63 H.
Sedangkan sebagian dari penduduk Makkah membaiat Abdullah bin Zubair sebagai khalifah. Maka pasukan Yazid meneruskan perjalanannya ke Makkah untuk menguasainya. Abdullah bin zuzbair selamat dari gempuran pasukan Yazid sedangkan Yazid wafat. Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun.[5]
3.         Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H/685-705 M)
Periode ini merupakan periode keemasan Bani Umayyah. Pembaruan-pembaruan banyak dilakukan dalam masa ini antara lain:
a.         Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi Negara.
b.        Mencetak mata uang Arab dalam Dirham, dinar dan flas.
c.         Mendirikan kas Negara di Damaskus.
d.        Memperbarui Qawaid. Meningkatkan pelayanan pos dan komunikasi.
e.         Memperbarui perpajakan.
f.         Pertama kali dalam sejarah Arab, tulisan menggunakan titik (.) dan koma (,).[6]
Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama sekitar 21 tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan menjadi kepercayaannya yaitu Al-Hajjaj bin Yusuf, gubernur Hijaz setelah menundukkan Abdullah bin Zubair dan Abdul Aziz (gubernur Mesir). Khalifah Abdul Malik wafat tahun 86 H dan digantikan oleh putranya Al-Walid.[7]
4.         Al-Walid ibn Abdul Malik/Al-Walid I (86-96 H/705-715)
Masa pemerintahan Walid adalah masa masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya (dipimpin oleh Musa bin Nasair), benua Eropa yaitu pada tahun 711 M, Asia Tengah (dipimpin oleh panglima Qutaibah), Indo-Pakistan (anak benua India), Spanyol (dipimpin oleh Tariq bin Ziyad). Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Ibu kota Spanyol, kordova dapat dikuasai dengan cepat. Kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo dijadikan ibu kota Spanyol yang baru.
Pembangunan besar-besaran juga terrjadi pada masa Al-Walid diantaranya:
a.         Pembangunan Armada laut dan Armada udara;
b.        Pembangunan Madrasah dan sekolah kedokteran;
c.         Pembangunan pusat-pusat kajian Islam (Al-Qur’an dan Hadits) di Makkah, Madinah, Basrah, Kufah dan tempat-tempat lain;
d.        Pembangunan masjid Al-Amawi di Damaskus.
Khalifah Al-Walid memerintah selama kurang lebih 10 tahun, wafat tahun 96 H.[8]
5.         Umar ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Prioritas utama Umar ibn Abdul Aziz adalah pembangunan dalam negeri. Umar ibn Abdul Aziz berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah, menghentikan peperangan dan mencegah caci maki terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib dalam khotbah Jum’at.
Umar ibn Abdul Aziz menaikkan gaji para gubernurnya, meratakan kemakmuran dengan memberi santunan kepada fakir dan miskin, dan memperbarui dinas pos. Ia juga mengurangi beban pajak. Dia memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Kedudukan orang-orang non-Arab disamakan dengan orang-orang Arab.
Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan digantikan oleh Yazid ibn Abdul Malik.[9]
6.         Hisyam ibn Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
Keadaan Negara tidak berubah, malah terjadi keadaan yang serba kacau dan sangat tidak aman disaat Hisyam memangku jabatan sebagai khalifah. Tetapi ia mempunyai ketetapan kuat dalam menegakkan hukum. Ia mampu menaklukkan kembali daerah-daerah yang lepas dari kekhalifahan Umayyah. Ekspansi yang dilakukan pada masa ini berhasil menaklukkan Equitania dan Bordeaux. Serta terjadi pula gejolak yang dipelopori oleh kaum Syi’ah yang bersekutu dengan kaum Abbasiyah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
C.      Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Selama 90 tahun Bani Umayyah berkuasa, kemajuan telah dicapai dari berbagai bidang, diantaranya:
a.         Perluasan Wilayah
Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukkan militer di zaman Umayyah mencakup 3 front penting, yaitu:
1)        Front melawan bangsa Romawi di Asia Kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah (Rhodes, Kreta, Cyprus, Sicilia, pulau Award.
2)        Front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan  muslim juga menyeberangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.
3)        Front Timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga oprasi di jalur ini dibagi menjadi 2 arah. Yang satu menuju ke Utara kedaerah-daerah di seberang Sungai Jihun. Sedangkan yang lainnya ke arah Selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.[10]
b.         Bidang Ekonomi
1)        Pembangunan prasarana dan masjid-masjid di berbagai daerah.
2)        Pembangunan Doem of the Rock (Qubah Al-Sahra) di atas masjid Al-Aqsha di Jerussalem.
3)        Pertanian berkembang dengan pesat (gandum, padi, tebu, jeruk, kapas dan sebagainya).
4)        Industri kulit dan tenun mengalami kemajuan.
5)        Kota-kota penting seperti Damaskus, Baghdad dan Makkah menjadi pusat perdagangan yang sangat ramai.
6)        Membenahi jalan-jalan.
7)        Membangun rumah-rumah sakit.
c.         Bidang Administrasi
1)        Ibu kota umat Islam dipindah ke kota Damaskus.
2)        Penggabungan beberapa propinsi.
3)        Pembentukan jabatan wasir.
4)        Pembentukan semacam petugas protokoler (mengawal dan menyeleksi tamu yang akan berurusan dengan khalifah).
5)        Menyeleksi struktur pemerintahan lainnya dengan menyusun beberapa diwan (departemen):
-       Diwan al-Jund (bagian ketentaraan)
-       Diwan al-Kharaj (mengurus perpajakan/keuangan)
-       Diwan al-Rasail wa al-Kitabah (menangani urusan persuratan)
-       Diwan al-Khatam (meregister dan mendokumentasikan arsip)
-       Diwan al-Barid (sama dengan dinas pos saat ini)
-       Diwan Asy-Syurtah (urusan keamanan dan ketertiban umum)
-       Diwan al-Qudat (urusan hukum dan kehakiman).[11]
d.        Bidang Peradaban
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
1)        Pengembangan Bahasa Arab, menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha Negara dan pemerintahan.
2)        Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu, di kota ini berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya sehingga diberi gelar Ukadz-nya Islam.
3)        Ilmu Qira’at, ilmu seni baca Al-Qur’an. Ahli qira’at ternama yaitu Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud.
4)        Ilmu Tafsir, pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu Tafsir yaitu Mujahid.
5)        Ilmu Hadits, para hadits yang termashur pada masa Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w.159 H), Hasan Basri (w.110 H), Ibnu Abu Malikah (119 H) dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w.104 H).
6)        Ilmu Fiqh, diantara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah dan Kharajah.
7)        Ilmu Nahwi, dibukukan ilmu Nahwu karena bertambahnya orang-orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam sehingga keberadaan bahasa Arab sangat dibutuhkan.
8)        Ilmu Jughrafi dan Tarikh
9)        Usaha Penerjemahan, yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan yaitu Khalid bin Yazid.[12]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
D.      Masa Kehancuran Dinasti Umayyah
Menurut Dr. Badri Yatim ada beberapa factor yang yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Bani Umayyah. yaitu antara lain:
1.         Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2.         Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
3.         Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia  Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam semakin meruncing.
4.         Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.         Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al Abbas bin Abbas Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh oleh Bani Hasyim dan golongan Syi’ah. Dan kaum Mawali yang merasa dikelas  duakan oleh pemerintah Bani Umayyah.[13]
Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz berangsur-angsur melemah dan akhirnya hancur. Bani Umayyah diruntuhkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 127 H/744 M, pada masa khalifah Marwan bin Muhammad.
 
BAB III
PENUTUP
 
Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Dinasti ini berdiri pada tahun 661 M, dan berakhir tahun 750 M. Pendiri Dinasti Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sofyan yang juga merupakan khalifah pertama Bani Umayyah. Bani Umayyah berdiri selama 90 tahun dan sekurang-kurangnya ada 14 khalifah yang memimpin. Menurut para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari Daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah, Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik. Selama 90 tahun Bani Umayyah berkuasa, kemajuan telah dicapai dari berbagai bidang, diantaranya: perluasan wilayah, bidang ekonomi, bidang administrasi dan bidang peradaban.
Dinasti Umayyah mengalami kemunduran karena penyelewengan dari sistem Demokrasi menjadi sistem kerajaan, pengangkatan putra mahkota yang lebih dari satu, lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta: Teras, 2011).
Khoiriyah. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam. (Yogyakarta: Teras, 2012).
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam.  (Jakarta: AMZAH, 2010),
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam ; Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)


[1] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 69.
[2] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 70.
[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Cet. II (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 123.
[4] Khoiriyah, Op. Cit, hlm.71.
[5] Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm. 123.
[6] Khoiriyah, Op. Cit, hlm.72.
[7] Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm.125.
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ; Dirasah Islamiyah II, Cet. 23 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 43
[9] Badri Yatim, Op. Cit, hlm. 47.
[10] Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm. 130.
[11] Imam Fu’adi, Op. Cit, hlm.83.
[12] Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm. 133.
[13] Badri Yatim, Op. Cit, hlm.48.

No comments:

Post a Comment